Perkebunan kelapa sawit berkaitan erat dengan berbagai aspek, salah satunya adalah aspek agronomi. Permasalahan utama perkebunan rakyat di Indonesia adalah bahan tanam. Rendahnya kualitas bahan tanam yang digunakan oleh petani perkebunan rakyat disebabkan banyaknya beredar benih palsu yang dengan mudah ditemukan dipasaran. Benih palsu ini ditangkarkan oleh penangkar tanpa diketahui asal muasal indukan sehingga kemampuan tanaman tersebut tidak dapat diprediksi. Banyaknya benih palsu yang digunakan karena harga yang jauh lebih murah dan dengan mudah didapat.
Permasalahan peraturan ikut menghambat para petani untuk mendapatkan benih unggul keluaran dari pusat penelitian ataupun unit usaha benih perusahaan swasta. Persyaratan mengharuskan pembelian dilakukan oleh unit usaha berbadan hukum ini menjadi faktor penyebab karena sebagian besar petani tidak tergabung dalam kelompok tani atau koperasi, terlebih petani swadaya. Harga yang tinggi dari benih unggul juga menjadi pertimbangan petani karena nilai investasi menjadi cukup tinggi.
Kelapa sawit menjadi populer setelah revolusi industri pada akhir abad ke-19. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas tanah dan kemampuan tanah untuk menyangga pertumbuhan kelapa sawit. Selain penurunan kualitas tanah tersebut, areal pertanaman sawit yang telah hampir tiga siklus tanam memunculkan permasalahan baru yaitu penyebaran penyakit. Jenis penyakit yang saat ini menjadi ancaman perkebunan kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) akibat cendawan Ganoderma boninense (Corley, 2003).
Penyakit ini dilaporkan menyerang pada tanaman berumur 10-15 tahun dan meningkat intensitas serangannya pada TBM sejalan regenerasi kebun. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa metode; pemberian agensia hayati Trichoderma sp dan mikoriza vesikular-arbuskular, sistem lubang tanam hole in hole, parit isolasi, dan pembedahan dan pembumbunan tanaman terinfeksi. Namun, dari metode tersebut belum memberikan dampak signifikan pada pengendalian penyebaran BPB tersebut (Simanjuntak, 2013; Priwiratama et al., 2014)
Hama dominan di perkebunan kelapa sawit adalah ulat api dan kumbang tanduk, Oryctes rhinocheros dengan daya rusak hingga menyebabkan kematian. Dengan perkembangan perkebunan kelapa sawit yang cepat perlu diperhatikan penyebaran biokontrol terhadap dua jenis hama dominan ini. Pengendalian dengan kimiawi dianggap dapat menimbulkan resiliansi bagi kedua hama tersebut, sehingga integrasi pengelolaan hama berbasis lingkungan diperlukan (Murphy, 2014).
Sumber :
Corley, R.H.V., P.B. Tinker, 2003. The Oil Palm. Fourth Edition. Blackwell Science Ltd. Oxford.
Murphy, Denis J., 2014. The Future Of Oil Palm As A Major Global Crop: Opportunities And Challenges. Journal of Oil Palm Research Vol. 26 (1) march: 1-24.
Priwiratama, Hari, Agus Eko Prasetyo, dan Agus Susanto. 2014. Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit Secara Kultur Teknis. Jur. Fitopatologi Indonesia Vol. 10 No.1: 1-7.
No comments:
Post a Comment