Respirasi merupakan proses katabolisme atau
penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik
yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam
respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi.
Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan
dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau
asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Respirasi aerob ialah suatu
proses pernafasan yang membutuhkan oksigen dari udara. Kalau fotosintesis
merupakan proses penyususnan (anabolisme) maka pernafasan merupakan proses
pembongkaran (katabolisme), dimana energy yang tersimpan tadi ditimbulkan
kembali untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan. Jika gula heksosa
diambil sebagai bahan bakar dan pembakaran itu merupakan oksigen bebas, maka
reaksi keseluruhannya dapat dituliskan sebagai berikut : C6H12O6
+ 6 O2 à 6CO2 + 6H2O + 675 kal
(Dwidjoseputro, 1980).
Reaksi respirasi termasuk
dalam reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula menjadi
molekul-molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Respirasi
atau pernafasan berfungsi untuk mendapatkan energi dari bahan-bahan organik
melalui proses pemecahan gula yang disebut dengan proses glikolisis. Senyawa
gula pada tanaman didapatkan dari proses fotosintesis. Butiran amilum yang
tersimpan dalam berbagai jaringan dan organ penyimpan cadangan makanan akan
diubah kembali dalam bentuk glukosa fosfat didalam sitoplasma sel. Akhirnya
senyawa glukosa fosfat tersebut akan dipecah menjadi piruvat dan masuk dalam
siklus krebs. Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus krebs akan
dihasilkan gas CO2 yang akan dikeluarkan dari sel. Gas tersebut akan
berdifusi dan terkumpul dalam rongga-rongga antar sel dan bila tekanan telah
cukup akan dikeluarkan. Reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H12O6 +
6O2 → 6H2O + 6CO2 + ATP
Pengukuran CO2 per satuan waktu per
berat basah kecambah yang dihasilkan selama proses respirasi, dapat diukur
secara asidimetri pada larutan NaOH yang diletakkan dalam ruang tertutup bersama
biji yang sedang aktif berkecambah (Anonim, 2009).
Respirasi pada tumbuhan,
sebagaimana pada semua organisme hidup, adalah sangat esensial sebagai sumber
energi metabolisme dan sumber karbon untuk pertumbuhan dan pemeliharaan. Oleh
karena itu, respirasi merupakan peristiwa esensial dalam tubuh tumbuhann
sebagai pabrik penghasil karbon. Berdasarkan spesies dan kondisi lingkungan,
respirasi menggunakan 25-75% dari keseluruhan karbohidrat yang dihasilkan dalam
fotosintesis terlebih lagi pada laju pertumbuhan yang lambat. Respirasi dalam
tubuh tumbuhan tidak hanya berperan sebagai sumber penyusun karbon juga sumber
energi metabolisme tetapi juga memanaskannya (Lambers dan Carbo, 2007).
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman dikenal
sebagai suhu kardinal yaitu meliputi suhu optimum (pada kondisi ini tanaman
dapat tumbuh baik), suhu minimum (pada suhu di bawahnya tanaman tidak dapat
tumbuh), serta suhu maksimum (pada suhu yang lebih tinggi tanaman tidak dapat
tumbuh). Suhu kardinal untuk setiap jenis tanaman memang bervariasi satu
dengan lainnya. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibedakan sebagai berikut : (1) Batas suhu yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dan (2) Batas suhu yang tidak membantu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Batas suhu yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman
diketahui sebagai batas suhu optimum. Pada batas ini semua proses dasar
seperti : fotosintesis, respirasi, penyerapan air, transpirasi, pembelahan sel,
perpanjangan sel dan perubahan fungsi sel akan berlangsung baik dan tentu saja
akan diperoleh produksi tanaman yang tertinggi. Batas suhu optimum tidak sama
untuk semua tanaman, sebagai contoh : apel, kentang, sugar-beet menghendaki
suhu yang lebih rendah dibandingkan : tanaman jeruk, ketela rambat atau
gardenia (Sunu dan Wartoyo, 2006).
Konduktan stomata yang rendah menyebabkan suhu
daun meningkat sebab transpirasi rendah melalui permukaan daun. Naiknya suhu
daun, misalnya sangat banyak menaikkan penguapan dan sedikit difusi kemungkinan
menyebabkan stomata menutup atau membuka lebih lebar, tergantung pada spesies
atau faktor lain. Stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan (dalam batas
tertentu) dan peningkatan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih
cepat naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembaban sehingga
transpirasi meningkat dan akan mempengaruhi bukaan stomata (Nasarudin et. a.l., 2006).
Penyimpanan dalam suhu rendah
mampu memepertahankan kualitas tanaman memperpanjang masa simpan hasil
pertanian, karena dapat m enurunkan
proses respirasi, memperkecil transisi, menghambat perkembangan mikrobia
(Tugwel dan Dahlenburg, 2000). Tetapi penyimapanan pada suhu rendah tidak
menekan seluruh aspek metabolisme pada tingkat yang sama (Darsana, et. al., 2003).
sumber:
Anonim.
2009. Respirasi. <http://id.wikipedia.org/>. Diakses tanggal 16 Maret
2009.
Darsana, L., Wartoyo,
Wahyuti, T., 2003. Pengaruh saat Panen dan Suhu Penyimpanan terhadap Umur
Simpan dan Kualitas Mentimum Jepang (Cucumis sativus). Agrosains 5 (1):
12-20.
Dwidjoseputro, D. 1980.
Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian, fakultas Peternakan dan
Perikanan Universitas Brawijaya. Gramedia. Jakarta .
Lambers, H dan M. R. carbo. 2007. Plant respiration: from cell to
ecosystem (advances in photosynthesis and respiration. Journal of Plant
Physiology 164(6):
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi
Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT Gramedia, Jakarta.
Nasaruddin,
Musa, Y., dan Kuruseng, M. A. Aktifitas Beberapa Proses Fisiologi Tanaman Kakao
Muda di Lapang Pada Beberapa Naungan Buatan. Jurnal Agrisistem (2)1 : 31-32.
Sunu, P dan Wartoyo. 2006.
Buku Ajar Dasar Hartikultura. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, UNS.
No comments:
Post a Comment