1. Zat nutrisi: Secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, vitamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois, alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll.
2. Terpenoid: Zat ini membantu dalam proses sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh.
3. Zat anti bakteri. Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S. scotmuelleri, S. typhi, dan Shigella dusenteriae, S. flexnerii, S. pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.
4. Scolopetin: Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.
5. Zat anti kanker: Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.
6. Xeronine dan Proxeronine: Salah satu alkaloid penting yang terdapat di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
7. Mengkudu juga mengandung anthraquinone yang bersifat antiseptik dan antibakteri. Antara lain Escherichia coli penyebab diare pada anak-anak (dalam keadaan tertentu), Salmonella penyebab keracunan makanan, Staphylococcus aureus penyebab bisul. Sari buah mengkudu sudah sejak dulu terkenal sebagai penyembuh luka di kalangan pemakai jamu tradisional tanpa memasalahkan apa biang keladinya.
penulis: Sheptian Nur C, Aditya Yasyfa M, Ahmad Zamzami. Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
No comments:
Post a Comment