Monday, December 22, 2014

Fase Pertumbuhan Tanaman Kentang

Pengetahuan akan fase pertumbuhan tanaman bermanfaat untuk memudahkan dalam manajemen tanaman. Setiap fase pertumbuhan, tanaman membutuhkan input yang berbeda-beda. Begitu pun dengan tanaman kentang. Pengetahuan akan fase pertumbuhan tanaman kentang akan memudahkan dalam melakukan teknis budidaya tanaman kentang sehingga didapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal dari budidaya tanaman kentang. 

Pertumbuhan tanaman kentang dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase pertumbuhan tunas, fase pertumbuhan brangkasan, dan fase pertumbuhan umbi. 

Pada fase pertumbuhan tunas, tunas dapat tumbuh bai di ruang penympanan ataupun di lapangan, dengan atau tanpa cahaya matahari. Setelah umbi mengakhiri masa dormansi, tunas akan segera tumbuh. Laju pertumbuhan tunas bergantung pada suhu dan kelembaban. Suhu tinggi akan memacu pertumbuhan tunas dan jika kondisi tanah kering, umbi akan kehilangan bobot sehingga tunas tumbuh lebih lambat. Umbi yang digunakan sebagai bibit adalah umbi yang sudah memiliki tunas sepanjang 1 cm. Tunas apical yang sudah setinggi 3 cm dibuang untuk menghilangkan dominansi apikal dan memacu munculnya tunas lateral agar pertumbuhan lebih seragam.

Fase pertumbuhan brangkasan (haulm growth) dimulai sejak daun pertama terbuka di atas permukaan tanah sampai tercapai bobot kering maksimum. Sejak daun pertama terbuka, kegiatan fotosintesis dimulai sehingga peran umbi induk sebagai pemasok karbohidrat dalam pertumbuhan tanaman sedikit demi sedikit berkurang dan akhirnya tidak berfungsi sama sekali.

Pada fase pertumbuhan umbi (tuber growth) terjadi persaingan yang kuat antara umbi dengan bagian atas tanaman (shoot) yang sama-sama tumbuh dan sama-sama berperan sebagai penerima (sink). Persaingan itu berhenti setelah pertumbuhan brangkasan mencapai maksimum dan hanya umbi yang berfungsi sebagai penerima, sedangkan brangkasan berubah menjadi sumber.

Menurut Beukema dan van der Zaag (1979), secara keseluruhan dikenal dua tipe fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif tanaman kentang, yaitu (1) tipe daur pendek, yang dicirikan dengan bobot brangkasan rendah, inisiasi umbi lebih awal, umur relatif pendek sehingga panen lebih cepat, dan menghasilkan umbi yang lebih rendah daripada tipe daur panjang, (2) tipe daur panjang, yang dicirikan dengan bobot brangkasan besar, inisiasi umbi terlambat, umur lebih panjang sehingga mampu menghasilkan umbi kentang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe daur pendek. 

Syarat Tumbuh Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L)

Kentang merupakan tanaman pangan sumber karbohidrat. Di Indonesia, kentang lebih banyak dimanfaatkan sebagai sayur daripada makanan pokok utama. Namun demikian, tingkat kebutuhan umbi kentang tetap tinggi. Tingginya kebutuhan umbi kentang disebabkan oleh penggunaanya sebagai bahan industri makanan. 

Teknis budidaya memegang peranan penting dalam keberhasilan pemenuhan kebutuhan akan umbi kentang. Pengetahuan akan syarat tumbuh tanaman kentang akan memudahkan dan mendukung keberhasilan teknis budidaya tanaman. Lokasi pertanaman yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman merupakan setengah dari keberhasilan teknis budidaya tanaman itu sendiri.

Kentang merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 500 sampai dengan 3000 mdpl. Di daerah tropis, kentang tumbuh optimal pada ketinggian 1300 mdpl. Kentang tumbuh dengan baik di tanah yang subur, gembur, dan memiliki drainase yang baik. Tanah yang sesuai untuk tanaman kentang adalah tanah liat gembur, debu, atau debu berpasir. Tanah dengan pH 4,5 sampai 8 dapat digunakan untuk pertanaman kentang. pH optimal untuk pertubuhan dan hasil tanaman kentang adalah 5-6,5. Pada pH di bawah 5, kentang akan menghasilkan umbi yang berutu jelek dan rentan terhadap penyakit kudis. 

Iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Kentang tumbuh baik dengan suhu 25-20C, sinar matahari cukup, dan kelembaban udara 80-90% (Sunarjono, 1975).

Kentang membutuhkan rentang suhu yang berbeda untuk setiap fase pertumbuhannya. Menurut Burton (1981), untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman kentang membutuhkan suhu optimum yang relatif rendah, terutama untuk pertumbuhan umbi, yaitu 15,6 sampai 17,8 C dengan suhu rata-rata 15,5 C. 

Saturday, December 6, 2014

Morfologi Tanaman Karet

Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral, dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila tanaman sudah berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada kondisi tanah yang gembur, akar lateral dapat berkembang sampai kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadiharja, 1995). 

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Beberapa pohon karet ada kecondongan arah tumbuh agak miring. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan naman lateks (Setiawan dan Andoko, 2000). 

Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001). 

Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam (Marsono dan Sigit, 2005). 

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan dan tersusun lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan Sigit, 2005). 

Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk “lonceng” berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993). 

Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak, maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono dan Sigit, 2005).

Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Tanaman keret merupakan tanaman daerah tropis yang tumbuh antara 15⁰ LS sampai dengan 15⁰ LU. Tanaman karet tumbuh dengan optimal di dataran rendah dengan ketinggian 0-200 mdpl. Semakin tinggi letak tempat, pertumbuhannya akan semakin lambat dan hasil lateks menjadi rendah. Ketinggian di atas 600 mdpl kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet (Setyamidjaja, 1993).

Tanaman karet dapat tumbuh di berbagai jenis tanah mulai dari tanah alluvial, vulkanis, tanah gambut, dan beberapa tanah marginal seperti podzolik merah kuning. Tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman karet adalah tanah yang bersolum dalam, jeluk lapisan lebih dari 1 meter, dan permukaan air rendah. Sifat tanah lain ang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet adalah memiliki tekstur remah, aerasi dan drainase cukup, struktur terdiri dari 35% liat, 30% pasir, dan memiliki kemiringan lahan < 16%(Siswanto dkk., 2010). Tanaman karet toleran terhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 sampai 8. Namun demikian, pH tanah ideal untuk pertumbuhan karet adalah 5-6. pH yang lebih tinggi akan dapat menekan pertumbuhan tanaman karet (Sianturi, 2000).

Tanaman karet membutuhkan curah hujan 2000-4000 mm/tahun dengan persebaran yang merata sepanjang tahun. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet adalah 25⁰ C sampai 35⁰ C dengan suhu optimal 28⁰ C (Seyamidjaja, 1993). Kelembaban udara yang sesuai untuk tanaman karet adalah 75-90%. Lama penyinaran dan intensitas cahaya berperan penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet. Dalam sehari, tanaman karet membutuhkan intensitas cahaya yang cukup dengan lama penyinaran 5-7 jam. Angin yang kecang dapat merusak pertanaman karet karena pada umumnya tanaman karet memiliki batang yang tinggi sehingga peka terhadap kerusakan ketika banyak angina kencang yang menerpa (Sianturi, 2001).

Tuesday, December 2, 2014

Gliricidia sepium

Gliricidia sepium masuk ke Indonesia pada tahun 900-an. Di beberapa daerah dikenal dengan nama lirikside atau gamal. Penanaman gamal muncul pada decade tahun 60 an, berkaitan dengan usaha pemberantasan padang alang-alang dengan menggunakan tanaman ini. Gamal merupakan kependekan dari “ganyang mati alang-alang”

Tanaman Gliricidia sepium dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl. Namun pada daerah pegunungan yang sering mengalami embun beku dan kabut yang berkepanjangan, pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik. Perbanyakan tanaman dapat menggunakan biji atau juga stek batang. 

Gliricidia sepium merupakan legume berbupa pohon yang dapat menggugurkan daunnya. Pada umur tertentu, diameter batang dapat mencapai 40 cm. percabangan rendah tegak, pertumbuhan cabang menjorong ke atas. Antara batang dan cabang membentuk sudut sekitar 30 derajat. Daun majemuk menyirip dengan jumlah 5-20 helai anak daun. Panjang anak daun 6-10 cm, lebar anak daun 2-3,5 cm, daun berbentuk oval, bagian permukaan bawah daun buram, beraroma langu atau getir. Bunga berbentuk tandan, tandan muncul dari ketiak daun, panjang tandan 10-15 cm. Kelopak bunga berwarna hijau kemerahan dengan mahkota berwarna ungu merah jingga. Polong berbentuk garis memanjang berisi 4-8 butir biji, berwarna hijau ketika muda dan berwarna kuning ketika sudah tua. Bila sudah tua, polong akan pecah dan bijinya menyebar dengan sendirinya. 

Gliricidia sepium memiliki sifat untuk merontokkan daun pada musim-musim tertentu. Berdasarkan sifat tersebut, Gliricidia sepium mampu memberikan bahan organic tanah yang banyak kepada tanah, meningkatkan kadar itrogen tanah, menekan pertumbuhan alang-alang, mengurangi laju erosi, meningkatkan penyerapan air oleh tanah, dan melindungi tanah dari limpasan. Di pantai selatan pulau jawa, Gliricidia sepium banyak digunakan sebagai wind breaker serta pelindung tanaman di bawahnya. Pada beberapa perkebunan pala, Gliricidia sepium digunakan sebagai media merambat pala. Pada saat tanaman beruur 1 tahun, daun Gliricidia sepium mengandung 3-6 % N, 0,31 % P, 0,77 % K, 30 % serat kasar, dan 10% abu K.

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Monday, December 1, 2014

Flemingia congesta

Termasuk legume berupa pohon kecil, semak atau perdu. Masyarakat menganggap Flemingia congesta sebagai gulma karena keberadaannya di arela pertanaman tanaman budidaya yang merugikan. Beberapa nama daerah Flemingia congesta adalah tungkeb (Madura), hahapaan (Sunda),otok-otok kebo (Jawa), lapa-lapa (Melayu), ora rasa (Makasar), dan foko mantala (Maluku). 

Flemingia congesta dapat tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 1800 mdpl. Tumbuh baik di daerah dengan curah hujan 1300-1800 mm per tahun. Mampu tumbuh di tanah dengan drainase buruk dan tanah berpasir. Banyak dijumpai di saluran air, hutan tropis basah, dan padang rumput yang dipenuhi alang-alang. 

Flemingia congesta merupakan tanaman semak yang membentuk rumpun kecil, tinggi sekitar 1-4 meter. Ranting muda menyirip membentuk sayap, pada ranting yang sudah dewasa berbentuk membulat. Memiliki rambut yang sangat halus dan berwarna cokelat. Daun majemuk beranak tiga, berbentuk elips, bila dipegang terasa seperti kertas dan daun agak berkerut. Tulang daun membentuk garis yang tegas dan jelas. Panjang daun 5-18 cm, lebar daun 2-12 cm, ujung daun meruncing. Bunga berbentuk tandan sepanjang 2-14 cm, berwarna hijau muda bergaris merah dan mampu menyerbuk sendiri. Bentuk polong bundar hingga lonjong berisi dua butir biji berwarna hitam mengkilap. Polong yang sudah tua dan berwarna coklat tua akan menggelembung dan akhirnya pecah dengan sendirinya. 

Flemingia congesta banyak digunakan sebagai pohon pelindung tanaman muda kopi dan kakao, sebagai tanaman penguat teras, pagar, atau sebagai tanaman lorong dan pakan ternak. Dekomposisi tanaman Flemingia congesta relative lebih labat sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan mulsa. Pemberian pupuk hijau berupa pangkasan Flemingia congesta mampu memberikan kontribusi sebesar 30,81 kg N, 3,96 kg P, dan 31,26 kg K. Di Afrika, tanaman Flemingia congesta dapat digunakan sebagai mulsa dan dapat menekan pertumbuhan nematoda. 





Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Legumonoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Orok-Orok (Crotolaria usaramoensis)

Merupakan tanaman yang berasala dari Afrika dan dibawa masuk ke Indonesia pada tahun 1915. Crotolaria usaramoensis banyak dijumpai di lahan kosong, tepi jalan, kebun teh, tepi hutan, dan lain sebagainya. Pemberian nama didasarkan pada bunyi yang dikeluarkan tanaman ketika sudah tua dan digoyang-goyangkan. Crotolaria usaramoensis memiliki nama daerah seperti kekcrekan (Sunda), orok-orok (Jawa), kroncongan (Betawi), dan pijritan (Madura).

Crotolaria usaramoensis dapat tumbuh mulai dari ketinggian 0-1500 mdpl dan dapat hidup di berbagai jenis tanah. Crotolaria usaramoensis dapat diperbanyak dengan menggunakan biji.

Crotolaria usaramoensis merupakan legume yang tumbuh tegak, pada tanah yang subur ketinggian tanaman dapat mencapai 2,5 meter, dan batang berkayu lunak. Perakaran dalam, batang dan cabang tumbuh di dekat pangkal batang di dekat permukaan tanah, sudut batang berkisar 30-45. Daun tunggal berselang-seling. Daun agak halus bila dipegang, daun berbentuk oval, ujung daun membulat, panjang 2-6 cm, tulang daun kaku tetapi terasa halus di tangan. Bunga termasuk bunga kupu-kupu, berwarna kuning, dan memiliki garis berwarna coklat di tengah. Bunga bertipe tandan dengan panjang sekitar 15 cm. polong lurus dan membulat, di tengah terdapat garis pemisah berupa sekat tipis. Polong tua berwarna coklat kehitaman dan akan pecah dengan sendirinya. Umur tanaman mencapai 1-2 tahun.

Tumbuhan Crotolaria usaramoensis ditanam untuk dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah pencegah erosi, sumber pupuk hijau, pemberantas alang-alang, dan sumber pakan ternak. Sebagai tanaman penguat teras, penanaman Crotolaria usaramoensis harus dilakukan dengan jarak tanam yang rapat. Produksi bahan hijauan segar dapat mencapai 7-8 ton/hektare setiap 4 bulan pemangkasan. Penggunaan daun sebagai pupuk hijau sebaiknya digunakan sebelum bunga mekar. 

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Friday, November 28, 2014

Mekanisme Gerakan Hara ke Akar

Tanaman membutuhkan hara untuk kelancara metabolisme sehingga pertumbuhan dan perkembangan menjadi optimal. Setiap hara memiliki fungsi yang spesifik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terdapat beberapa hara yang diperoleh dari udara dan ada juga yang diperoleh dari dalam tanah. Khusus untuk hara yang diperoleh dari dalam tanah, hara harus berada di dekat permukaan akar sehingga nantinya dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Terdapat beberapa mekanisme agar suatu hara dapat berada dekat dengan permukaan akar. Mekanisme yang selama ini dikenal adalah intersepsi akar (kontak), aliran masa, dan difusi.

Intersepsi akar (kontak)
Intersepsi akar terjadi ketika akar pada tanaman yang masih hidup melakukan kontak dengan hara yang berada pada larutan tanah atau bagian tanah yang lain. Melalui mekanisme ini, suatu hara tidak harus bergerak untuk dapat tersedia bagi tanaman. Jumlah hara yang dapat diserap oleh tanaman berbanding lurus dengan volume tanah yang diduduki oleh akar tanaman. Keberadaan rambut akar akan meningkatkan luas permukaan akar yang bersentuhan dengan tanah sehingga meningkatkan kemungkinan julah hara yang dapat diserap oleh akar. 

Umumnya, hanya sekitar 1 % hara yang tersedia dan dapat diserap oleh akar melalui mekanisme ini. Hal ini karena secara umum perakaran tanaman menduduki kurang dari 1 % volume tanah pada kedalaman hingga 20 cm. Ca dan Mg adalah unsur yang banyak dipasok ke akar melalui mekanisme ini. 

Peningkatan unsur yang dipasok ke akar dapat ditingkatkan dengan memberikan mikoriza ke bagian perakaran. Hifa mikoriza yang bersimbiosis akan meningkatkan luas permukaan akar sehingga pasokan hara juga semakin tinggi.

Vigna umbellata (Thunb.)

Merupakan legume serbaguna yang biasa ditanam di pematang sawah atau ditumpangsarikan dengan tanaman lain untuk diambil bijinya. Vigna umbellate memiliki beberapa nama daerah seperti kacang ruji atau kacang tholo (Jawa), kacang dadap (Sunda), dan yaba (Maluku). 

Vigna umbellata dapat hidup di berbagai jenis tanah dan iklim. Kacang ruji dapat tumbuh di tanah dengan tekstur pasir hingga liat pada ketinggian 0-1500 mdpl. Kacang ruji dapat tumbuh di iklim basah atau kering dengan curah hujan 1000-1500 mm. Perbanyakan tanaman Vigna umbellata dapat dilakukan dengan biji, dan dibutuhkan 30-40 kg/hektare. 

Vigna umbellata mempunyai pertumbuhan yang tegak atau merambat dan berbentuk terna. Daun termasuk daun majemuk dengan tiga anak. Panjang daun 5-11 cm, lebar 2-8 cm. Bentuk daun oval dengan ujung daun yang runcing. Bunga keluar dari ketiak daun dan berupa tandan. Bunga berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning merah atau kuning pucat. Polong berbentuk ramping dan lurus, panjang 5-12 cm, dan lebar 0,5-0,8 cm. dalam satu polong berisi 5-12 biji. Tanaman akan berbunga setelah berumur 1,5 bulan dan akan terus berbunga sampai umur 4 bulan. Pemanenan tanaman pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan. 

