Bawang merah merupakan tanaman yang memiliki banyak fungsi baik dari segi kesehatan atau juga sebagai bahan pangan (bumbu) masakan. Sebagai bahan baku bumbu masakan dan dapat digunakan sebagai obat, permintaan akan bawang merah relatif stabil dan cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Permintaan yang stabil dan cenderung naik menjadikan komoditas bawang merah merupakan salah satu komoditas potensial yang akan menguntungkan ketika dikembangkan dalam skala usaha yang besar. Akan tetapi, pengembangan komoditas bawang merah senantiasa mengalami kendala seperti penguasaan teknologi budidaya yang rendah, musim yang tidak menentu, dan adanya serangan organisme pengganggu tanaman. Serangan organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu yang membuat penurunan hasil bawang merah, baik dari sisi kualitas atau juga kuantitas. Beberapa OPT yang sering berada di pertanaman bawang merah adalah sebagai berikut:
1. Ulat bawang (Spodoptera exigua Hubner)
Gejala
Ulat bawang menyerang sejak pertumbuhan awal bawang (1-10hst) hingga fase pemasakan umbi (51-65 hst). Ulat muda segera melubangi ujung daun kemudian masuk ke dalam daun bawang. Daun bawang kemudian terlihat bercak-bercak putih transparan.
a. Penanaman varietas toleran dan dengan kultur teknis yang lainnya (mangatur waktu tanam, penanaman serentak, pergiliran tanaman, dan dengan tumpang sari). Cara lain adalah dengan sanitasi, pengolahan tanah, pengelolaan air yang baik, dan mengatur jarak tanam.
b. Pengumpulan ulat telur dan kelompok ulat secara mekanis, pemasangan lampu perangkap, penggunaan sungkup kain kasa, dan pemsangan kelambu sampai tanaman berumur 1 minggu sebelum tanam.
c. Menggunaan agens hayati seperti NPV, Metarrhizium sp, dan Beauveria sp.
d. Aplikasi pestisida kimia sintetik seperti sipermentrin deltametrin, beta siflutrin, dan spinosad.
2. Penggorok daun bawang
Gejala
Gejala serangan berupa bintik-bintik putih akibat tusukan ovipositor dan berupa liang korokan larva yang berkelok-kelok. Serangan terjadi pada saat fase awal pertumbuhan sampa fase pematangan umbi. Pada serangan yang berat, hampir seluruh helaian daun penuh dengan korokan sehingga menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar.
a. Penanaman varietas toleran, budidaya tanaman sehat, pergiliran tanaman dan penanaman tanaman perangkap, penggunaan mulsa plastik, dan pemasangan perangkap lalat.
b. Penggunaan parasite Hemiptarsenus varicornis, Opius sp, Neochrysosharis sp, dan Asecodes sp.
c. Aplikasi pestisida kimia sintesis seperti kartap hidroksida.
3. Antraknosa (Colletotrichum gloesporioides)
Gejala
Daun terlihat bercak putih dengan ukuran 1-2 mm kamudian melebar dan menjadi berwarna kehijauan. Tanaman mendadak mati, daun bawah rebah karena pangkal daun mengecil.
a. Mengatur waktu tanam yang tepat dan menggunakan benih dari indukan yang sehat.
b. Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman yang sakit
c. Eradikasi selektif terhadap tanaman terserang jika hasil serangan ringan (<10%).
4. Penyakit moler (Fusarium oxysporum)
Gejala
Daun menguning dan akar mudah dicabut. Pada umbi terdapat cendawan berwarna keputih-putihan dan jika umbi dipotong membujur tampak ada pembusukan. Tanaman yang terserang daunnya mati dari ujung dengan cepat.
a. Menanam benih sehat
b. Eradikasi selektif terhadap tanaman yang terserang
c. Menggunakan agens hayati seperti Trichoderma sp dan Gliocladium sp dalam kompos yang diberikan dalam lubang tanam pada saat penanaman.
5. Bercak ungu atau trotol (Alternaria porii)
Gejala
Pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu. Pada serangan lanjutan bercak tampak menyerupai cincin, warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi zona kuning yang dapat meluas ke atas atau ke bawah bercak. Dan ujung daun menguning. Umbi tampak membusuk dan berair yang berwarna kuning atau merah kecoklatan. Seangan lanjut menyebabkan aringan umbi menjadi kering, berwarna gelap, dan bertekstur seperti kertas.
a. Pengaturan waktu tanam, penggunaan benih sehat, pergiliran tanaman dengan non genus allium
b. Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
Sumber: balai proteksi tanaman pangan dan hortikultura Provinsi Banten.
No comments:
Post a Comment