Pengertian peradaban
Peradaban!!
Sebuah kata yang memiliki banyak sekali pengertian. Tidak hanya merujuk pada
kemajuan pola pikir manusia saja, lebih dari itu, ternyata peradaban lebih
merujuk pada suatu masyarakat yang “kompleks”. Suatu peradaban bisa digunakan
untuk mengetahui kemajuan suatu wilayah/bangsa. Selain itu, peradaban juga bisa
menjadi pembeda antar zaman. Seperti halnya sebuah evolusi, peradaban juga
selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu, hanya saja arahnya yang
membedakan, ke arah kemajuan ataupun ke arah hilangnya peradaban tersebut.
Pertanian sebagai sebuah peradaban
Sebagai
sesuatu yang kompleks,perdaban pasti berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan
manusia. Tak terkecuali pada sector pertanian.. Selain bidang tata kota dan
ilmu pengetahuan, pertanian juga merupakan
sector yang cukup cepat berkembang. Bahkan bisa dibilang kalau pertanian
itu merupakan salah satu bentuk perdaban yang pertama kali muncul. Sebelum
manusia mengenal tulisan, pertanian dalam bentuk yang sederhana sudah dikenal
manusia pada masa itu.Semakin sulitnya mencari buruan, membuat manusia pada
masa nomaden harus “memakai akal” dan intuisi yang diperoleh dari “ pengamatan”
gejala alam untuk menemukan komplemen maupun subtitusi makanan(daging). Dan
yang realistis adalah menggunakan tumbuhan
sebagai pengganti atau pelengkap makanan selain daging yang semakin
didapatkan.
Peradaban
di pertanian tidak berhenti sampai di situ, dari yang semula hanya “mengambil “
langsung dari alam dan berpindah-pindah, menggunakan pola semi nomaden(
berpindah tapi hanya 1-2 lahan saja), dan pada akhirnya menggunakan pola
penanaman dengan lahan yang tetap.
Pemakaian lahan yang sudah menetap merupakan
tonggak sejaarah dimulainya era baru
dalam pertanian. Era baru bidang pertanian ini tidak statis, tetapi dinamis dan
selalu berkembang. Keteraturan dan gejala-gejala yang terjadi di alam, misalnya
musim dan kehidupan tanaman pertanian memberikan pengalaman pada manusia untuk
bisa lebih tahu tentang pertanian.
Semakin
kompleksnya kebutuhan manusia dan
tuntutan untuk dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan bersama(
dijual), mendorong manusia menggunakan “kekuatan” yang dimiliki, dalam hal ini
adalah kecerdasannya untuk menciptakan system pertanian yang paling efektif dan
efisien, serta paling ideal yang mana system ini berbada-beda antar iklim dan
topografi.
Ketidakberadaban dalam pertanian
Apakah
semakin tinggi kecerdasan dan pola pikir yang mampu melahirkan system yang
efektif dan efisien ini membuat peradaban pertanian tidak memiliki cacat?
Ternyata tidak. Telah diketahui sebelumnya bahwa suatu “budaya” yang beradab
tidak hanya diukur dari kecerdasan manusia saja. Tetapi budaya merupakan milik
bersama sehingga bentuk norma-narma, aturan yang memihak kepentingan bersama
dan juga kedisiplinan juga masuk dalam indicator keberadaban.
Dalam pertanian, ketiadaan norma dan aturan
hanya akan menciptakan system yang tidak
beradab. Memang kemajuan pola pikir manusia telah membuat kemajuan yang luar
biasa di bidang pertanian, tetapi ketiadaan norma dan aturan yang memihak
kepentingan bersama hanya akan membuat
hasil pertanian mengalir ke arah sebagian orang saja.. padahal eksistensi
pertanian adalah digunakan untuk semua orang. Ironis memang!!!
Ya, kita lihat saja
ketika Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang masih menjajah Indonesia. Bagaimana
mereka sebenarnya memiliki pola pikir yang lebih dari Bangsa Indonesia pada
waktu itu. Bagaimana mereka juga memiliki aturan yang lebih terstruktur dari
Bangsa Indonesia.
Tetapi apa yang terjadi ketika kecerdasan dan aturan yang hanya untuk
kepentingan golongan tanpa norma disatukan? Mereka memiliki kemampuan bercocok
tanam yang jauh lebih baik dari yang kita
punya pada saat itu, banyak hasil pertanian Indonesia yang menjadi
tulang punggung perekonomian mereka. Tetapi hal sebaliknya terjadi di
Indonesia. Bangsa Indonesia banyak yang mendarita atau bahkan sampai meninggal
karena harus menggarap lahan pertanian demi kepentingan penjajah. Mungkin istilah “tikus mati di lumbung padi”
cocok untuk menggambarkan keadaan pada waktu itu.
Kecerdasan manusia
juga membuat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat. Hal ini
menimbulkan budaya instan di masyarakat. Banyak petani tidak sabar, sehingga
menggunakan pestisida berlebih agar dapat menghilangkan hama dengan cepat.
Tetapi tidak berfikir ke depan tentang masalah yang timbul ketika zat yang
terkandung dalam pestisida terakumulasi di tanah dalam jumlah yang besar. Zat
ini pastinya dapat mematikan mikroorganisme di tanah yang dapat menyuburkan
tanah secara alami. Lebih jauh dari itu, pestisida yang terakumulasi dapat
mengganggu rantai makanan dan pada akhirnya juga merusak ekologi dan ekosistem.
Ketika
ekstensifikasi pertanian, tak jarang membuka lahan pertanian dengan menebangi
hutan. Dan akibatnya bisa ditebak yaitu seringnya banjir dan tanah longsor yang
terjadi.
Mengembalikan keberadaban pertanian
Kemajuan pola
pikir dan kecerdasan manusia memang dibutuhkan dalam membuat pertanian lebih
maju. Tetapi norma dan aturan yang memihak kepentingan bersama juga harus
diperhatikan. Dengan digabungkannya ketiga hal tersebut akan muncul suatu
kebijaksanaan dan pada akhirnya menciptakan suistanable
agriculture yang hasil dari pertanian bisa dinikmati seluruh umat manusia
tanpa banyak pengorbanan materi(mahal) dan kerusakan lingkungan yang akan
ditanggung anak cucu kita.
No comments:
Post a Comment