Vigna umbellate merupakan tanaman multifungsi yang dapat digunakan sebagai sumber pangan dan atau sebagai tanaman konservasi. Sebagai tanaman konservasi, Vigna umbellata dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah dan pencegah erosi. Sebagai bahan pangan, Vigna umbellate memiliki kandungan gizi yang berguna untuk metabolisme manusia. Setiap 100 gram biji mengandung protein 25 gram, lemak 1 gram, karbohidrat 58 gram, kalsium 80 mg, fosfor 400 mg, besi 5 mg, vitamin B 30 mg, vitamin C 9 mg, dan sisanya adalah air dan bahan lain. 

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Psophocarpus tetragonolobus (L) (DC)

Termasuk legume yang banyak dibudidayakan karena selain berfungsi sebagai tanaman konservasi tanah, juga termasuk tanaman yang dapat dikonsumsi. Merupakan legume merambat yang banyak ditanam di halaman rumah, pematang sawah, ataupun tegalan. Psophocarpus tetragonolubus memiliki beberapa nama daerah seperti jaat (Sunda), kacang belimbing (Sumatra Barat), kecipir (Jawa), kelongkang (Bali), dan kacang embing (Palembang).Kecipir dapat tumbuh di berbagai jenis tanah pada ketinggian 0-1200 mdpl. Termasuk tanaman yang tahan kekeringan. 

Psophocarpus tetragonolubus merupakan tanaman tahunan yang memiliki sistem perakaran yang dalam dan berumbi. Daun beranak tiga, berbentuk delta atau beah ketupat dengan ujung meruncing. Panjang daun berkisar 8-20 cm dengan lebar 4-12 cm. Bunga tumbuh di ketiak daun berbentuk tandan, berwarna merah, ungu, biru, ataupun putih. Polong berukuran panjang 7-30 cm, lurus, dan bergelombang sepanjang polongnya. Dalam satu polong terdapat 5-16 biji. Biji berwarna oklat muda sampai agak kehitaman. 

Umumnya, kecipoir digunakan sebagai tanaman sayur. Namun demikian, kecipir dapat juga digunakan sebagai tanaman penutup tanah. Sebagai tanaman penutup tanah, kecipir dibiarkan sampai tahunan. Sebagai tanaman sayur, umumnya biji kecipir sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan. Untuk diambil umbinya, tanaman kecipir dipanen pada umur 6-7 bulan. 

Kandungan gizi pada biji kecipir cukup tinggi. Setiap 100 gram biji, mengandung 37,4 gram; karbohidrat 28 gram; lemak 10,4 gram; dan sisanya terdiri atas air, serat, dan abu. Beberapa pprodukolahan kecipir adalah tempe, taoco, tahu, dan kecap.

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Pachyrrhizus erosus (L) Urban

Legume ini berasal dari Amerika Latin dan dibawa ke Asia Tenggara oleh bangsa Spanyol. Pachyrrhizus erosus masuk ke Indonesia melalui Ambon oleh Rumphius. Pachyrrhizus erosus sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sehingga sudah memiliki banyak nama daerah seperti patate cocon (Aceh), singkuwang (Batak), bangkuwang (Melayu), sangkowang (Dayak), Banguwang (Sunda), besusu (Jawa), jemperingan (Bali), uas (Timor), da bengkuwa (Ternate). 

Bengkowang dapat tumbuh pada ketinggian 40-800 mdpl dengan curah hujan1500-3000 m per tahun. Benguwang tahan terhadap kekeringan tetapi tidak tahan terhadap adanya genangan. 

Tanaman tumbuh menjalar di permukaan tanah atau merambat di pepohonan sekitarnya. Tinggi atau panjang tanaman dapat mencapai 3-8 meter. Dan majemuk beranak tiga, berbentuk belah ketupat, dan ujung daun meruncing. Panjang tangkai daun 3-15 cm, lebar daun dapat mencapai 14 cm, bunga muncul pada ketiak daun berbentuk tandan, berisi 2-6 bakal bunga, panjangnya bisa mencapai 35 cm. Bunga berwarna jingga pucat keputihan. Polong berwarna hijau tua berisi 6-12 biji. Untuk menghasilkan biji, tanaman dibiarkan tanpa pemangkasan. Konsekuensinya, tanaman akan memiliki ukuran umbi yang kecil. 

Pachyrrhizus erosus digunakan sebagai penutup tanah pada lahan yang berlerang. Kemampuan menghasilkan hijauan cukup tinggi. Tanaman ini juga dapat diambil umbinya karena memiliki rasa yang manis dan memiliki kandungan air yang tinggi. Untuk diambil umbinya, Pachyrrhizus erosus ditanam di guludan-guludan lahan sawah dan atau tegalan. Pachyrrhizus erosus dapat memperbaii produktivitas tanah karena mampu menghasilkan hijauan dalam jumlah yang banyak. Sistem perakaran cukup baik karena dapat bersimbiosis dengan rhizobium yang dapat meningkatkan kadar nitrogen di dalam tanah.

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Mucuna bracteata

Mucuna bracteata merupakan legume yang berasal dari India dan belum lama diintroduksi di Indonesia. Tidak ada nama daerah untuk Mucuna bracteata, tetapi hanya dikenal dengan nama Mb. Mucuna bracteata merupakan tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah pada perkebunan-perkebunan seperti karet dan kelapa sawit. 

Mucuna bracteata tumbuh pada tanah bertekstur ringan hingga berat dengan ketinggian 100-1000 mdpl. Mucuna bracteata tahan pada lingkungan yang ternaungi, dan tahan juga terhadap kekeringan. Mucuna bracteata memiliki daun majemuk beranak tiga berbentuk bulat telur, asimetris, belah ketupat, dan ujungnya tumpul. Tulang daun menjari dengan permukaan daun yang halus dan tidak berbulu. Selama ini, tanaman Mucuna bracteata belum mampu berbunga dan berbuah ketika di tanam di Pulau Jawa. 

Mucuna bracteata digunakan sebagai tanaman penutup tanah, pencegah erosi dan sebagai sumber bahan organik karena memiliki biomassa yang tinggi. Selain dapat menambat nitrogen, Mucuna bracteata dapat juga mendaur ulang hara seperti fosfor, kalium, magnesium, sulfur , dan hara mikro yang lain. Mucuna bracteata dapat menambat nitrogen sebanyak 217,4 kg/Ha. 

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Centrosoma pubescens

Centrosoma pubescens merupakan tanaman dari keluarga leguminuseae yag bersifat merambat. Centrosoma pubescens memiliki beberapa nama daerah sepert kibesin (sunda), kacang-kacangan (jawa) dan bun teleng (bali). Centrosoma pubescens adalah tanaman tahunan yang berasal dari Amerika latin dan banyak dijumpai di sekitar pagar, belukar, hutan jati, pinggir jalan, dan tanah kosong.

Tempat tumbuh
Centrosoma pubescens tumbuh di tanah bertekstur ringan hingga berat pada ketinggian 0-1000 mdpl. Centrosoma pubescens tahan pada lahan kering dan miskin hara. Centrosoma pubescens juga toleran pada tanah masam dengan kandungan Al dan Mn yang tinggi. Tanaman yang merambat di pepohonan akan menghasilkan biji yang lebih banyak daripada ketika menjalar di permukaan tanah. Buah dapat dipanen dan dijadikan benih ketika tanaman sudah berumur 7-8 bulan. Jumlah biji untuk setiap kg tanaman Centrosoma pubescens adalah kurang lebih37600 butir. 

Morfologi
Pangkal batang Centrosoma pubescens berkayu dan memiliki perakaran yang dalam. Batang berbentuk silinder dengan pajang mencapai 5-6 m. Daun majemuk, beranak daun tiga, berbentuk oval, elips, atau juga lanset. Tangkai daun sepanjang 2-5 cm,panjang 1,5-8 cm, dan lebar daun 1-5 cm dengan ujung yan meruncing. Bunga berbentuk kupu-kupu berwarna ungu kebiruan dan tumbuh di ketiak daun. Setiap polong berisi 4-6 butir biji. Ruas-ruas yang menempel dengan tanah akan membentuk akar.

Kegunaan
Centrosoma pubescens berguna sebagai tanaman penutup tanah, tanaman pencegah erosi, sumber pupuk hijau, dan pakan ternak. Penanaman Centrosoma pubescens bersama dengan Colopogonium sp dan Peuraria javanica dapat menekan pertumbuhan gulma dan meningkatkan kesuburan tanah. Produksi hijauan tertinggi diperoleh ketika tanaman berumur 5-6 bulan, yaitu sebanyak 15-18 ton/Ha. Kemampuan fikasasi nitrogen tanaman Centrosoma pubescens sebesar 75-100 kg/Ha/tahun. Centrosoma pubescens dapat digunakan sebagai tanaman sela diantara musim padi karena selain tahan kering juga dapat meningkatkan bahan organik pada tanah.

Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius, Yogyakarta. 

Thursday, November 27, 2014

Calopogonium caereuleum (Desv)

morfologi colopoganium
Calopogonium caereuleum merupakan tanaman legume yang memiliki sifat merambat. Calopogonium caereuleum merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin tropik dan masuk ke Indonesia sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan karet, kelapa, tembakau, dan lain sebagainya. Tidak terdapat nama daerah untuk tanaman Calopogonium caereuleum, namun bahasa yang digunakan di perkebunan adalah Cc.

