Kastrasi
adalah tindakan menghilangkan pollen atau benang sari dari bunga betina lengkap
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri. Kastrasi dilakukan
sebagai pendahuluan untuk melakukan hibridisasi. Teknik khusus yang dilakukan
untuk pengebirian adalah termasuk memperlakukan bunga tanaman dengan panas,
dingin, atau bahan kimia seperti alkohol. Teknik ini didasarkan bahwa pollen
mempunyai tingkat senstifitas yang lebih tinggi dibandingkan putik. Karena itu
seringkali dilakukan dengan merusak daya tahan pollen tanpa melukai secara
berlebihan organ tanaman lain yang penting. Salah satu cara lain adalah dengan
menggunakan sedotan. Dalam metode ini lubang hampa kecil digunakan untuk
menyedot pollen yang melekat pada stigma (Allard, 2002).
Hibridisasi merupakan suatu
perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. Yang
mempunyai tujuan untuk memperoleh rganism dengan sifat-sifat yang diinginkan
dan dapat berfariasi jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi akan memperoleh
kombinasi genetikyang diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua yang
berbeda genotipnya. Emaskulasi atau sering disebut kastrasi merupakan
pengambilan tepung sari pada kelamin jantan agar tidak terjadi penyerbukan
sendiri. Dalam proses pengambilan tepung sari tersebut dilakukan pada saat
sebelum kepala putik masak agar lebih menjaga dan memperkecil kemungkinan
terjadinya penyerbukan (Wibowo, 2008).
Perbaikan genetik dilakukan untuk
menambah keragaman karakteristik tanaman anggrek dan untuk memenuhi persyaratan
tentang kualitas anggrek tersebut, baik secara konvensional maupun
inkonvensional. Secara konvensional dilakukan dengan cara persilangan atau
mengawinkan bunga dengan cara meletakkan pollen pada stigma. Hasil dari
persilangan adalah terjadinya proses pembentukan buah dan biji. Secara
inkonvensional yaitu seleksi mutan, produksi tanaman homozigot, hibridisasi
somatik, transfer gen, atau perbaikan varietas (Willmer,2011).
Anggrek menempati berbagai habitat
dan menunjukkan sangat khusus morfologi, struktur dan fisiologis karakteristik.
Terestrial anggrek biasanya tumbuh di tanah di mana kelembaban cukup dan warna
yang tersedia dan kebanyakan mereka umumnya muncul selama musim hujan Anggrek
membutuhkan jenis khusus dari lingkungan dan habitat. Bukan saja mereka sangat
habitat tertentu tetapi dalam habitat juga, mereka membutuhkan kondisi iklim
mikro untuk bertahan hidup dan dilestarikan (Jalal, 2009).
Anggrek bersifat hermaphrodit,
yaitu pollen (serbuk sari) dan putik terdapat didalam satu bunga,
sedangkan sifat kelaminnya adalah monoandrae (kelamin jantan dan betina
terletak pada satu tempat) sehingga anggrek termasuk tanaman yang mudah
mengalami penyerbukan. Penyerbukan dapat terjadi secara tidak sengaja oleh
alam, misalnya serangga. Jatuhnya serbuk sari ke kepala putik akan menyebabkan
terjadinya penyerbukan, proses ini lebih mudah terjadi pada tipe bunga anggrek
yang memiliki zat perekat pada putiknya (discus viscidis). Bunga anggrek
yang tidak memiliki zat perekat disebut polinia, sedangkan bunga anggrek
yang memiliki perekat disebut polinaria. Persilangan dilakukan dengan
membuka alat kelamin bunga (gymnostemium) anggrek. Lidi atau tusuk gigi
ditempelkan pada lempeng perekat di putik bunga, kemudian digunakan untuk
mengambil pollen. Pollen diletakkan di kepala putik (stigma).
Persilangan yang diikuti dengan penyerbukan diakhiri dengan membuang lidah
bunga untuk menghindari serangga menggagalkan penyerbukan, dan memberikan label
pada hasil persilangan tersebut. Persilangan buatan yang dilakukan antar genus
hanya baik dilakukan untuk bunga dengan tipe pollen yang sama, yaitu antara polinia-polinia
(misal: Cattleya dengan Dendrobium) atau polinaria-polinaria
(misal: Vanda dengan Phalaenopsis). Selain itu, faktor
kesesuaian (compatibility) juga menentukan factor keberhasilan dalam
proses penyerbukan (Gunawan, 2009).
Penyerbukan dan pembentukan biji
pada banyak spesies anggrek merupakan peristiwa yang langka, terutama jika
anggre terfragmentasi dan terdapat pada lingkungan yang terganggu. Hal ini
dapat merusak proses reproduksi seksual dan akhirnya mengancam kelangsungan
hidup tanaman tersebut.Selanjutnya, penyerbukan pada spesies anggrek dianggap
sebagai proses yang “khas”.
Keberhasilan penyerbukan anggrek tergantung pada kesiapan anggrek itu sendiri
maupun faktor lingkungan (ketersediaan serangga penyerbuk). Rendahnya angka
keberhasilan penyerbukan silang di alam dikarenakan lingkungan yang tidak
sesuai untuk terjadinya penyerbukan hingga penyebaran yang terlalu luas
sehingga pollen tidak dapat mencapai
putik bunga anggrek lainnya (Damon dan Roblero, 2007).
sumber:
Allard, R. W.
2002. Principles of Plant Breeding.
Bina Aksara, Jakarta.
Damon,Anne dan Roblero, Pedro. 2007.A survey of
pollination in remnant orchid populations in Soconusco,Chiapas, Mexico.Tropical
Ecology 48:1-14.
Jalal, J. S., dan Rawat,
G. S. 2009. Habitat studies for
conservation of medicinal orchids of Uttarakhand, Western Himalaya. African
Journal of Plant Science . 3 : 200-204.
Gunawan,Liny Winata.2009.Budidaya Anggrek.Penebar
Swadaya.Jakarta
Wibowo, Puji. 2008. Macam-macam perbanyakan tanaman.
<http://wibowopuji.blogspot.com/2008/02/hibridisasi-merupakan-suatu-perkawinan.html>. Diakses tanggal 25 Maret 2012.
Willmer,Patt.2011.Pollination and Floral
Ecology.Pricenton University Press.New Jersey.
No comments:
Post a Comment