Secara garis besar penurunan produktivitas kopi ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya oleh Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Terdapat tiga jenis OPT utama yang menyerang tanaman kopi yaitu hama (Hama Penggerek Buah Kopi atau PBKO), nematoda parasit (Pratylenchus coffeae), dan penyakit (Penyakit Karat Daun Kopi). Pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu aspek dalam teknis budidaya tanaman kopi yang menentukan keberhasilan pertanaman dan hasil optimal pada tanaman kopi.
a) Hama
Menurut Puslitkoka (2006), hama utama pada tanaman kopi adalah:
· Nematoda parasit, yaitu Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Pengendalian disarankan menggunakan metode kimiawi seperti karbofuran (Curaterr 3 G) ataupun tanaman tahan, seperti klon BP 961.
· Hama penggerek buah kopi, yaitu Hypothenemus hampei. Untuk pengendalian disarankan melakukan pengaturan naungan agar pertanaman tidak terlalu gelap, atau penggunaan parasitoid Cephalonomia stephanoderis ataupun menggunakan tanaman yang masak serentak seperti USDA 762 untuk arabika dan BP 234 dan BP 409.
· Kutu dompolan atau kutu putih Planococcus citri, yang disarankan dikendalikan dengan pengaturan naungan, maupun cara kimia dengan insectisida propoksur (poxindo 50 WP).
· Kutu hijau (Coccus viridis) atau kutu coklat (Saesetia coffeae), pengendalian yang disarankan dengan pemeliharaan dan pemupukan yang berimbang atau cara kimia menggunakan tepung Sividol atau Karbaril maupun penyemprotan insektisida (Anthio 330n EC).
· Penggerek cabang Xylosandrus spp. yang dikendalikan dengan memotong cabang terserang, pemangkasan, dan membakar ranting-rantingnya.
· Penggerek batang merah Zeuzera coffeae, disarankan dikendalikan dengan memotong batang terserang maupun cara kimia dan biologis lainnya.
Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr)
Hama ini dikenal sebagai hama Bubuk Buah Kopi (BBK) termasuk kedalam family Scolytdae, ordo Coleoptera. Hama menyerang dan berkembang biak pada berbagai jenis kopi. Serangga masuk dari ujung buah maupun biji yang masih di pohon maupun yang telah jatuh ke tanah. Pengendalian harus dilakukan bila intensitas serangan >10%. Pengendalian dapat dilakukan melalui sanitasi kebun, pembiakan dan pelepasan parasitoid Cephalonomia stepiana Deri serta penggunaan jamur Beauveria basiana. Sanitasi dilakukan dengan petik buah. Petik buah adalah mengambil semua buah yang rusak awal karena serangan, rampasan adalah mengambil semua buah yang ada di panen, sedangkan lelesan adalah mengambil buah yang ada di tanah.
b) Penyakit
Rendahnya produksi nasional kopi Arabika tidak terlepas dari terbatasnya lahan yang sesuai untuk penanamannya, yaitu berupa persyaratan ketinggian tempat penanaman di atas 1000 m di atas permukaan laut. Pada lahan tinggi tersebut selain aroma kopi Arabika lebih baik, serangan jamur penyebab penyakit karat daun, Hemileia vastatrix B. et Br. juga akan terhambat. Sementara itu lahan yang masih tersedia sebagian besar terletak pada lahan ketinggian menengah (700 – 900 m dpl.), yaitu suatu area yang selama ini telah banyak ditanami kopi Robusta. Jadi salah satu cara menghindari penyakit karat daun pada kopi arabika adalah dengan menanam pada lahan dengan ketinggian yang cukup, yaitu di atas 1000 m dpl
Menurut Puslitkoka (2006), penyakit utama pada tanaman kopi adalah :
· Karat daun, dikendalikan dengan menanam tanaman tahan (misal S 795) serta pemangkasan dan pemupukan agar tanaman cukup kuat dan bugar serta menggunakan cara kimiawi dengan fungisida kontak (misal Cupravit OB 21, dll.).
· Bercak daun, dikendalikan dengan pemberian naungan yang cukup tapi pertanaman tidak lembab serta cara kimiawi dengan penyemprotan Bavistin 50 WP, dll.
· Jamur upas, dikendalikan dengan memotong batang sakit dan dibakar potongan-potongan tersebut ataupun dengan pemberian fungisida Calixin RP, dll.