Morfologi tanaman
Calopogonium caereuleum merupakan tanaman tahunan yang tumbuh menjalar di tanah atau merambat pada pepohonan di sekitarnya. Daun majemuk tiga dan berkedudukan berselang-seling. Daun berbentuk belah ketupat dengan panjang 5-13 cm dan lebar 4-12 cm. Permukaan daun kasap dan berbulu. Bulu semakin berkurang seiring pertambahan umur daun. Bunga berbentuk kupu-kupu dengan mahkota berwarna ungu dan tumbuh di ketiak daun. Polong berbentuk gepeng dan lurus. Tiap polong berisi 4-6 butir biji. Polong yang sudah tua berwarna coklat dan akan pecah dengan sendirinya ketika kering. Ruas yang menempel pada tanah akan membentuk akar serabut yang nantinya terdapat bintil akar yang mengandung Rhizobium. 

Syarat tumbuh
Calopogonium caereuleum tumbuh di ketinggian hingga 400 mdpl. Dapat tumbuh di berbagai jenis tanah baik berpasir ataupun lempung. Calopogonium caereuleum juga dapat tumbuh pada tanah dengan pH 4. Calopogonium caereuleum umumnya diperbanyak dengan menggunakan bijia atau juga dengan menggunakan stek.

Kegunaan
Secara umum Calopogonium caereuleum digunakan sebagai tanaman penutup tanah yang mengurangi erosi dan menyediakan bahan organik. Penanaman Calopogonium caereuleum di sekitar tanaman karet dapat meningkatkan hasil getah karet hingga 15 %. Bahan organik yang dihasilkan dari penanaman Calopogonium caereuleum di daerah pertanaman karet adalah 6 ton per 5 bulan. Kemampuan mengikat N adalah sebesar 173 kg setiap 6 bulan.






Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Kanisius, Yogyakarta.

Saturday, November 22, 2014

Peran Mikoriza (secara umum) Bagi Penyerapan Hara Tanaman

Secara harfiah, mikoriza berarti akar-jamur. Lebih spesifik, mikoriza adalah hubungan simbiotik yang saling menguntungkan antara jamur nonpatogen dengan sel-sel atau jaringan akar yang hidup, terutama korteks dan epidermis. Jamur mendapatkan senyawa organik terutama gula dari tanaman sementara tanaman mendapatkan keuntungan dalam penyerapan air dan mineral yang lebih baik. Umumnya, simbiosis mutualisme ini beralangsung di daerah perakaran yang masih muda. 

Mikoriza dikelompokkan menjadi dua jenis, endomikoriza dan ektomikoriza. Ektomikoriza merupakan hubungan di mana hifa jamur membentuk mantel di luar dan di dalam akar, yaitu di rongga antar sel pada lapisan epidermis dan korteks. Ektomikoriza tidak melaukan penetrasi ke dalam sitoplasma sel tetapi membentuk rajutan di ruang antar sel. Ektomikoriza banyak dijumpai pada akar pepohonan dari keluarga Pinaceae, Fagaceae, Betulaceae, Salicaceae, dan beberapa jenis pohon yang lain. 

Endomikoriza terdiri atas tiga jenis, tetapi yang paling banyak dikenal adalah mikoriza vesikula arbuskula (MVA). MVA membentuk rajutan hifa pada jaringan korteks dan sebagian hifanya keluar dari tanaman ke dalam tanah untuk menyerap air dan garam mineral. Walaupun sepertinya jamur langsung melakukan penetrasi ke dalam sitosol sel, sebenarnya terdapat pembatas antara vesiel dan arbuskel dengan sitosol dan korteks. MVA berasosiasi dengan berbagai tumbuhan angiospermae baik dikotil maupun monokotil, tanaman tahunan ataupun tanaman semusim, dan tanaman lokal. Pada gimnospermae, MVA berasosiasi dengan genus Cupresus, Thuja, Taxodium, Juniperus, dan Sequoia.

Sunday, October 26, 2014

Morfologi Tanaman Kemiri Sunan (Reutealis trisperma)

Sistematika tanaman kemiri sunan menurut  adalah sebagai berikut: 
Divisi                : Magnoliophyta 
Class                 : Magnoliopsida 
Ordo                 : Malpighiales 
Famili               : Euphorbiaceae 
Sub Famili        : Crotonoideae 
Genus                : Aleurites 
Spesies             : Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw.

Kemiri sunan merupakan tanaman pohon setinggi 15-20 m dengan kanopi berbentuk payung dan terkadang silindris. Kemiri sunan memiliki akar tunjang dan akar leteral yang pertumbuhan yang cepat dengan areal penyebaran yang lebar dan dalam. Areal penyebaran akar lateral dapat mencapai dua kali lebar tajuknya (Paimin, 1997). Akar lateral beserta akar rambut terkonsentrasi pada kedalaman satu meter dari permukaan tanah (Herman dkk., 2008).

Batang kemiri sunan berbentuk silindris berwarna abu-abu sampai kehitaman. Diameter batang dapat mencapai lebih dari 40 cm dengan lingkar batang 195-234 cm. Percabangan bersifat khas berjumlah tiga membentuk segitiga secara simetris. Pada umur 1-3 tahun, jarak antar cabang umumnya 0,25-1 meter. Daun berbentuk jantung dengan tulang daun menyirip dan permukaan yang halus. Panjang daun berkisar 14-21 cm dan lebar 13-20 cm (Hadad et al., 2009).

Bunga kemiri sunan berbentuk malai dengan mahkota bunga berwarna putih hingga kemerahan, putik berwarna kuning muda, ovary berwarna hijau, dan benang sari berwarna putih kekuningan. Buah berbentuk bulat hingga bulat telur, berbulu lembut, dan agak pipih. Buah memiliki 3-4 ruang berisi biji. Buah berwarna hijau ketika muda dan berwarna kekuningan hingga kecoklatan saat matang. Biji berbentuk bulat dan dibungkus tempurung dengan ketebalan 1-2 mm berwarna coklat atau kehitaman. Di dalam biji terdapat daging buah berwarna putih dengan diameter 23-27 mm.

Herman, dkk. 2013. Kemiri Sunan, Tanaman Penghasil Minyak Nabati dan Konservasi Lahan.  IAARD Press, Jakarta

Saturday, October 18, 2014

Anggrek (Orchid)

 Anggrek merupakan tanaman hias yang sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu. Tanaman anggrek pada saat itu dikenal karena keindahan bunga, aroma yang dapat digunakan sebagai parfum, dan bahan lotion yang dapat menguatkan tubuh gladiator. Di Tiongkok, sekitar 2500 tahun yang lalu, Confucious memuji anggrek karena keindahan bunga dan aroma yang menawan.

Anggrek (orchids) berasal dari kata orchis yang berarti testes. Hal ini karena pada jaman Plato dan Aristoteles anggrek sering dihubungkan dengan masalah kesuburan dan kejantanan. Dalam bahasa Yunani, orchis berarti sebasang bulb yang berada di dalam tanah. Theopratus merupakan orang yang pertama kali mengenalkan istilah orchis. Orchis menurut Theopratus adalah sekelompok tanaman yang memiliki akar kering dan serabut yang biasanya digunakan sebagai tanaman obat. Berdasarkan penemuannya itu, Theopratus bersama dengan Linnaeus disebut sebagai bapak orchidology.

Sampai saat ini, anggrek merupakan tanaman hias yang memiliki family paling besar diantara tanaman hias yang lainnya. Anggrek memiliki lebih dari 750 genera dan lebih dari 25000 spesies. Spesies anggrek akan terus bertambah mengingat semakin banyak jenis anggrek hibrida hasil persilangan. Setiap tahun, spesies anggrek di dunia akan bertamah sekitar 800-1000 spesies baru.

Friday, October 17, 2014

Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang terhadap pertumbuhan dan Hasil Tanaman Krokot Landa

Krokot landa merupakan salah satu jenis sayuran daun yang belum banyak dikenal dan dibudidayakan masyarakat. Krokot landa memiliki beragam kandungan yang bermanfaat seperti protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, Fe, vitamin B1, B2, C, dan kandungan oksalat yang tinggi.

Budidaya krokot scara intensif dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian pupuk yang sesuai baik kualitas ataupun kuantitasnya. Kuantitas terkait dengan dosis yang diberikan, kualitas terkait dengan kandungan hara dan ketersediaan sehingga tanaman dapat memanfaatkan pupuk yang diberikan.

Salah satu jenis pupuk yang dapat digunakan untuk pemupukan tanaman krokot adalah pupuk kandang. Beberapa keunggulan pupuk kandang adalah memiliki beberapa jenis dan kandungan yang beragam, mudah didapatkan, dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. 

Metode
Penelitian dibuat dengan menggunakan rancangan acak blok lengkap dua factor. Faktor pertama adalah jenis pupuk kandang yang terdiri dari pupuk kandang sapi, kandang kambing, dan kandang ayam. Faktor kedua adalah takaran pupuk yang terdiri dari 10 ton/ha, 20 ton/ha, dan 30 ton/ha. Bahan tanam adalah stek pucuk sebanyak 12 buku dan ditanam dengan jarak tanam 40 x 30 cm.

