sumber gambar: https://www.tokopedia.com/warungbibitbuah/ |
Mangga merupakan salah satu tanaman buah yang digemari masyarakat. Bukan hanya masyarakat Indoensia tetapi juga masyarakat glabal secara umum. Mangga banyak dikonsumsi secara langsung sebagai buah meja ataupun juga digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Permintaan yang tinggi akan buah mangga menjadikannya salah satu tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam skala perkebunan yang luas (agribisnis).
Salah satu modal utama dalam agribisnis mangga adalah keberadaan bibit yang berkualitas. Seperti tanaman buah yang lain, bibit untuk tanaman mangga didapatkan secara vegetatif, baik dengan metode cangkok, okulasi, ataupun dengan sambung pucuk.
Sambung pucuk merupakan salah satu metode perbanyakan bibit yang paling baik karena memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan sambung pucuk dibandingkan dengan metode perbanyakan yang lain adalah didapatkan tanaman dengan sifat yang merupakan kombinasi dari tetuanya. Umumnya, batang bawah memiliki perakaran yang kuat dan tahan terhadap penyakit akar sementara batang atas memiliki kemampuan untuk menghasilkan buah yang berkualitas dan optimal.
Beberapa faktor ikut berpengaruh terhadap keberhasilan sambung pucuk tanaman mangga. Faktor tersebut diantaranya faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entres), lingkungan (alat, kondisi, cuaca, waktu pelaksanaan), dan faktor ketermpilan orang yang melakukan grafting.
Secara umum, panjang entres berkaitan dengan ketersediaan cadangan makanan sementara waktu pelaksanaan berkaitan dengan transpirasi. Entres yang semakin panjang memiliki cadangan makanan yang banyak sehingga kemungkinan kalus terbentuk pada pelukaan semakin tinggi. Namun di sisi lain, entres yang panjang rawan terkena gangguan fisik seperti angina ataupun senggolan. Semakin tinggi transpirasi akan semakin banyak cadangan makanan yang digunakan sehingga peluang keberhasilan sambung pucuk semakin kecil.
Berdasarkan penelitian Tambing dan Hadid tahun 2008, panjang entres dan waktu pelaksanaan berpangaruh terhadap keberhasilan sambung pucuk tanaman mangga. Semakin panjang entres yang digunakan, hingga 12,5 cm, semakin banyak jumlah daun dan pertambahan tinggi bibit mangga. Selain memiliki lebih banyak cadangan makanan yang memungkinkan untuk pembentukan jaringan penutup luka (kalus) entres yang lebih panjang juga memiliki lebih banyak titik tumbuh sehingga jumlah daun semakin banyak dan pertambahan panjangnya juga semakin tinggi. Pelaksanaan sambung pucuk pada siang hari memberikan tingkat keberhasilan tertinggi dibandingkan pelaksanaan pada pagi dan siang hari. Pada sore hari, suhu udara lebih rendah sehingga transpirasi lebih rendah dan memungkinkan tanaman tetap memiliki tekanan turgor yang baik. tekanan turgor ang tinggi menjadikan pertumbuhan sel juga semakin baik dan salah satu pengaruhnya adalah tebentuknya jaringan kalus yang cepat. Pada pagi hari, suhu udara juga lebih rendah daripada sore hari. Pada pelaksanaan sambung pucuk pagi hari, bibit segera terkena paparan suhu tinggi pada siang harinya sehingga belum sempat beradaptasi dan menyebabkan menurunnya tekanan turgor tanaman.
Refferensi:
Tambing, Y dan A. Hadid. 2008. Keberhasilan pertautan sambung pucuk pada mangga dengan waktu penyambungan dan panjang entris berbeda. Jurnal Agroland 15(4): 296-301.
No comments:
Post a Comment