Program-program yang dilakukan pemerintah untuk dapat swasembada beras secara tidak langsung menggeser pola konsumsi sumber karbohidrat masyarakat. Sumber karbohhidrat dimonopoli beras bahkan oleh masyarakat yang sebelumnya tidak pernah mengkonsumsi nasi untuk sumber utama karbohidratnya. Bahkan sampai ada istilah bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi.
Sesuatu yang biasa, wajar, dan akan baik-baik saja ketika ketersediaan beras berada di atas tingkat kebutuhan. Namun menjadi potensi masalah yang besar ketika ketersediaan beras menjadi langka di tengah masyarakat. Potensi kerawanan pangan cukup tinggi ketika hanya mngandalkan satu komoditas sebagai sumber makanan pokok.
Salah satu cara meminimalisir atau bahkan menghilangkan potensi kerawanan tersebut adalah dengan melakukan diversifikasi sumber karbohidrat. Perlu dicari, dipraktikkan, dan dikampanyekan pengkonsumsian sumber karbohidrat selain nasi. Jagung merupakan salah satu alternatifnya.
Dari sisi kesesuaian lahan, jagung merupakan tanaman yang toleran dan tahan untuk ditanam di lahan marginal (kering). Banyak daerah di Indonesia yang sesuai untuk pertanaman dan pengembangan komoditas jagung. Beberapa daerah tersebut adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Sumatra bagian selatan, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Dari sisi kandungan gizi, jagung juga cocok digunakan sebagai bahan pokok sumber karbohidrat. Komposisi kimia jagung adalah sebagai berikut: 71,3% pati, 3,7% protein, 1% lemak, 86,7% serat kasar, dan 1,14 % gula. Gula yang menyusunkomponen jagung adalah glukosa, sukrosa,dan fruktosa sebesar 1-3%dari bobot biji. Sebagai bahan pangan, mutu jagung ditentukan oleh asam amin penyusun protein.
Jagung QPM (quality maize protein) memiliki keunggulan dibandingkan jagung biasa dari sisi kandungan lisin dan triptofan. Pemanfaatan jagung QPM sebagai bahan pangan pokok dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta meningkatkan perkembangan anak-anak. Masyarakat yang mengkonsumsi jagung sebagai bahan pokok dapat terhindar dari busung lapar. Namun demikian, jagung tetap perludikombinasikan dengan bahan pangan lain seperti kacang-kacang an untuk menyeimbangkan kandungan gizi.
Dengan beberapa keunggulan komparatif yang dimiliki, sudah saatnya dipikirkan dan dipraktikan pengkonsumian jagung sebagai bahan pangan pokok. Kalaupun tidak menjadi yang utama, paling tidak sebagai alternatif yang sering digunakan untuk memenuhi kandungan gizi serta dalam kaitannya dalam meminimalisir potensi kerawanan pangan.
Refferensi: BB Pascapanen 2012
No comments:
Post a Comment