Friday, October 3, 2014

Karakteristik Molekul Air

Air memiliki beberapa sifat kimia dan fisika yang tidak dimiliki molekul lain. Air memiliki karakteristik khas karena sifat kimia dan fisika yang dimiliki. Beberapa karakteristik molekul air adalah sebagai berikut:
Berbentuk cair pada suhu ruang
Semakin besar ukuran moleku suatu senyawa, maka senyawa tersebut akan memiliki kecenderungan untuk berbentuk cair atau padat pada suhu ruang. Jika senyawa memiliki ukuran molekul yang kecil, senyawa tersebut cenderung berbentuk gas atau cair. Air sebenarnya memiliki berat molekul yang kecil, hanya sekitar 18 gram/mol. Tetapi air berbentuk cair pada suhu ruang. Hal ini karena dalam molekul-mlekul air terdapat ikatan ikatan hidrogen yang menyebabkan molekul-molekulnya tidak mudah terlepas dan berubah bentuk menjadi gas. 

Panas spesifik tinggi
Panas spesifik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air murni sebesar 1C. panas spesifik air lebih tinggi dari dari semua senyawa lain kecuali amonia cair. Panas spesifik tinggi pada air disebabkan oleh susunan molekul air yang memungkinkan atom-atom O dan H bergerak secara bebas sehingga dapat menyerap banyak energi tanpa diikuti oleh kenaikan suhu. Dalam kaitannya dengan tumbuhan, panas spesifik yang tinggi berguna untuk menstabilkan suhu tumbuhan walaupun menerima atau kehilangan sejumlah energi.  

Saturday, September 6, 2014

Penanggulangan Masalah Kesuburan Tanah Masam

Peningkatan permintaan hasil pertanian senantiasa meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Intensifikasi menjadi metode yang paling banyak digunakan untuk pengembangan pertanian. Seiring dengan permasalahan lingkungan yang timbul dan alih fungsi lahan di daerah-daerah pertanian intensif, pertanian juga di kembangkan di daerah-daerah yang baru (ekstensif). Daerah-daerah baru tersebut seringkali merupakan daerah marginal yang kurang sesuai atau harus diperlakukan terlebih dahulu agar sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu daerah yang dikembangkan untuk pertanian adalah lahan masam.

Tanah masam merupakan tanah yang memiliki pH sangat rendah sehingga seringkali meracuni tanaman secara langsung atau juga menjadikan tanah tidak dapat menyediakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Berkaitan dengan hal-hal tersebut, perlu dilakukan pengolahan dan pengelolaan pada tanah masam agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman dan dapat menyediakan hara bagi tanaman. Beberapa cara penanggulangan dapat dilakukan melalui pendekatan kimia, fisik-mekanik, dan biologi

a. Cara kimia
Cara kimia dilakukan dengan memberikan bahan-bahan kimia sintetis pada tanah masam. Pemberian zat-zat kimia tersebut dilakukan dengan pengapuran, pemupukan dan penyemprotan herbisida. Pengapuran dilakukan untuk menaikkan pH, meningkatkan Kapasitas Tukar Kation, dan menetralisir Al yang meracuni tanaman. Pemupukan dilakukan untuk memberikan hara bagi tanah yang pada akhirnya bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penyemprotan dimaksudkan untuk meminimalisir hilangnya hara yang diserap oleh gulma.

Kriteria Pertanian Berkelanjutan

Pertanian merupakan suatu usaha atau kegiatan mengelola dan atau mengolah tanaman dan hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bertambahnya jumlah penduduk senantiasa diikuti peningkatan permintaan hasil pertanian. Sistem pertanian dengan teknis budidaya yang intensif banyak diaplikasikan untuk mendapatkan hasil pertanian yang maksimal. Hasil yang maksimal tidak diikuti oleh keberlanjutan pertanian sehingga seringkali hasil maksimal hanya diperoleh di awal-awal waktu sementara waktu-waktu berikutnya hasil pertanian cenderung mengalami penurunan.

Pertanian berkelanjutan tidak hanya terfokus pada maksimalisasi hasil pertanian tetapi juga pada keberlanjutan pertanian itu sendiri. Pertanian berkelanjutan juga berarti suatu sistem pertanian yang hasilnya dapat dinikmati dari waktu ke waktu tanpa adanya atau dengan meminimalisir kerusakan-kerusakan faktor-faktor pendukung pertanian. 

Untuk dapat disebut sebagai suatu sistem pertanian yang berkelanjutan, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria-kriteria yang ada dapat dititikberatkan pada usaha pengendalian masalah lingkungan pada tingkat lokal, regional, dan nasional.

Tingkat lokal (petani)
Pertanian berkelanjutan harus mampu:
a. Mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi tanaman untuk jangka yang panjang. Usaha-usaha yang dapat dilakukan diantaranya adalah mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga keseimbangan hara, dan mengusahakan diversifikasi tanaman di lahan.

Thursday, August 28, 2014

Metode Menghitung Indeks Luas Daun Tanaman Mentimun dan Tomat

Daun merupakan salah satu organ tanaman yang paling penting. Daun merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis untuk menyusun bahan kering tanaman. Luas daun termasuk parameter yang penting untuk mempelajari fisiologi dan agronomi dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Terdapat banyak metode untuk mengukur luas daun tanaman. Metode yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan leaf area meter, planimeter, gravimetri, fotografi, dan masih ada beberapa metode yang lain. Metode lain yang dapat digunakan dan tidak merusak tanaman adalah melalui pendekatan matematika.

Pendekatan matematika yang digunakan untuk menghitung luas daun adalah dengan mengkorelasikan antara panjang dan lebar daun. Pengukuran luas daun melalui pendekatan matematika lebih mudah, cepat, memiliki presisi yang tinggi dan dapat digunakan untuk berbagai tanaman. kelebihan lain dari pengukuran luas daun menggunakan pendekatan matematika ini adalah pengamatan terhadap satu tanaman yang dapat dilakukan sebanyak beberapa kali periode.

Tanaman sampel yang dipilih diukur Panjang dan Lebar daunnya dengan menggunakan penggaris. Tinggi tanaman dan tinggi daun juga diukur dengan menggunakan penggaris untuk menentukan tinggi daun nisbi (RLH). RLH dihitung dengan rumus LH/PH. LH (tinggi daun) adalah jarak antara permukaan tanah dengan tangkai daun. PH (tinggi tanaman) adalah tinggi tanaman. Lebar daun diukur dari ujung-ujung daun terlebar yang tegak lurus dengan tangkai daun. Panjang daun diukur dari ujung daun yang sejajar dengan tangkai daun sampai dengan ujung helaian daun yang menempel pada tangkai daun.

Wednesday, August 20, 2014

Budidaya Cabai Merah Dalam Polybag

Cabai merah merupakan tanaman yang buahnya digunakan untuk memberikan rasa pedas pada makanan. Kebutuhan cabai merah di Indonesia senantiasa stabil dan bahkan mengalami peningkatan. Tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan ketersediaan menjadikan harga cabai merah mengalami peningkatan bahkan pernah mencapai lebih dari Rp 100.000,00 setiap kg. menanam cabai merah di dalam pot selain lebih mudah dalam melakukan perawatan juga dapat meningkatkan keberadaan cabai merah.

Penyiapan benih
Benih cabai untuk ditanam di dalam polybag dapat berasal dari benih yang sudah bersetifikat atau juga dengan membuat benih sendiri dari buah cabai yang ada. Buah cabai merah yang telah matang dipilih yang bentuknya sempurna, segar, dan terbebas dari serangan hama dan patogen penyebab penyakit. Buah diiris secara membujur dan diambil bijinya. Biji kemudian dicuci dan dikeringkan. Biji yang digunakan sebagai benih dipilih yang seragam, permukaan kulit bersih, tidak keriput, dan tidak cacat.

Friday, August 15, 2014

Struktur Molekul Air dan Ikatan Hidrogen

Air berperan penting dan vital bagi tumbuhan. Selain sebagai penyusun tubuh tumbuhan, air juga berfungsi untuk tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tumbuhan. Metabolisme tumbuhan sangat dipengaruhi ole air dan zat-zat yang terlarut di dalam air. Untuk mempelajari metabolism tumbuhan dan fisiologi tumbuhan secara umum diperlukan pengetahuan tentang molekul air.

Air adalah molekul yang sederhana dan ringan. Molekul air hanya terdiri atas satu atom oksigen dan dua atom hidrogen. Berat molekul air hanya 18 gram/mol. Walaupun hanya sederhana dan ringan, molekul air memiliki beberapa karakteristik yang unik. Rangkaian kedua atom hidrogen pada atom oksigen yang berada di tengah tidak membentuk suatu garis lurus. Ikatan ini membentuk sudut 105 dan selalu bersudut 105 ketika dalam bentuk padatan. Dalam bentuk cair, sudut yang terbentuk tidak tepat 105 tetapi rata-rata sudutnya tetap 105.

