Pada setiap kegiatan budidaya tanaman, ketersediaan benih yang berkualitas dan siap untuk tumbuh menjadi hal yang mutlak diperlukan. Salah satu kendala ketersediaan benih yang siap tumbuh karena adanya dormanis dari benih yang akan ditanam. Secara alami, terdapat beberapa tanaman yang memiliki masa dormansi sebelum bijinya bisa siap kembali ditanam.
Dormansi adalah mekanisme pertahanan alami dari suatu spesies tanaman untuk dapat bertahan hidup saat lingkungan tumbuh tidak optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Biji sorgum merupakan salah satu biji yang memiliki masa dormansi sehingga tidak dapat tumbuh segera setelah dipanen. Dibutuhkan waktu tertentu bagi biji sorgum untuk dapat siap tanam dan siap tumbuh.
Pemecahan dormansi dibutuhkan untuk menyediakan bahan tanam segera setelah biji sorgum dipanen. Terdapat beberapa teknik untuk mematahkan dormanis biji diantaranya dengan menggunakan zat pengatur tumbuh atau pelukaan menggunakan asam sulfat, dan dapat juga dengan menggunakan kombiasi keduanya.
Sorgum yang tidak diberi perlakuan pelukaan asam, tidak dapat tumbuh ketika ditanam segera setelah panen. Pelukaan dengan menggunakan larutan asam meningkatkan presentase perkecambahan menjadi sekitar 36%. Biji direndam menggunakan larutan asam sulfat selama 6 menit kemudian dicuci, dikeringkan, dan ditanam.
Dengan menggunakan zat pengatur tumbuh, perkecambahan dapat mencapai presentase 27-44%. Zat pengatur tumbuh terbaik yang dapat menghasilkan perkecambahan hingga 44% adalah KNO3 0,5%.
Kombinasi perlakuan dengan perendaman larutan asam selama 6 menit yang dilanjutkan dengan perendaman menggunakan KNO3 0,5% selama 2 jam dapat memecahkan dormansi biji sorgum dan menghasilakan perkecambahan dengan prosentase 94%.
Shanmugavalli. M., P. R Renganayaki and C. Menaka. 2007. Seed dormancy and germination improvent treatments in fodder sorghum. ICRISAT.
No comments:
Post a Comment