Vigor benih dalam
hitungan viabilitas absolute merupakan indikasi viabilitas benih yang
menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang suboptimum. Tolok
ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh karena benih yang
cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimum. Kecepatan
tumbuh benih diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari (Sadjad,
1993).
Perubahan katabolik terus berlangsung
sejalan dengan semakin tuanya benih dan kemampuan benih untuk berkecambah juga
menurun. Penurunan daya kecambah yang terukur, tidak segera terjadi setelah
kemasakan tercapai. Pada kondisi penyimpanan yang menguntungkan, awal
kemunduran mungkin terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun, tergantung pada
kondisi penyimpanan, macam benih, serta kondisi penyimpanan sebelumnya.
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan
kualitas benih dan di pihak lain perkecambahan benih juga merupakan salah satu
tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan (Kuswanto, 1997).
Kehilangan vigor
dapat dianggap sebagai suatu tahap perantara dari kehidupan benihnya, yaitu
yang terjadi antara awal dan akhir proses kemunduran. Kemunduran vigor sangat
sulit untuk diukur. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur vigor adalah
metode yang berdasarkan pengukuran yang berhubungan dengan daya kecambah
(Justice dan Louis, 1990).
Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan
oleh persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan
perkecambahan dan vigor akhir yanga menyelesaikan perkecambahannya. Proses
perkecambahan suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas
benih yang tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya
pemecahan dormansinya. Vigor benih dapat menjadi informasi penting untuk
mengetahui kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal
(Shankar, 2006).
Pengujian viabilitas benih meliputi metode
uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita
dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara
langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup
benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme (Suresha et al., 2007).
Kualitas benih digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu kualitas genetik, fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian
viabilitas dilakukan untuk mengetahui kualitas fisiologis yang berkaitan dengan
kemampuan benih untuk berkecambah. Index matematis terhadap perkecambahan dapat
mudah untuk menggambarkan kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh
konsumen (Al-Karaki, 2002).
sumber:
Al-Karaki.
G.N. 2002. Seed size and water potential effects on water uptake,
germination and growth oflentil. Journal of Agronomy Crop Science. 181(4) :237-242.
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih.
Rajawali, Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogjakarta.
Sadjad,
S. 1993. Dari Benih Kepada Benih.
Grasindo, Jakarta.
Shankar,
U. 2006. Seed size as a predictor of germination success and early
seedling growth in Hollong (Dipterocarpus macrocarpus vesque). New
Forests 31(2):305- 320.
Suresha,
N.L., H.C. Balachandra, H. Shivanna, 2007. Effect of seed size on
germination viability andseedling
biomass in Sapindus emerginatus
(Linn). Karnataka Journal of Agricultural.
Science
20(2):326-327.
No comments:
Post a Comment