1. Kutu daun (Aphis pomi Geer)
Serangan kutu daun terjadi pada daun muda, tangkai, cabang, dan juga bunga. Serangan dilakukan dengan menghisap cairan yang berada di dalam bagian yang diserang. Akibat serangan adalah adanya daun yang mengkriting, pembungaan terlambat, dan buah-buah yang muda gugur. Serangan yang hebat menyebabkan tanaman tidak menghasikan buah. Pengendalian dilakukan pada saat tanaman bertunas dengan insektisida berbahan aktif abemektin, demethoate, dan fosmathidon. Dengan menggunakan musuh alami, kutu daun dapat dikendalikan denga Coccinellidae dan Lycosa.
2. Kutu sisik (Lepisdosaphes beckii)
Serangan dilakukan pada buah sehingga buah menjadi bercak-bercak merah yang mengakibatkan turunnya kualitas dan kuantitas hingga 40%. Pengendalian dilakukan dengan melakukan pengecatan batang tanaman dengan bubur kalifornia. Selain tindakan preventif, tindakan kuratif dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif abemektin, demethoate, dan imidakloprid.
3. Tungau (Panonychus ulmi)
Tungau menyerang daun yang muda, daun tua, dan juga buah. Serangan hebat ditandai dengan adanya bercak kuning, buram, coklat, dan mongering pada daun. Pengandalian dilakukan dengan menggunakan akarisida berbahan aktif dicofol, propagate, dan cyhexatin. Pengendalian secara alami dilakukan menggunakan musuh alami yaitu Coccinellidae dan Lycosa dan tungau predator.
4. Thrips
Serangan terjadi pada daun yang masih muda dan pada buah yang sudah mekar. Serangan mengakibatkan helai daun menebal, kedua sisi menggulung ke atas, dan pertumbuhan daun menjadi tidak normal. Serangan pada buah yang masih kecil menyebabkan bekas luka berwarna coklat keabu-abuan. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fention, diazinon, dan tukothion. Musu alami yang dapat digunakan untuk pengendalian thrips adalah Coccinellidae.
5. Ulat daun (Spodoptera litura)
Ulat daun menyerang tanaman secara berkelompok. Pada saat baru menetas, ulat-ulat menggerek daun sehingga daun berlubang tidak teratur dan pada akhirnya hanya tinggal tulang daunnya. Pengendalian dilakukan secara mekanis dengan cara membuang kelompok telur. Kelompok telur biasanya hanya berada pada satu helaian daun. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif metamidofos.
6. Serangga penghisap daun (Helopeltis sp)
Helopeltis menyerang pada daun muda, tunas, dan buah dengan cara menghisap cairan yang ada di dalamnya. Waktu serangan umumnya berlangsung pada pagi atau sore hari. Gejala terlihat pada tunas yang menjadi berwarna coklat, kering, dan mati. Pada buah menyebabkan buah menjadi bercak coklat, nekrosis. Ketika buah sudah berkembang menjadi lebih besar, bercak akan mudah pecah sehingga kualitas buah menurun. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan insektisida berbahan aktif asefat dan metomil dan dilakukan pada pagi atau sore hari.
7. Penggerek buah apel (Aegiserthia conjugella)
Serangan terjadi pada buah. Buah yang terserang akan berlubang sebesar 1-2 mm. pengendalian harus segera dilakukan untuk mencegah gagal panen. Pengendaian dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida sebelum hama bertelur di dalam buah. Insektisida yang digunakan berbahan aktif asefat. Penyemprotan dilakukan pada saat mahkota bunga sudah luruh dan dilakukan selanjutnya setiap seminggu sekali.
8. Lalat buah
Serangan lalat buah menyebabkan buah menjadi busuk. Pengendalian pada fase pupa dan lava sulit dilakukan karena pada fase tersebut hama berada di dalam buah dan dalam tanah. Pengendalian dilakukan pada fase dewasa adalah yang paling mudah dilakukan. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengumpulkan buah yang terserang kemudian membakarnya. Pengendalian kimia dilakukan dengan menyemprot insektisida berbahan aktif triazofos, fention, diazinon, dan dimethoate.
9. Penghisap buah apel (Othereis fullonica)
Gajala yang timbul adalah kulit buah busuk, mengering, dan lunak ketika dipijat.
Balai Peelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
No comments:
Post a Comment