Sunday, July 5, 2020
Diversifikasi Pangan Indonesia: Sagu
Swasembada pangan adalah salah satu target yang dimiliki setiap negara. Suatu negara dikatakan swasembada pangan jika produksinya mencapai 90% dari kebutuhan nasional. Kondisi swasembada pangan Indonesia saat ini masih bertumpu pada padi dan jagung sebagai sumber karbohidrat karena beberapa alasan pokok seperti kebutuhan pangan pokok sebagian besar masyarakat, cepat ketersediaanya dan teknologi dari hulu ke hilir yang memadai. Pemerintah melalui kementrian pertanian telah menargetkan program swasembada pangan yang dimulai pada tahun 2016 untuk target swasembada padi, bawang merah dan cabai, tahun 2017 target swasembada jagung, tahun 2019 target swasembada gula konsumsi, tahun 2020 swasembada kedelai dan bawang putih, tahun 2024 target swasembada gula industri, tahun 2026 ditargetkan swasembada daging sapi dan pada tahun 2045 kementrian pertanian menargetkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.
Ketersediaan pangan bagi penduduk suatu negara adalah jaminan yang harus diberikan pemerintah. upaya yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan pangan adalah dengan diversifikasi pangan lokal. Diversifikasi pangan adalah program dimana masyarakat tidak terpaku pada satu jenis makanan pokok saja dan terdorong untuk juga mengkonsumsi bahan pangan lainnya sebagai pengganti makanan pokok. Pemanfataan pangan lokal secara massif seperti sorgum, ubi kayu, jagung, dan sagu dinilai mampu memberikan kontribusi positif untuk memperkuat kedaulatan pangan nasional.
Sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang memiliki produktifitas lebih tinggi dari tanaman penghasil karbohidrat lain seperti ubi jalar, jagung dan padi. Satu pohon sagu menghasilkan 200 – 400 kg pati sagu. Kandungan energi sagu tidak berbeda jauh dari jagung dan nasi, yakni 353 kkal sementara jagung dan nasi berturut-turut 361 kkal dan 360 kkal. Selain diambil manfaatnya sebagai sumber karbohidrat, pohon sagu juga memiliki beragam manfaat. Daun sagu dapat digunakan sebagai obat tradisional, bahan atap, dinding dan kerajinan. Batang sagu menghasilkan pati sagu yang diambil manfaatnya untuk makanan, polywood, lem, bioplastik, tekstil, bioethanol dll. Sedangkan kulit batang sagu dapat digunakan sebagai bahan kertas, lantai, bahan bakar dan particle board.
Persebaran tanaman sagu di Indonesia belum cukup merata. Walaupun begitu sagu di Indonesia mempunyai potensi pengembangan sebesar 5,5 juta ha. Sentra penanaman sagu paling luas adalah Papua dengan luas areal 156.015 ha, selanjutnya Riau dengan dengan luas areal 74.364 ha, Maluku dengan luas areal 38.844 ha, Aceh dengan luas areal 6.860 ha dan Kalimantan selatan dengan luas areal 6.510 ha (Statistik Ditjenbun, 2019). Potensi pengembangan yang dimiliki sagu sebagai diversifikasi pangan harus didukung melalui kebijakan pengembangan dari hulu ke hilir. Kebijakan tersebut dimulai dari masalah perbenihan agar memperhatikan pemeliharaan kebun induk dan kebun sumber benih. Selanjutnya melakukan penataan dan perluasan tanaman sagu, penyusunan pedoman teknis budidaya sagu yang baik, fasilitas pascapanen dan pengolahan sagu. Pada aspek off farm dibentuk kelembagaan ekonomi masyarakat yang menunjang rantai pemasaran distribusi hasil sagu yang baik.
No comments:
Post a Comment