· Busuk buah dan busuk cabang, dikendalikan dengan memetik buah terserang dan buah tersebut dibakar atau dipendam ataupun cara kimiawi dengan pemberian fungisida Delsene MX 200 atau sejenisnya.
· Jamur akar coklat, dikendalikan dengan membongkar akar tanaman yang terserang lalu dibakar dan bekasnya tidak ditanami lagi minimal 2 tahun.
· Penyakit rebah batang, dikendalikan dengan pengaturan naungan agar cukup sinar matahari ataupun menyemprot pembibitan dengan Delsene MX 200.
Penyakit karat daun kopi (KDK) disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix, penyakit ini hanya menyerang kopi Arabika. Itulah sebabnya kopi di Indonesia didominasi oleh Robusta kecuali di dataran tinggi. Pada penyakit ini, spora memegang peranan penting dalam penyebarannya yang disebut Urediospora, dibentuk dalam jumlah besar. Jamur ini hanya menginfeksi daun dari mulut kulit daun pada sisi bawahnya. Penularan melalui bantuan air, angin, serangga, burung dan manusia. Waktu berkecambah tergantung dari suhu dan diperlukan air. Suhu optimal adalah 21 -25˚C. Gejala serangan sangat spesifik yaitu pada permukaan bawah daun terdapat bercak yang semula kuning muda selanjutnya kuning tua. Pada bercak tersebut terbentuk tepung berwarna jingga cerah yang terdiri dari Urediospora. Bercak yang sudah lanjut berwarna coklat tua sampai hitam dan mengering. Pada serangan berat bercak memenuhi lembar daun sehingga daun gugur dan gundul. Tindakan pengendalian, bila serangannya mulai dari sedang sampai berat. Pengendalian hanya mungkin dilakukan dengan varietas tahan, pestisida kimia dan kultur teknis. Penyemprotan harus dilakukan hanya di tempat pada areal yang terserang. Early Warning System sangat diperlukan dan harus dievaluasi setiap 0,5 – 1 bulan.
Nematoda
Program konversi penanaman kopi Robusta menjadi kopi Arabika di lahan ketinggian menengah memang diakui sebagian besar menemui beberapa kendala dan ternyata menimbulkan masalah baru, yaitu munculnya serangan nematoda Radopholus similis Cobb. Namun berdasarkan pengujian ketahanan fase bibit diketahui bahwa sebagian besar klon kopi Robusta anjuran rentan terhadap serangan nematode Pratylenchus coffeae, sedang kopi Arabika tipe katai selain rentan terhadap R. similis, juga rentan serangan P. coffeae. Kopi Robusta klon BP 308 yang mempunyai sifat tahan terhadap nematoda, menyerbuk silang, sehingga apabila diperbanyak dengan benih, sifat ketahanan tersebut akan mengalami segregasi. Untuk mempertahankan sifat ketahanan, cara perbanyakan yang dianjurkan adalah secara klonal, salah satunya dengan setek.
Gejala kerusakan di atas tanah tidak spesifik. Bibit yang terserang kerdil, kurus, daun kecil, menguning dan gugur. Daun yang tertinggal biasanya hanya daun pucuk. Proses kematian tanaman oleh serangan nematoda berlangsung perlahan-lahan. Pada bagian tanaman di bawah tanah sangat spesifik sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya serangan nematoda. Apabila menyerang akar serabut yang masih aktif menyerap unsur hara, mengakibatkan akar membusuk dan tidak berfungsi. Tanaman mudah digoyang dan dicabut. Serangan nematoda kadang-kadang diikuti oleh serangan kutu putih akar (Planococcus sp).
Pengendalian nematoda ini dapat dilakukan dengan:
· Melakukan rotasi tanaman dengan bukan tanaman inang yaitu koro benguk (Mucuna sp.), kakao lindak dan tebu,
· Menanam batang bawah dengan yang tahan nematode seperti kopi ekselsa dan beberapa klon kopi konuga, kopi Robusta klon BP 961 dan BP 595.
· Penggunaan nematoda dazoment dan methansodium di pembibitan serta oksamil, karbofuran, etoprofos dan kadusafos di lapangan.
· Aplikasi bahan organik (pupuk kandang dan kulit kopi).
penulis: Bintang Soma Perdana, Andika Febrianto, Dwi Panggah Yoga Nur U, Hafid Windu Ardi, Candra Rahmani P, Marlina Puspita Sari. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
No comments:
Post a Comment