Elektron yang mengisi kulit atom hidrogen terdiri atas satu elektron milik hidrogen dan satu lagi pinjaman dari elektron oksigen. Dua elektron yang saling berikatan tersebut berada lebih dekat dengan atom oksigen sehingga tampak atom hidrogen hanya seperti proton yang tidak memiliki elektron. Berkaitan dengan hal tersebut, sisi atom oksigen akan bermuatan sedikit negatif dan sisi hidrogen bermuatan agak positif. Dengan demikian, molekul air bersifat polar. Sisi yang bermuatan positif dari molekul air akan berikatan dengan sisi negatif dari molekul air. Ikatan tersebut disebut dengan ikatan hidrogen.

Dibandingkan dengan ikatan kovalen ataupun ikatan ionik, ikatan hidrogen lebih lemah. Kekuatan ikatan hydrogen tergantung pada jenis molekul lain yang terikat pada atom hydrogen. Kekuatan ikatan hydrogen bervariasi antara 8 sampai 42kJ/mol. 

Struktur dan ikatan yang dimiliki, menjadikan molekul air memiliki karakteristik-karakteristik yang khas.

Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sunday, July 13, 2014

Khasiat Tumbuhan Sarang Semut

Sarang semut merupakan tumbuhan yang secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Kandungan antioksidan (flavonoid dan tokoferol), tanin, serta mineral-mineral yang lain seperti kalsium dan kalium diyakini mampu mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Namun demikian, masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui mekanisme bahan aktif yang terkandung di dalam tumbuhan sarang semut dalam mencegah dan menyembuhkan penyakit. 

Beberapa penyait yang secara empiris dapat disembuhkan oleh tumbuhan sarang semut adalah: kanker atau tomor, gangguan jantung terutama jantung korner, stroke ringan maupun berat, ambeien, benjolan-benjolan dalam payudara bagi wanita, gangguan fungsi ginjal dan prostat, haid dan keputihan, melancarkan peredaran darah, migraine, TBC, rematik, sakit maag, melancarkan dan meningkatkan air susu ibu, meningkatkan gairah seksual bagi pria maupun wanita, serta untuk memulihkan kesegaran dan stamina tubuh sepanjang hari. 

Dosis dan cara meminum ramuan dari sarang semut adalah sebagai berikut:

Untuk penyembuhan penyakit secara umum, sarang semut direbus kemudian rebusanya sebanyak 250 ml air diminum secara teratur 2-3 kali sehari. Ampas rebusan tidak digunakan kembali karena kandungan senyawa aktif sudah jauh berkurang sehingga khasiatnya pun juga jauh berkurang. 

Untuk pencegahan, rebusan sarang semut diminum cukup 1-2 kali setiap minggu secara teratur. 

Sumber: M. Akham Subroto dan Hendro Saputro. Gempur Penyakit dengan Sarang Semut.

Budidaya Selada secara Organik

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat menjadikan permintaan produk pertanian organik semakin meningkat. Salah satu produk pertanian organik yang paling banyak permintaannya adalah sayuran. Hal ini karena sayuran merupakan salah satu kebutuhan mendasar setelah penghasil karbohidrat seperti beras ataupun gandum. Selada merupakan sayuran yang paling banyak peminatnya karena dapat dijadikan beraneka macam olahan masakan. Budidaya selada secara organik disamping menyediakan selada dalam jumlah yang dibutuhkan konsumen juga memiliki nilai tambah berupa nihilnya residu-residu kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

1. Asal Bibit
Terdapat banyak versi asal bibit yang dapat digunakan untuk pertanian organik. Yang pertama, bibit atau bahan tanam yang digunakan sebaiknya tidak berasal dari produk rekayasa genetik. Namun hal ini masih menjadi polemik karena masih terdapat beberapa pandangan dan batasan yang berbeda-beda terkait dengan pertanian organik. Yang kedua, benih atau bibit yang digunakan sebaiknya tidak diberi perlakuan bahan-bahan yang dilarang dalam pertanian organik karena menimbulkan residu yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. 

Thursday, July 3, 2014

Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung

Pengembangan produksi dan produktivitas tanaman jagung seringkali terkendala serangan Organisme Pengganggu Tanaman yang menyebabkan suatu penyakit. Salah satu penyakit yang banyak memberikan dampak negatif terhadap pengembangan tanaman jagung adalah bulai. Bahkan serangan bulai pada tanaman yang berumur kurang dari 1 bulan dapat menyebabkan pengurangan produksi jagung hingga 100%. 

Penyakit bulai memiliki nama yang beragam di berbagai daerah di Indonesia. Di Jawa Tengah, penyakit bulai dikenal dengan nama omo putih, omo londo, dan omo bule. Di Jawa Timur dikenal dengan omo putih dan potehan, sedangkan di Jawa Barat dikenal dengan nama omo bados dan hama leur. 

Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan jenis Peronosclerospora sp. Di Indonesia, P. maydis dan P. philippinensis merupakan spesies yang menyerang jagung dan menyebabkan bulai. Bulai yang disebabkan oleh P. philippinensis berbeda dengan yang disebabkan P. maydis. P. philippinensis menyebabkan daun berklorotik cenderung lebih bergaris-garis, dan batang menjadi lebih pendek serta pipih. Berdasarkan ukuran tubuhnya, P. maydis juga berbeda dengan P. philippinensis. P. maydis memiliki ukuran 12 – 19 x 10 – 23 μm dengan rata-rata 19,2 x 17,0 μm . P. philippinensis ukuran konidiofornya 260 – 580 μm, konidiumnya berukuran 14 – 55 x 8 – 20 μm dengan rata-rata 33,0 x 13,3 μm. 

Tuesday, June 17, 2014

Pengendalian Bulai pada Tanaman Jagung

Jagung merupakan komoditas penting dan memiliki nilai strategis dalam penyediaan pangan dan peningkatan perekonomian nasional. Jagung memiliki beragam kegunaan dan penggunaan baik secara langsung sebagai sumber pangan atau juga secara tidak langsung sebagai bahan baku industri. Pengembangan komoditas jagung dalam kaitannya dengan peningkatan produksi dan produktivitas masih terkendala adanya organisme pengganggu pada tanaman jagung. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman jagung adalah bulai. Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora spp. Bulai merupakan salah satu penyakit pada tanaman jagung yang paling sulit dikendalikan dan seringkali menyebabkan penurunan hasil jagung hingga 100% ketika menyerang pada 1-14 MST. 

Pengendalian menjadi sangat penting dilakukan untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan kehilangan hasil akibat penyakit bulai. Beberapa cara pencegahan atau pengendalian penyakit bulai antara lain

1. Pengendalian pra tanam dengan fungsisida berbahan aktif metalaksil
Benih jagung hibrida dan bersari bebas yang sudah dipasarkan umumnya sudah diberi fungisida ridomil atau saromil yang berbahan aktif metalaksil. Metalaksil adalah senyawa kimia yang tergolong golongan asilalanin yang mampu melindungi benih jagung terhadap bibit penyakit, termasuk jamur penyebab penyakit bulai. Pada tahun 80 an, fungisida berbahan aktif metalaksil efektif dalam mengendalikan penyakit bulai. Namun, pada saat ini, ketika fungisda tersebtu telah digunakan lebih dari 20 tahun, terjadi resistensi cendawan terhadap metalaksil sehingga efektifitas fungisida tersebut menurun. Di Kabupaten Bangkayang, Kalimantan Timur, fungisida berbahan aktif metalaksil sudah tidak efektif lagi dalam mengendalikan penyakit bulai.

2. Menanam varietas unggul tahan bulai
Cara ini termasuk cara yang mudah, murah, dan aman bagi lingkungan. Saat ini sudah terdapat beberapa varietas jagung yang toleran dan bahkan tahan terhada serangan cendawan penyebab bulai. Beberapa varietas yang memiliki ketahanan terhadap penyakit bulai yang lebih tinggi dibandingkan varietas yang lain adalah BISI 816, BMD 2, BIMA 3 Bantimurung, Lagaligo, Motor GTO, dan Bisma. 

3. Menanam pada waktu yang tepat
Tanaman jagung paling rentan terkena bulai pada saat tanaman mulai berkecambah hingga tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Penyakit bulai banyak berkembang pada waktu peralihan musim dari kemarau ke musim penghujan atau juga sebaliknya. Oleh karena itu, diupayakan pada saat terjadi peralihan musim, tanaman jagung sudah berumur lebih dari satu bulan.

Monday, June 16, 2014

Fase Pertumbuhan Tanaman Jagung

Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian utama yang memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan strategis di bidang ekonomi. Peningkatan produktivitas jagung dapat dilakukan dengan membuat varietas unggul jagung sesuai spesifikasi lingkungan atau juga dengan teknik budidaya yang tepat. Teknik budidaya yang tepat pada umumnya adalah mensinergikan kebutuhan tanaman dalam setiap fase pertubuhan tanaman dengan input yang harus diberikan. 

