Di Indonesia, ubi kayu adalah salah satu makanan pokok yang telah lama dikonsumsi. Hampir setiap tempat di Indonesia memiliki makanan khas berbahan dasar ubi kayu. Beberapa diantaranya adalah keripik balado sanjay dari Sumatera Barat, sungko dari Madura, kasbi dari Maluku, dan lain sebagainya. Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan ubi kayu dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat yang lain. Beberapa kelemahan ubi kayu diantaranya adalah umur simpan yang relatif pendek, beberapa varietas yang mengandung racun sianida, dan rendah protein.
Indonesia telah berupaya mengembangkan berbagai varietas ubi kayu dengan berbagai keunggulannya. Beberapa varietas yang telah dikembangkan antara lain adalah Adira-4, MLG-4, MLG-6, UJ-3, UJ-5, dan lain sebagainya.
Varietas tersebut memiliki kelebihannya masing-masing. Misalnya kadar pati terbanyak adalah varietas Adira 1 dengan kadar pati 45% dari bobot basah. Malang-4 memiliki keunggulan dari sisi potensi hasil yang dapat mencapai 39,7 ton per hektar, serta beberapa varietas yang memiliki rasa yang manis.
Berdasarkan kandungan sianida, ubi kayu dibagi menjadi dua yaitu ubi kayu manis dengan sianida rendah dan ubi kayu pahit yang memiliki kandungan sianida tinggi. Varietas manis biasa dikonsumsi secara langsung sedangkan varietas pahit dengan kandungan sianida yang tinggi umumnya diolah menjadi tapioka. Pengolahan tapioka cukup aman dilakkukan karena selama proses sianida larut dalam air sehingga hanya sedikit residu sianida yang masih terbawa saat sudah dalam bentuk tapioka.
Sumber: Sumber: Estitatih T., W D R Putri, dan E. Waziiroh. 2017. Umbi-Umbian dan Pengolahannya. UB Press, Malang.
Sumber gambar: https://www.cabidigitallibrary.org/cms/10.1079/cabicompendium.32401/asset/a0677bf1-4475-4c6d-bad4-76888cff67d5/assets/graphic/manihot.jpg
No comments:
Post a Comment