Monday, June 8, 2020
Smart Farming untuk Pertanian Masa Depan
Pict: https://equalocean.com/high-tech/20190426-xag-published-smart-seeds-sowing-system
Salah satu upaya pendekatan dalam perwujudan pertanian berkelanjutan adalah aplikasi smart farming baik on farm maupun off farm. Smart farming yakni pertanian yang menggunakan platform yang dikonektivitaskan dengan perangkat teknologi dalam pengumpulan informasi seperti status hara, kelembaban udara, kondisi cuaca, hama penyakit dll. Informasi tersebut diperoleh dari perangkat di lapang yang digunakan atau ditanamkan pada lahan pertanian. Tujuan smart farming adalah untuk meningkatkan keefektivan, efisiensi kuantitas maupun kualitas produk pertanian.
Smart farming tidak lepas dari perangkat teknologi untuk mengumpulan informasi penting terkait tanaman. Perangkat teknologi yang digunakan adalah big data, machine pertanian, internet of this, cloud computation sensor, drone, cctv, kamera dll. Cakupan smart farming sendiri adalah memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi tanaman pada setiap lokasi, kondisi tanah, kadar air tanah, iklim, pupuk, benih pestisida panen dan kerusakan hasil panen dan jumlah produksi. Kunci utama dalam smart farming adalah data terukur berdasarkan analisa sensor yang telah dipasang di areal penanaman, Sensor tersebut akan memberikan informasi mengenai hal yang terkait dengan tanaman, penambahan pupuk, air, penyemprotan pestisida hingga rekomendasi jadwal panen.Salah satu bagian dari pelaksanaan smart farming adalah pertanian presisi. Pertanian presisi adalah penggunaan input eksternal yang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan informasi olahan data dari perangkat. Terkadang dalam pertanian konvensional petani menganggap tanaman dalam satu hektar itu memiliki kebutuhan pupuk yang sama, padahal kebutuhan pupuknya berbeda. Melalui sensor yang dideteksi akan terlihat kebutuhan pupuk yang benar-benar dibutuhkan tanaman. Dalam pertanian presisi beberapa informasi didapatkan adalah, (1) Lokasi : data spasial dengan remote sensing, data satelit, drone, gps, (2) Waktu : real time dengan sensor suhu, kelembaban, kondisi tanaman, dll, (3) Jumlah : modelling dan automisasi penakaran, robot, drone (4) Cara : autoatisasi, robot, mesin pertanian sensor dikontrol.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, aplikasi smart farming memiliki beberapa kendala seperti kepemilikan tanah sangat kecil. Rata-rata hanya memiliki 0,25 ha per keluarga. Selain itu tingkat kemampuan sumberdaya manusia yang belum terbuka dalam pemanfaatan teknologi. Solusi yang mungkin bisa diterapkan adlaah dengan melakukan konsolidasi bergabungnya kepemilikan lahan. Perguruan tinggi perlu mengawali dengan membuat project pertanian terkait smart farming. Pemerintah perlu memiliki Lembaga penelitian yang focus pada pengembangan teknologi terapan smart farming yang aplikatif di tingkat petani.
Sumber : Webinar Smart Farming and Precision Agriculture: The next agricultural revolution, 5 Juni 2020
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment