Yang dimaksud dengan
benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan
usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi. Sebagai
komponen agronomi masalah benih ini lebih berorientasi pada penerapan norma-norma
ilmiah, jadi lebih bersifat teknologis (Kartasapoetra, 1986).
Definisi benih secara botanis adalah hasil dari pembuahan dan pematangan
ovule. Benih terdiri dari embrio yang berkembang menjadi bibit setelah
perkecambahan, jaringan nutrisi, lapisan pelindung, dan testa. Kerap kali juga
mengandung struktur lain seperti ovari atau bagian lain dari bunga (Anonim,
2008).
Yang dimaksud dengan benih matang pada umumnya terdiri dari tiga struktur
dasar, yaitu embrio, jaringan penyimpanan bahan makanan dan kulit benih. Embrio
terdiri dari sumbu embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula,
hipokotil dan bahan akar. Jaringan penyimpanan bahan makanan dari suatu benih
mungkin dalam bentuk daun lembaga, endosperma atau perisperma. Kulit benih
dapat terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yangrelatif kuat dan lapisan
dalam yang lebih tipis. Pada benih tertentu dapat pula hanya merupakan lapisan
tunggal saja. Tipe perkecambahan benih mungkin saja hypogeal atau mungkin pula
epigeal. Pada kecambah hypogeal kotiledon tetap tinggal dalam tanah, tetapi
pada kecambah yang epigeal kotiledon terangkat ke atas karena hipokotil
bertambah panjang lebih cepat dari epikotil (Kartasapoetra, 1986).
Dalam sisi ilmu botani, benih ialah biji
yang berasal dari ovule. Dalam pertumbuhannya setelah masak (mature) lalu
menjadi biji (seed), sedangkan bagian integumennya menjadi kulit biji (seed
cost) dan bagian ovarinya menjadi buah. Setiap benih yang matang selalu terdiri
dari paling tidak dua bagian, yaitu embrio dan kulit biji. Kulit biji terbentuk
dari integumen yang ada pada ovule. Setiap biji yang masih sangat muda dan
sedang tumbuh, selalu paling tidak terdiri dari tiga bagian yaitu : embrio,
kulit biji, dan endosperm (Kamil, 1982).
Perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang
menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai. Perkecambahan meliputi
peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis sebagai berikut (Gardner et
al., 1991) :
·
Imbibisi
dan absorbsi air
·
Hidrasi
jaringan pencernaan
·
Absorbsi
oksigen
·
Pengaktifan
enzim dan pencernaan
·
Transpor
molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio
·
Peningkatan
respirasi dan asimilasi
·
Inisiasi
pembelahan
·
Munculnya
pembelahan
Benih merupakan salah satu komponen utama dalam sistem produksi pertanian.
Saat ini benih telah menjadi komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi
karena kualitas benih akan menentukan nilai ekonomi suatu produksi pertanian.
Kriteria benih bermutu mencakup kriteria mutu genetis, mutu fisiologis, mutu
fisik dan kesehatan benih (patologis). Mutu genetis menggambarkan sifat-sifat
unggul yang diwariskan oleh tanaman induk. Mutu fisiologis menunjukkan
viabilitas dan vigor benih. Mutu fisik mencakup struktur morfologis, ukuran,
berat dan penampakan visual benih. Kesehatan benih menggambarkan status
kesehatan benih, yaitu potensi benih sebagai pembawa patogen dan penyakit
tanaman (Charomaini et. Al., 2005).
Terdapat interaksi
antara warna kulit benih dengan suhu ruang simpan. Benih kedelai hitam yang
disimpan dalam kaleng dan kantong plastik padasuhu rendah maupun suhu tinggi
selama enam bulan masih mampu mempertahankan daya tumbuh(> 90%), vigor dan
pertumbuhan bibit yang tinggi dibandingkan dengan kedelai kuning. Benihkedelai
kuning yang disimpan enam bulan dalam kaleng maupun kantong plastik pada suhu
rendahmasih mempunyai daya tumbuh tinggi (> 80 %), pada suhu tinggi daya
tumbuh benih mulai mengalami penurunan pada bulan kedua sampai akhir
penyimpanan menjadi 41 % danpertumbuhan bibit rendah (Purwanti, 2004).
Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi
konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan antara lain dengan
menggunakan benih bermutu. Mutu benih yangmencakup mutu fisik, fisiologis dan
genetik dipengaruhi oleh proses penanganannya dariproduksi sampai akhir periode
simpan. Salah satu masalah yang dihadapidalam penyediaan benih bermutu adalah
penyimpanan. Penyimpanan benih kacangkacangandi daerah tropis lembab seperti di
Indonesia dihadapkan kepada masalah daya simpan yang rendah (Tatipata et.al,
2004).
sumber:
Anonim. 2008. Identifikasi Benih
Bitti (Vitex cofassusReinw). (http://ditlin.hortikultura.go.id/buku/benih_anekatanaman.htm).
Diakses tanggal 20 April 2008.
Charomaini, Sri
Rukun dan Diana Windiasih. 2005. Hubungan benih dengan patogen sebagai penyebar
penyakit. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman 2 (2) : 68-73.
Gardner, F. B.,
R. B. Pearce dan R. L Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant (Fisiologi
Tanaman Budidaya, alih bahasa : H. Susilo). UI. Jakarta.
Kamil, J. 1982.
Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
Kartasapoetra
Ance, G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. PT Bina
Aksara. Jakarta.
Purwanti S.
2004. Kajian ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning.
Ilmu Pertanian 11 (1) : 22-31.
Tatipata A., Prapto Y., Aziz P., Woerjono M. 2004. Kajian
fisiologi dan biokimia deteorasi benih kedelai dalam penyimpanan. Ilmu
Pertanian 11 (2) : 76-87.
No comments:
Post a Comment