Pengujian benih adalah suatu usaha
untuk mengevaluasi kualitas benih tanaman budidaya dengan tujuan tertentu dalam
pertanian dan juga digunakan untuk menentukan kualitas biji rumput, bunga
maupun tanaman kayu. Dalam pengujian untuk sertifikasi benih diperlukan
alat-alat yang mempunyai kegunaan dan cara menggunakan yang berbeda-beda,
sehingga perlu pengenalan tentang bentuk, fungsi dan cara penggunaannya. Dengan
mengetahui fungsi dan cara penggunaannya maka akan menekan kerugian akibat
pengujian benih misalnya kesalahan dalam menggunakan alat akan mengakibatkan
diperoleh hasil yang tidak sesuai (Copeland, 1976).
Pengujian benih sederhana akan dapat
menunjukkan kemampuan perkecambahan yang sebenarnya dan vigor dari persediaan
benih dan apakah takaran penyebaran perlu ditingkatkan sehingga populasi
tanaman yang tepat dapat tercapai. Dan bila keadaan yang lain tepat, akan
diperoleh hasil maksimum. Benih harus diuji sebelum ditanam terutama benih yang
dihasilkan sendiri dan benih yang dihasilkan sendiri dan benih yang disimpan
selama lebih dari satu tahun, yang mungkin disimpan dalam kondisi yang kurang
ideal. Takaran sebar benih yang dihasilkan dan perlakuan benih dapat
disesuaikan dengan fakta nyata dari uji benih yang dilaksanakan dan
diinterprestasi dengan semestinya (Soehendi et. al., 2002).
Faktor-faktor
yang menentukan kualitas benih ialah persentase dari benih murni, benih tanaman
lain, biji herba, kotoran, daya tumbuh, benih berkulit keras, adanya biji herba
yang noxious, bebas dari hama dan penyakit, kadar air dan hasil pengujian berat
seribu biji (Hutami, et.al., 2006).
Dalam memproduksi benih yang
berkualitas tidak dibedakan antara benih ortodoks dan benih rekalsitran.
Persyaratan agronomis dengan mengacu pada Good Agricultural Practices
(GAP) harus diikuti dengan persyaratan lain seperti benih harus sudah mencapai
masak fisiologis serta seragam agar benih yang dihasilkan berkualitas baik
(Hasanah & Devi, 2006).
Peralatan yang
dibutuhkan pada persiapan perbenihan untuk produksi gandum, barley, jagung, dan
padi lahan kering. Pada jagung, terdapat persiapan lahan yang sedikit setelah
membajak, sebagai tanah yang telah dibajak atau bahkan tipe tanaman bajakan
dari tipe yang sesungguhnya dari peralatan untuk persiapan perbenihan mungkin
bermacam-macam dari tiap negara dan berdasarkan dari kebiasaan bertani pada
suatu daerah. Kapasitas peralatan akan dikuasai oleh ukuran operasional dan oleh
persediaan alat ( Feistritzer, P. W., 1975 ).
Untuk
pengambilan contoh benih dari tempat atau karung benih yang akan diujikan,
terdapat ketentuan peralatan yang harus digunakan. Kecuali bagi benih-benih
yang tidak dapat meluncur bila diambil oleh sesuatu alat yang harus dicomot
oleh tangan. Untuk pengambilan sejumlah kecil benih dari tempat atau
wadah-wadahnya, digunakan probbe (triers) yang besar serta panjangnya berbeda
tergantung dari besar dan panjangnya wadah-wadah benih tersebut. Alat pengambil
contoh benih yang disebut nobbe type (sebatang besi, dalamnya beruangan seperti
pipa, di ujungnya yang lancip terdapat lubang yang lonjong) digunakan untuk
pengambilan contoh benih yang disimpan dalam karung goni ( Kartasapoetra, G.
A., 2003 ).
Untuk
mendapatkan mutu hasil pengeringan yang baik dan sekaligus penampilan alat
pengering yang optimum, perlu diketahui karakteristik pengeringan suatu alat
pengering. Cara yang dipergunakan untuk mempelajari karakteristik pengeringan
adalah dengan melakukan pengujian, baik skala laboratorium maupun skala
sebenarnya ( Umar, S., 2003 ).
Ada 2 macam
alat ukur kadar air yang sering dipergunakan di lapangan, yaitu (a) tipe
kapasitif dan (b) tipe resistif. Tipe kapasitif memiliki beberapa kelebihan,
antara lain dalam penggunaannya tidak perlu menghancurkan bahan yang diuji (
non distruktif ). Tipe ini cakupannya lebih daripada metoda lain walau
pembuatannya memerlukan ketelitian yang tinggi ( Arustiarso, et. al., 2004 ).
sumber:
Alam, N., Marseno, D. W.,
Haryadi. 2000. Effects of microwave roasting of cocoa beans on the cocoa butter
characteristic. Agrosains. 13 : 135-148.
Arustiarso, Handoyo, R.,
Sutiarso, L. 2004. Design and development of capitance type of brain moisture content meter. Agrosains.
17 : 1-15.
Copeland, L.O. 1976. Principles of Seed and Technology.
Burgess Publishing Company. Minnesota.
Feistritzer, P. W. 1975. Cereal
Seed Technology. Food and Agricultural Organization the United States, Rome
Hasanah, M. dan Devi, R. 2006. Teknologi pengelolaan
benih beberapa tanaman obat di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2).
Hutami, S., Mariska, I., dan Supriati, Y. 2006.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas benih. Jurnal Agro Biogen 2(2): 25-28.
Kartasapoetra, G. A. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineka Cipta, Jakarta.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih
Kepada Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Umar, S. 2003. Kinerja alat
pengering tipe oven berbahan bakar kayu untuk pengeringan pisang. Agrivita.
25 : 13-20.
No comments:
Post a Comment