Seperti pada tanaman yang lain, jagung juga memiliki kebutuhan yang berbeda-beda untuk setiap fase pertumbuhan. Berikut adalah fase pertumbuhan tanaman jagung yang selama ini sudah dikenal:

1. Fase perkecambahan
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit benih. Proses perkecambahan dimulai ketika terjadi penyerapan air oleh benih melalui proses imbibisi. Proses ini menjadikan benih membengkak diikuti oleh peningkatan aktivitas enzim serta respirasi. Awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp kemudian radikula menembus koleoriza. Setelah radikula muncul, empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang bersamaan, plamula tertutup oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh peanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan peting dalam pemunculan kecambah di permukaan tanah. Ketika ujung koleoptil muncul keluar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah. 

Umumnya kecambah jagung akan muncul di permukaan tanah pada 4-5 hari setelah tanam. Pada kondisi yang dingin dan kering, pemunculan kecambah dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau bahkan lebih. 

Monday, May 19, 2014

Budidaya Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris)

Buncis merupakan tanaman sayuran yang diambil buah dan polongnya untuk dijadikan bahan makanan. Secara umum terdapat dua tipe pertumbuhan batang buncis, yaitu buncis yang tumbuh secara merambat dan buncis yang tumbuh secara tegak. Buncis yang tumbuh tegak dapat tumbuh di dataran rendah (200-300Mdpl) dan termasuk tanaman yang direkomendasikan karena biaya produksi lebih rendah (tidak memerlukan lanjaran). Buncis tumbuh baik pada tanah andosol dan regosol. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman buncis adalah yang gembur, subur, remah, dan memiliki pH antara 5,5-6. 

Budidaya tanaman buncis

1. Penyiapan benih
Benih yang digunakan adalah benih bersertifikat, memiliki daya tumbuh minimal 80%, tahan terhadap serangan OPT, tumbuh cepat dan seragam, warna mengilat, tidak bercampur dengan benih varietas lain, dan memiliki daya hasil yang tinggi.

2. Penyiapan lahan
Penyiapan lahan dilakukan dengan menyiangi gulma, menggemburkan tanah, dan membuat parit-parit drainase. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanik ataupun dengan menggunakan bahan kimia. Tanah dibajak dua kali sedalam 20-30 cm. Bedengan dibuat sesuai dengan ukuran lahan. Umumnya, bedengan dibuat dengan panjang 5 m dan lebar 1 m. Tinggi bedengan adalah 20 cm. pupuk kandang atau kompos diberikan sebanyak 20 ton/ha. Pupuk urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 200, 600, dan 120 kg/ha. Baik pupuk organik ataupun pupuk anorganik diberikan dalam larikan bedengan.

Wednesday, April 23, 2014

Pengenalan dan Pengendalian Hama pada Tanaman Apel

1. Kutu daun (Aphis pomi Geer)
Serangan kutu daun terjadi pada daun muda, tangkai, cabang, dan juga bunga. Serangan dilakukan dengan menghisap cairan yang berada di dalam bagian yang diserang. Akibat serangan adalah adanya daun yang mengkriting, pembungaan terlambat, dan buah-buah yang muda gugur. Serangan yang hebat menyebabkan tanaman tidak menghasikan buah. Pengendalian dilakukan pada saat tanaman bertunas dengan insektisida berbahan aktif abemektin, demethoate, dan fosmathidon. Dengan menggunakan musuh alami, kutu daun dapat dikendalikan denga Coccinellidae dan Lycosa. 

2. Kutu sisik (Lepisdosaphes beckii)
Serangan dilakukan pada buah sehingga buah menjadi bercak-bercak merah yang mengakibatkan turunnya kualitas dan kuantitas hingga 40%. Pengendalian dilakukan dengan melakukan pengecatan batang tanaman dengan bubur kalifornia. Selain tindakan preventif, tindakan kuratif dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif abemektin, demethoate, dan imidakloprid. 





3. Tungau (Panonychus ulmi)
Tungau menyerang daun yang muda, daun tua, dan juga buah. Serangan hebat ditandai dengan adanya bercak kuning, buram, coklat, dan mongering pada daun. Pengandalian dilakukan dengan menggunakan akarisida berbahan aktif dicofol, propagate, dan cyhexatin. Pengendalian secara alami dilakukan menggunakan musuh alami yaitu Coccinellidae dan Lycosa dan tungau predator. 


Saturday, April 19, 2014

Perbanyakan vegetatif konvensional pada anggrek simpodial

a. Memisahkan anakan (split)
Tanaman anggrek simpodial yang sudah dewasa umumnya sudah memiliki banyak pseudobulb. Pseudobulb-pseudobub tesebut dihubungkan oleh satu rizome yang biasanya tumbuh secara horizontal. Pemisahan anakan dilakukan dengan memisahkan pseudobulb-pseudobulb yang ada.

Tanaman yang sudah dewasa atau minimal memiliki 4-6 pseudobulb sudah dapat diperbanyak dengan cara split. Tanaman yang sudah memiliki 6 pseudobulb dipisahkan menjadi dua. Pemisahakn dilakukan dengan memotong rizome dan masing-masing memiliki 3 pseudobulb. Potongan-potongan kemudian dibiarkan hingga memiliki tunas dan anakan baru. Sebelum bertunas, potongan diletakkan pada media tanam seperti yang digunakan sebelum tanaman displit. Setelah bertunas, memiliki akar baru dan daun tanaman sudah lebih keras, barulah potongan-potongan tersebut dipindahkan ke media tanam yang baru.

Untuk menghasilkan tanaman dengan metode split lebih banyak, dapat memanfaatkan hormon pertumbuhan IBA, NAA, atau juga IAA. Ketika tanpa hormon pertumbuhan anggrek yang displit adalah tiga pseudobulb, maka setelah diberi hormon pertumbuhan anggrek dapat displit satu pseudobulb. IAA atau IBA yang digunakan antara 25-50 ppm. Zat tersebut dioleskan pada ujung bawah pseudobulb atau pada rizome. Pemberian hormone pertumbuhan tersebut akan memacu tumbuhnya akar yang pada akhirnya dapat memacu pertumbuhan tunas.

Perbanyakan Vegetatif pada Anggrek Monopodial.

a. Stek biasa
Seperti stek pada tanaman yang lain, stek pada tananamn anggrek cukup dengan memotong bagian tanaman anggrek (sumbu utama) menjadi beberapa bagian. Untuk meningkatkan keberhasilan stek batang, diusahakan bagian yang dipotong sudah memiliki aerial root. Aerial root biasanya muncul pada tanaman anggrek monopodial. Aerial root berfungsi untuk membantu respirasi akar dan menyerap air serta hara dan mineral.

Pada anggrek Arachnis yang sudah memiliki tinggi 3 meter, tanaman dibagi menjadi 3 bagian masing-masing 1 meter. Bekas luka potongan diolesi dengan carbolinium plantarum untuk mencegah masuknya jamur dan bakteri serta untuk mencegah infeksi. Perbanyakan tanaman dalam jumlah banyak hendaknya dipisahkan antara bagian ujung, tengah, dan pangkal. Bagian ujung dijadikan satu populasi, tengah satu populasi, dan pangkal satu populasi. Pengelompokan ini dimaksudkan agar nantinya pertumbuhan tanaman yang seragam pada setiap populasinya.

Bagian pangkal umumnya hanya memiliki sedikit daun atau bahkan tidak memiliki daun sama sekali. Biasanya terdapat keraguan apakah pangkal yang sdah tidak ada daunnya layak dipertahankan atau tidak. Yang perlu dilakukan hanyalah memastikan bahwa pangkal masih hidup. Caranya dengan mengiris sedikit batang atau akar. Ketika masih segar dan hidup, maka pangkal batang masih dapat digunakan sebagai calon anakan. Ketika sdah busuk atau mati, maka pangkal batang sebaiknya dibuang untuk mengurangi waktu, tenaga, dan biaya perawatan.

Perbanyakan Vegetatif pada Anggrek

1. Perbanyakan dengan tangkai bunga
Beberapa tanaman anggrek seperti Epidendrum radicans dan Phalaeonopsis schilleriana dapat diperbanyak dengan menggunakan tangkai bunganya. Epidendrum radicans memmiliki habitus seperti Arachnis. Epidendrum radicans yang sedang berbunga dapat dipotong pangkal tangkai bunganya kemudian ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Awalnya bunga akan luruh dan selanjutnya akan muncul akar dan tunas-tunas yang baru.

Friday, April 4, 2014

Budidaya Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Pada tahun 2003, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kebutuhan akan simplisia temulawak merupakan yang tertinggi. Hal ini dilihat dari jumlah serapapan temulawak untuk bahan baku pembuatan obat tradisional. Rimpang temulawak dapat digunakan untuk merangsang sekresi empedu dan pancreas. Sebagai fitofarmaka, temulawak dapat digunakan untuk mengobati penyakit saluran pencernaan, klainan hati, kandung empedu, tekanan darah tinggi, kontraksi usus, TBC, dan sariawan. Sebagai obat tradisional, temulawak biasa digunakan untuk engobati diare, disentri, wasir, eksim, cacar, jerawat, sakit kuning, ayan, dan kurang darah. Kandungan di dalam rimpang temulawak meliputi protein, pati, kurkumoiid, dan minyak astiri. Macam minyak astiri yang berada di dalam rimpang temlawak adalah feladren, kumfer, turmerol, tolilmetilkarbinol, ar-kurkumen, zingiberen, kuzerenon, germakron, tumeron, dan yang terbanyak adalah xanthorizol.

