Gugur daun oidium merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur Oidium heveae dan menyerang tanaman di pembibitan, tanaman belum menghasilkan, serta tanaman menghasilkan. Oidium menyerang daun-daun yang masih muda dan mengakibatkan daun menadi berwarna hitam, keriput, dan berlendir. Di bawah permukaan daun terdapat seperti tepung berwarna putih yang merupakan hifa dan spora jamur oidium. Pada tingkat lanjut, serangan mengakibatkan daun-daun gugur dan berserakan di tanah. Serangan pada daun yang tua ditandai dengan adanya bercak berwarna kekuningan pada helaian daun dan terdapat tepung halus berwarna putih di permukaan tepian daun. Serangan berat oidium menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan turunnya produksi lateks. Selain itu, oidium juga menyerang bunga sehingga hasil biji berkurang.
Serangan oidium biasanya terjadi ketika daun muda terbentuk bersamaan dengan turunnya hujan rintik-rintik atau kabut di pagi hari pada awal musim penghujan. Serangan berat terjadi pada kebun dengan tanaman yang terdiri dari klon yang peka dan berada di atas ketinggian 200 mdpl.
Pengendalian penyakit
1. menanam klon yang tahan di daerah yang rentan terkena penyakit oidium. Klon-klon yang tahan tersebut diantaranya: BPM 1, RRIC 100, RRIM 600, RRIC 102, TM 6, TM 8, dan TM 9.
2. menghindari serangan oidium dengan merangsang pembentukan daun baru lebih awal. Areal yang terlambat ditanamai karet hendakya diberi pupuk nitrogen lebih banyak agar pada saat awal musim hujan daun sudah tua.
3. menghindari serangan oidium dengan pengguguran daun lebih awal daripada masa gugur daun tahunan dengan menggunakan asam kokodilik melalui penyemprotan dari udara. Penggunaan asam kokodilik harus dilakukan secara hati-hati dan di kebun yang jauh dari pemukiman karena asam kokodilik merupakan asam yang beracun.
4. melindungan daun tanaman dari serangan oidium dengan menggunakan fungisida belerang, Bayfidan, Bayleton, Dust, ataupun dengan menggunakan Tilt.
Situmorang Aron dan A. Budiman. 1996. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Balai Penelitian Karet Sembawa.
No comments:
Post a Comment