Merupakan tanaman yang berasala dari Afrika dan dibawa masuk ke Indonesia pada tahun 1915. Crotolaria usaramoensis banyak dijumpai di lahan kosong, tepi jalan, kebun teh, tepi hutan, dan lain sebagainya. Pemberian nama didasarkan pada bunyi yang dikeluarkan tanaman ketika sudah tua dan digoyang-goyangkan. Crotolaria usaramoensis memiliki nama daerah seperti kekcrekan (Sunda), orok-orok (Jawa), kroncongan (Betawi), dan pijritan (Madura).
Crotolaria usaramoensis dapat tumbuh mulai dari ketinggian 0-1500 mdpl dan dapat hidup di berbagai jenis tanah. Crotolaria usaramoensis dapat diperbanyak dengan menggunakan biji.
Crotolaria usaramoensis merupakan legume yang tumbuh tegak, pada tanah yang subur ketinggian tanaman dapat mencapai 2,5 meter, dan batang berkayu lunak. Perakaran dalam, batang dan cabang tumbuh di dekat pangkal batang di dekat permukaan tanah, sudut batang berkisar 30-45. Daun tunggal berselang-seling. Daun agak halus bila dipegang, daun berbentuk oval, ujung daun membulat, panjang 2-6 cm, tulang daun kaku tetapi terasa halus di tangan. Bunga termasuk bunga kupu-kupu, berwarna kuning, dan memiliki garis berwarna coklat di tengah. Bunga bertipe tandan dengan panjang sekitar 15 cm. polong lurus dan membulat, di tengah terdapat garis pemisah berupa sekat tipis. Polong tua berwarna coklat kehitaman dan akan pecah dengan sendirinya. Umur tanaman mencapai 1-2 tahun.
Tumbuhan Crotolaria usaramoensis ditanam untuk dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah pencegah erosi, sumber pupuk hijau, pemberantas alang-alang, dan sumber pakan ternak. Sebagai tanaman penguat teras, penanaman Crotolaria usaramoensis harus dilakukan dengan jarak tanam yang rapat. Produksi bahan hijauan segar dapat mencapai 7-8 ton/hektare setiap 4 bulan pemangkasan. Penggunaan daun sebagai pupuk hijau sebaiknya digunakan sebelum bunga mekar.
Purwanto, Imam. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment