Pengetahuan akan fase pertumbuhan tanaman bermanfaat untuk memudahkan dalam manajemen tanaman. Setiap fase pertumbuhan, tanaman membutuhkan input yang berbeda-beda. Begitu pun dengan tanaman kentang. Pengetahuan akan fase pertumbuhan tanaman kentang akan memudahkan dalam melakukan teknis budidaya tanaman kentang sehingga didapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal dari budidaya tanaman kentang.
Pertumbuhan tanaman kentang dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase pertumbuhan tunas, fase pertumbuhan brangkasan, dan fase pertumbuhan umbi.
Pada fase pertumbuhan tunas, tunas dapat tumbuh bai di ruang penympanan ataupun di lapangan, dengan atau tanpa cahaya matahari. Setelah umbi mengakhiri masa dormansi, tunas akan segera tumbuh. Laju pertumbuhan tunas bergantung pada suhu dan kelembaban. Suhu tinggi akan memacu pertumbuhan tunas dan jika kondisi tanah kering, umbi akan kehilangan bobot sehingga tunas tumbuh lebih lambat. Umbi yang digunakan sebagai bibit adalah umbi yang sudah memiliki tunas sepanjang 1 cm. Tunas apical yang sudah setinggi 3 cm dibuang untuk menghilangkan dominansi apikal dan memacu munculnya tunas lateral agar pertumbuhan lebih seragam.
Fase pertumbuhan brangkasan (haulm growth) dimulai sejak daun pertama terbuka di atas permukaan tanah sampai tercapai bobot kering maksimum. Sejak daun pertama terbuka, kegiatan fotosintesis dimulai sehingga peran umbi induk sebagai pemasok karbohidrat dalam pertumbuhan tanaman sedikit demi sedikit berkurang dan akhirnya tidak berfungsi sama sekali.
Pada fase pertumbuhan umbi (tuber growth) terjadi persaingan yang kuat antara umbi dengan bagian atas tanaman (shoot) yang sama-sama tumbuh dan sama-sama berperan sebagai penerima (sink). Persaingan itu berhenti setelah pertumbuhan brangkasan mencapai maksimum dan hanya umbi yang berfungsi sebagai penerima, sedangkan brangkasan berubah menjadi sumber.
Menurut Beukema dan van der Zaag (1979), secara keseluruhan dikenal dua tipe fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif tanaman kentang, yaitu (1) tipe daur pendek, yang dicirikan dengan bobot brangkasan rendah, inisiasi umbi lebih awal, umur relatif pendek sehingga panen lebih cepat, dan menghasilkan umbi yang lebih rendah daripada tipe daur panjang, (2) tipe daur panjang, yang dicirikan dengan bobot brangkasan besar, inisiasi umbi terlambat, umur lebih panjang sehingga mampu menghasilkan umbi kentang lebih tinggi dibandingkan dengan tipe daur pendek.