Bunga adalah alat pembiakan Angiospermae (spermatophyta biji tertutup, terdiri dari monokotil dan dikotil). Terdapat dua jenis bunga yaitu bunga uniseksual dan biseksual. Uniseksual yaitu jika pada satu bunga hanya ada salah satu jenis alat pembiakan, disebut bunga jantan dan betina sedangkan bunga biseksual yaitu jika pada satu bunga hadir kedua jenis alat pembiakan, berarti bunga jantan dan betina gabung dalm satu bunga (Sujana, 2007).
Pembentukan calon (primordia) bunga menandai berakhirnya masa muda dan masa vegetatif tanaman. Pembungaan merupakan suatu prosees fisiologis dan morfologis dengan spektru yang luas. Diawali dengan masa kritis, yaitu diawali deangn perubahan primordial batang menjadi primordial bunga. Pada saat tersebut terjadi perubahan secara fisiologis-morfologis sebagai akibat metabolisme pada titik tumbuh yang mestinya mengalami diferensiasi menjadi calon daun, batang, atau tunas berubah menjadi jaringan calon organ reproduksi (Mangoendidjojo, 2003).
Alat perkembangbiakan generatif itu bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut jenis tumbuhan, tetapi bagi tunbuhan yang berbiji itu lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga (Tjitrosoepomo, 1999).
Beberapa spesies tanaman membuka bunganya setelah gelap, dan menutup kembali sebelum atau segera setelah matahari terbit. Contohnya adalah spesies Selenicereus grandiflorus dan juga melati. Akan tetapi, tidak satupun jenis anggrek yang berbunga pada malam hari meskipun diketahui bahwa keluarga anggrek punya lebih dari 25000 spesies (Vogel, 2011).
Kebanyakan tanaman yang saat pemasakan pollen dan tepungsari tidak bersamaan. Pada pollen umur reseptivenya dipengaruhi oleh temperatur dan kandungan uap lembab, umumnya pada suhu rendah dan kadar uap lembab akan meningkatkan umur pollen. Dalam jangka pendek membutuhkan temperatur yang rendah dan kelembapannya cukup tinggi, kelangsungan hidup pollen penting sebagai parameter unutk pemuliaan tanaman panjang usia pollen diperoleh dari nilai takaran kelangsungan hidupnya setelah penyimpanan pada kondisi yang telah ditetapkan (Astarini and Phoemer, 1997).
Persilangan buatan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keragaman. Melalui peristiwa antar varietas/galur, kegiatan penggabungan sifat unggul dapat dilakuakan. Dari suatu persilangan dapat diharapkan keturunan yang mempunyai sifat lebih baik dari salah satu atau kedua induknya. Keberhasilan persilangan sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman, lingkungan, pelaksanaan emaskulasi dan polinasi serta jumlah polen yang diserbukan (Koeswanto etal., 2000).
sumber:
Astarini, L. A and Phoemer, J. A. 1997. Pollen viability study on 13 genotype of Boreria (Rutaceae). Jurnal of Biology : 55 - 56.
Koeswanto, R. Hasri, Y. Sugito, dan S. Lestari. 2000. Pengujian jumlah anther dan waktu polinasi pada keberhasilan persilangan kacang panjang. Habitat.: 247 - 252.
Suryowinoto, S.M. 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Kanisius,Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 1999. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Vogel, Art. 2011. Nocturne for an unknown pollinator:first description of a night flowering orchid (Bulbophyllum nocturnum). Botanical Journal for the Linnean Society:344-350.
Artikelnya bermanfaat, terima kasih :)
ReplyDelete