Dengan pengertian dan batasan yang sudah jelas, lahan rawa lebak memiliki banyak potensi yang dapat digali dan memberikan keunggulan-keunggulan komparetif dan kompetitif dibandingkan dengan lahan-lahan yang lain. Salah satu potensi lahan rawa lebak adalah pemanfaatannya sebagai lahan pertanian. Secara umum, pertanian yang dapat dilakukan di lahan rawa lebak adalah pertanian sawah, palawija, dan beberapa komoditas perkebunan. Pola tanam dan jenis komoditas yang dapat dikembangkan di lahan rawa lebak sangat tergantung kepada tipologi laahn rawa lebak. Tipologi yang dimaksud meliputi lebak dangkal, lebak tengahan, lebak dalam, dan lebak sangat dalam.
Untuk pemanfaatan rawa lebak sebagai sawah, rawa lebak dapat ditanami pada musim kemarau dan juga pada musim penghujan. Pada musim kemarau disebut dengan sawah timur, sawah timur ini ditanami padi yang memiliki umur yang pendek seperti IR 64, IR 42, IR 66, cisoka, ciherang, cisanggarung, mekonga, Kapuas, lematang, dan margasari (Kapuas, lematang, dan margasari merupakan padi spesifik lahan pasang surut). Hasil rata-rata yang dapat diperoleh adalah 4-5 ton setiap hektarnya.
Pada musim hujan, lahan rawa lebak tengahan sampai dalam akan tergenang lebih dari 100 cm sehingga disebut dengan sawah barat. Sawah barat harus ditanami padi surung (deep water rice) pada akhir musim kemarau dan dipanen pada saat musim hujan (genangan 100-150 cm). Padi yang termasuk jenis padi surung adalah alabio, tepus, nagara, termasuk padi yang di kenal dengan nama hiyang. Banyak juga padi irigasi yang dapat di tanam di lahan rawa lebak pada musim hujan.
Palawija, sayuran, dan bebuahan juga sering ditanam pada lahan rawa lebak. Penanaman ketiga jenis komoditas tersebut biasa dilakukan di lebak dangkal hingga tengahan dengan pola tanam tumpangsari dengan sistem surjan. Pada sistem surjan, komoditas palawija, buah, dan atau sayur ditanam di bagian yang tinggi (tembokan). Pada bagian ledokan (yang tergenang air) ditanamai dengan padi. Pada musim kemarau, lebak dangkal dan lebak tengahan menjadi kering sehingga ditanami sayuran, palawija, dan buah-buahan. Buah yang ditanam pada ledokan ini adalah jenis buah yang semusim seperti semangka, ataupun melon.
Pada lebak dalam hanya ditanamai pada saat musim kemarau panjang (4-5 bulan kering), selebihnya dibiarkan dengan genangan yang tetap tinggi. Di beberapa wilayah, lahan rawa lebak mulai dimanfaatkan untuk pertanian perkebunan seperti kelapa sawit ataupun karet. Pengembangan perkebunan di lahan rawa lebak memerlukan pembuatan saluran-saluran drainase dan pintu-pintu air untuk mengendalikan muka air tanah. Sesuai dengan sifat agrofisik dan kondisi tanah, beberapa komoditas dapat tumbuh dengan baik apabila diberikan masukan berupa kapur atau juga pupuk majemuk yang cukup. Pertumbuhan dan hasil tanaman di lahan rawa lebak sangat tergantung pada jenis tanah dan juga masalah air. Asal mampu mengatasi kedua masalah tersebut, pertanian di lahan rawa lebak akan memberikan hasil yang mungkin sama baiknya dengan di lahan pertanian yang tidak marginal.
Refferensi:
Noor, Muhammad. 2007. Rawa Lebak: Teknologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
No comments:
Post a Comment