Potensi dan prospek pengambangan tumbuhan obat memang memiliki nilai yang sangat besar jika diolah dan dikembangkan secara tepat. Bukan tidak mungkin tumbuhan obat mampu menggeser peran obat-obatan kimia sebagai media utama penyembuhan berbagai penyakit. Namun, kelemahan-kelemahan yang dimiliki tumbuhan obat terkadang menjadi kendala dalam pengembangan tumbuhan obat itu sendiri. Menurut Zein (2005), kelemahan-kelemahan tumbuhan obat adalah sebagai berikut:
1. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan dan berbedanya naman tumbuhan berdasarkan daerah tempat tumbuh.
2. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat terutama dikalangan profesi dokter.
3. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka yang kurang menarik dan kurang meyakinkan dibandingkan dengan obat-obat paten.
4. Kurangnya penelitian yang komprehensif dan terintegrasi dari tumbuhan obat di kalangan profesi dokter.
5. Belum adanya upaya pengenalan dini terhadap tumbuhan yang berkhasiat obat di institusi pendidikan yang sebaiknay dilakukan mulai dari pendidikan dasar.
Adapun upaya untuk mengurangi/menghilangkan kelemahan tersebut yang mungkin dapat dilakukan adalah:
1. Sosialisasi dini tumbuhan obat di institusi pendidikan
2. Mengintegrasikan tumbuhan obat di dalam system pelayanan kesehatan formal seperti puskesmas dan rumah sakit.
3. Mendukung setiap kegiatan penelitian imiah bidang tumbuhan obat untuk membuktikan khasiatna secara ilmiah agar kalangan professional dapat memahami secara komprehensif.
4. Peninjauan dan reformasi sitem pendidikan kedokteran/kesehatan dan bertanian/biologi dengan memberikan porsi yang seimbang terhadap tumbuhan obat.
5. Memulai melakukan kegiatan penelitian sekecil apapun terhadap bahan tumbuhan berkhasiat terhadap penyakit tertentu, mempublikasikan serta melakukan penelitian yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik dan berorientasi kepada industri fitofarmaka.
Selain beberapa upaya untuk mengurangi kelemahan tumbuhan obat tersebut, terdapat upaya lain untuk mengembangkan tanaman obat. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan bioregional. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk hasil budidaya tumbuhan obat. pemberian pupuk dan perlakuan-perlakuan yang lain berlum tentu memberikan hasil yang optimal ketika tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman. Oleh karena itu, untuk efisiensi produksi, perlu diterapkan konsep bioregional. Yaitu menumbuhkan komoditas tanaman obat sesuai dengan spesifikasi syarat tumbuh yang diinginkan tumbuhan obat.
Untuk mengetahui komoditas unggulan di masing-masing sentra, maka setiap daerah harus mengkaji potensi bioregional di daerahnya masing-masing. Pertimbangan yang menjadi dasar dalam memilih jenis tumbuhan obat untuk daerahnya adalah sebagai berikut:
1. Kesesuaian kondisi agroekosistem antara jenis tumbuhan obat dengan daerah pengembangannya.
2. Kesesuaian penyebaran jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakna oleh industri obat tradisional dengan daerah pengembangannya.
3. Teknik budidaya dan pascapanen tanaman obat supaya sesuai dengan Good Agricultural Practices, Good Handling Practices, dan Standar Operasional Prosedur sesuai spesifikasi lokasi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian yang meliputi penelaahan kondisi bioekologis untuk menentukan jenis komoditas berdasarkan pada kesesuaiannya dengan lingkungan agrobiofisik yang ada, penelaahan social budaya yang mencakup tradisi etnofarmaka dan teknik budidaya yang dimiliki oleh masyarakat pada daerah yang bersangkutan, dan penelaahan terhadap pasar yang mencakup pangsa pasar, nilai ekonomi, dan daya saing terhadap komoditas sejenis yang dihasilkan daerah atau Negara lain.
1. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan dan berbedanya naman tumbuhan berdasarkan daerah tempat tumbuh.
2. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat terutama dikalangan profesi dokter.
3. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka yang kurang menarik dan kurang meyakinkan dibandingkan dengan obat-obat paten.
4. Kurangnya penelitian yang komprehensif dan terintegrasi dari tumbuhan obat di kalangan profesi dokter.
5. Belum adanya upaya pengenalan dini terhadap tumbuhan yang berkhasiat obat di institusi pendidikan yang sebaiknay dilakukan mulai dari pendidikan dasar.
Adapun upaya untuk mengurangi/menghilangkan kelemahan tersebut yang mungkin dapat dilakukan adalah:
1. Sosialisasi dini tumbuhan obat di institusi pendidikan
2. Mengintegrasikan tumbuhan obat di dalam system pelayanan kesehatan formal seperti puskesmas dan rumah sakit.
3. Mendukung setiap kegiatan penelitian imiah bidang tumbuhan obat untuk membuktikan khasiatna secara ilmiah agar kalangan professional dapat memahami secara komprehensif.
4. Peninjauan dan reformasi sitem pendidikan kedokteran/kesehatan dan bertanian/biologi dengan memberikan porsi yang seimbang terhadap tumbuhan obat.
5. Memulai melakukan kegiatan penelitian sekecil apapun terhadap bahan tumbuhan berkhasiat terhadap penyakit tertentu, mempublikasikan serta melakukan penelitian yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik dan berorientasi kepada industri fitofarmaka.
Selain beberapa upaya untuk mengurangi kelemahan tumbuhan obat tersebut, terdapat upaya lain untuk mengembangkan tanaman obat. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan bioregional. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk hasil budidaya tumbuhan obat. pemberian pupuk dan perlakuan-perlakuan yang lain berlum tentu memberikan hasil yang optimal ketika tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman. Oleh karena itu, untuk efisiensi produksi, perlu diterapkan konsep bioregional. Yaitu menumbuhkan komoditas tanaman obat sesuai dengan spesifikasi syarat tumbuh yang diinginkan tumbuhan obat.
Untuk mengetahui komoditas unggulan di masing-masing sentra, maka setiap daerah harus mengkaji potensi bioregional di daerahnya masing-masing. Pertimbangan yang menjadi dasar dalam memilih jenis tumbuhan obat untuk daerahnya adalah sebagai berikut:
1. Kesesuaian kondisi agroekosistem antara jenis tumbuhan obat dengan daerah pengembangannya.
2. Kesesuaian penyebaran jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakna oleh industri obat tradisional dengan daerah pengembangannya.
3. Teknik budidaya dan pascapanen tanaman obat supaya sesuai dengan Good Agricultural Practices, Good Handling Practices, dan Standar Operasional Prosedur sesuai spesifikasi lokasi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian yang meliputi penelaahan kondisi bioekologis untuk menentukan jenis komoditas berdasarkan pada kesesuaiannya dengan lingkungan agrobiofisik yang ada, penelaahan social budaya yang mencakup tradisi etnofarmaka dan teknik budidaya yang dimiliki oleh masyarakat pada daerah yang bersangkutan, dan penelaahan terhadap pasar yang mencakup pangsa pasar, nilai ekonomi, dan daya saing terhadap komoditas sejenis yang dihasilkan daerah atau Negara lain.
Anonim. 2013. Pedoman Bahan Saintifikasi Jamu. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Jakarta
Zein, Umar. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan. USU Respiratory, Medan
No comments:
Post a Comment