Tanaman temulawak dapat tumbuh di berbaga jenis tanah seperti latosol, andosol, regosol, podzolik. Hidup pada ketinggian 100-1500 m dpl dengan curah hujan 1400-4000 mm/tahun.

Pembibitan
Bahan tanam temulawak merupakan rimpang yang jelas asal usulnya, nama jenis, dan varietasnya. Beberapa varietas yang merupakan varietas unggul yang telah dilepas Balittro adalah Cursina 1, Cursina 2, dan Cursina 3. Rimpang yang diguankan sebagai bahan tanam adalah yang sudah berumur 12 bulan. Pembibitan dapat menggunaakn rimpang induk atau juga dengan rimpang anakan. Rimpang induk yang digunakan harus dipotong seperempat bagian sementara ketika menggunakan rimpang anakan, rimpang dipotong-potong hingga beratnya 20-40 gram/potong. Sebelum ditanam, rimpang ditumbuhkan hingga mata tunasnya setinggi 0,5 cm- 1 cm agar nantinya pertumbuhan seragam.

Friday, March 28, 2014

Mengenal Beberapa Spesies Anggrek

1. Phalaeonopsis amibilis 
Phalaeonopsis amibilis merupakan anggrek epifit yang tubuh di dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl (purwaningsih dkk., 2002). Phaleonopsis amibilis dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Anggrek Bulan. Anggrek Bulan memiliki batang yang sangat pendek dan seringkali yang terlihat hanya akar dan daun-daunnya. Akar berbentuk pipih berwarna perak atau almunium berukuran panjang dan melekat pada media tumbuhnya. Ujung akar berbentuk bulat dan runcing berwarna hijau kemerahan. Ujung akar berukuran panjang 1-2 cm. Ketika tanaman kekurangan air atau nutrisi, ujung akar akan berwarna pucat dan harus dipotong. Yang perlu diperhatikan terkait lingkungan adalah kondisi cahaya, suhu, dan ketersediaan air. Lebih baik tanaman sedikit kekurangan air daripada kelebihan air.

Daun berbentuk bulat panjang dengan jumlah 3-8 helai dan kaku. Daun mengkilat dengan panjang 40 cm dan lebar 13 cm. Tangkai bunga muncul dari pangkal batang, berwarna hijau kehitaman, terkadang bercabang, dan berukuran sebesar lidi dengan panjang hingga 80 cm. dalam satu tangkai, terdapat hingga lebih dari 60 kuntum bunga. Berbunga dua kali setauhun dan tahan lama. Bunga tersusun rapat dengan diameter hingga 12 cm. 

Monday, March 24, 2014

Kutu Tanaman pada Tanaman Hias

Tanaman hias memiliki fungsi yang beragam bagi kehidupan manusia. Selain bisa mendatangkan keuntungan secara ekonomi, keberadaan tanaman hias dapat menjaga kesehatan manusia khususnya kesehatan kejiwaan. Seperti jenis tanaman-tanaman yang lain, tanaman hias juga memerlukan perawatan agar pertumbuhanya optimal dan tetap sehat. Dan yang tidak kalah penting, perawatan dilakukan untuk menjaga penampilan tanaman agar tetap indah. Salah satu perawatan yang dilakukan untuk menjaga penampilan dan optimalnya pertumbuhan tanaman adalah pengendalian terhadap hama tanaman. Hama yang paling banyak menyerang tanaman hias adalah jenis kutu-kutu an. Beberapa kutu yang biasanya menyerang tanaman hias adalah:

1. Kutu kebul (Famili Aleyrodidae)
Aleyrodidae merupakan family kutu kebul yang terdiri dari lebih dari 1500 spesies. Baik kutu kebul jantan maupun betina memiliki dua pasang sayap berupa selaput tipis keputihan. Kebanyakan spesies kutu kebul membentuk benang-benang lilin yang menyelimuti tubuh nimfa dan imagonya.

2. Kutu daun (Famili Aphididae)
Famili aphididae memiliki nama umum kutu daun. Saah satu ciri khas kutu daun adalah adanya sepasang kornikel pada pada ujung abdomen. Imago utu daun yang bersayap dapat ditemui dan dilihat dengan jelas ketika populasi kutu daun tinggi. Semua kutu daun yang berada di Indonesia berjenis kelamin betina. Kutu daun menyukai bagian pucuk tanaman dan daun yang masih muda. Serangan awal kutu daun dimulai dari bagian bawah daun. 

3. Kutu perisai (Famili Diaspididae)
Famili Diaspididae memiliki jumlah spesies paling banyak diantara kutu-kutu yang lain. Nama umum famili ini adalah kutu perisai. Kutu perisai betina menghasilkan suatu perisai tebal anti air dan hidup menempel pada tanaman inang. Perisai berfungsi sebagai pelindung dan bisa terpisah dari tubuhnya. Perisai tersebut merupakan eksuvium nimfa instar dua dan kadang-kadang nimfa yang lebih tua. Perisai akan tetap ada sekalipun kutu perisai sudah mati.

4. Kutu tempurung (Famili Coccidae)
Disebut sebagai kutu tempurung karena kutu ini memiliki tempurung di tubuhnya. Tempurung merupakan struktur keras sebagai perlindungan yang tidak bisa lepas dari tubuhnya. Kutu betina memiliki tubuh lebih pipih dan berukuran lebih panjang membulat dengan integument lembut yang terkadang tertutup lilin. Tidak semua kutu tempurung memiliki antenna. Kutu jantan ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. 

5. Kutu putih (Famili Pseudococcidae) 
Kutu putih merupakan kutu yang paling banyak dijumpai meyerang tanaman hias. Kutu putih mengeluarkan lilin yang putih yang menutupi permukaan dan sekeliling tubuhnya sehingga tampak berwarna keputihan bila dilihat sekilas. Ada salah satu spesies kutu putih yang memiliki lilin berwarna coklat, yaitu Nipaecoccus nipae. Kutu putih betina berbeda dengan kutu putih jantan. Kutu putih betina memiliki bentuk mirip dengan serangga fase nimfa, tidak bersayap, dan relatif diam menetap. Kutu putih jantan memiliki sayap sehingga lebih sering berpindah tempat. Pada umumnya, kutu putih jantan lebih pendek umurnya daripada yang betina.

6. Kutu kapuk (Famili Margarodidae)
Ukuran tubuh kutu kapuk merupakan yang paling besar diantara kutu-kutu yang lain. Ukurannya dapat mencapai 2 cm. tubuh ditutupi lilin sberbentuk gumpalan-gumpalan seperti bantal. Warna lilin bervariasi, bisa berwarna kuning atau juga berwarna putih. Warna kutikula dan isi tubuh adalah oranye sedangkan antenna berwarna hitam. 

Gejala Serangan
Sepanjang hidupnya, kutu hidup di tanaman inangnya. Semua jenis kutu memiliki alat mulut berbentuk stilet yang digunakan untuk menusuk dan menghisap bagian tanaman. kerusakan pada daun dapat berupa nekrosis, malfrmasi danun, dan kematian pucuk tanaman. Kutu tanaman mengeluarkan embun madu dari dalam tubuh yang merupakan sisa pencernaan. Ekskresi ini dikeluarkan melalui struktur berupa cincin anal. Embun madu dimanfaatkan semut sebagai makanannya dan juga akan menjadi media tumbuh cendawan embun jelaga berwarna hitam. Semut dapat membantu kutu tanaman dari serangan musuh alami baik predator atau juga parasitoid.

Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jendral Hortikultura. 2012

Peran Hutan dan Vegetasi dalam Menghambat Erosi

Erosi tanah seringkali menjadikan lahan pertanian kehilangan lapisan olehnya sehingga berkurang kesuburannya. Bahan organik yang berada di top soil akan mudah terkikis dan terangkut ketika tidak ada vegetasi yang melindunginya. Terbawanya bahan organik dan lapisan tanah atas ini menjadikan tanah menjadi kurang subur disamping kekurangan/kehilangan kemampuan dalam menahan air yang akan berguna pada musim kemarau. 

Keberadaan hutan dan vegetasi yang menutup tanah selain dapat mencegah terjadinya pengikisan-pengikisan tanah juga dapat menjaga ketersediaan air di musim kemarau. Rapatnya dedaunan hutan dapat menahan kekuatan dan kecepatan jatuhnya butir-butir hujan sehingga butir hujan akan jatuh ke permukaan tanah secara lambat melalui ranting dan batang pohon. Humus yang berada di permukaan tanah meningkatkan porositas tanah dan daya infiltrasi yang mana dapat mengurangi laju keceatan air di permukaan tanah. Air akan meresap ke dalam tanah dalam kecepatan yang lambat dan bergerak ke kaki bukit dengan kecepatan yang lambat pula. Pergerakan lambat air tanah ke kaki bukit ini akan membentuk mata air sehingga potensi kekeringan pada musim kemarau dapat ditekan.