Wednesday, January 30, 2013

Macam-macam Pola Polikultur


      1.       Tumpangsari (Intercropping)
Tumpang sari (intercropping) adalah teknik budidaya tanaman yang membudidayakan lebih dari satu tanaman pada satu lahan yang sama pada periode tanam yang sama.
      2.       Tumpang gilir (multiple cropping)
Tumpang gilir (multiple cropping) adalah teknik budidaya tanaman dengan menanam lebih dari satu tanaman pada satu musim, kemudian dilanjutkan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada musim berikutnya dengan lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Tumpang gilir adalah tumpang sari yang dilakukan secara berurutan dan lebih dari satu periode tanam.
        3.       Tanaman Bersisipan (relay cropping)
Tanaman bersisipan (relay cropping) adalah pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman, selain tanaman pokok. Tanaman bersisipan hampir sama dengan tumpang sari, tetapi pada tanaman bersisipan penanaman bisa dilakukan tidak serentak asal daur hidup tanaman pertama belum habis sebelum tanaman yang lain ditanam. 
      4.       Tanaman Campuran (mixed cropping)
Tanaman campuran (mixed cropping) adalah teknik budidaya tanaman yang membudidayakan lebih dari satu tanaman pada satu lahan yang sama pada periode tanam yang sama tetapi jarak tanam dan barisan antar tanaman tidak diperhatikan. Tanaman campuran adalah tumpang sari yang tidak memperhatikan jarak tanam.
      5.       Tanaman Bergiliran (sequential planting)
Tanaman bergiliran (sequential planting) adalah menanam lebih dari satu jenis komoditas yang dilakukukan pada satu lahan pertanian dalam waktu yang tidak bersamaan (bergiliran). Komoditas lain baru ditanam setelah satu komoditas dipanen. Jadi, dalam satu periode tanam hanya menanam satu jenis komoditas. 

Perbedaan antara Polikultur dengan Monokultur



1. Polikutur
a. Tumpang sari akan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan karena lahan ang kosong ditanami tanaman lain.
b. Memungkinkan memanen lebih dari satu jenis komoditas dalam satu tahun.
c. Populasi tanaman dapat diatur sedemikian rupa tergantung jenis komoditas yang dibudidayakan.
d. Polikultur dapat lebih membuat ekosistem lebih stabil
e. Pola tanam bergiliran dapat memutus mata rantai serangan hama.
f. Jenis tanaman yang banyak memungkinkan banyaknya jenis hama yang menyerang tetapi dalam jumlah yang kecil.
g. Pada pola tumpang sari, tidak dapat diintensifkan hanya pada satu jenis tanaman saja sehingga hasi per komoditas lebih rendah daripada pola monokultur.

POLA TANAM POLIKULTUR

Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu waktu contohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya penanaman padi pada musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman jagung pada musim kedua. 

Pemilihan pola polikultur dipengaruhi oleh aspek lingkungan dan juga sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha tani. Aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah ketersiediaan air. Umumnya, pada daerah pertanian yang curah hujan tidak merata sepanjang tahun dan irigasi teknis tidak tersedia, pola yang digunakan adalah pola polikultur. kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman sangat beragam. Curah hujan yang tidak merata mungkin tidak akan mencukupi kebutuhan air untuk tanaman yang membutuhkan banyak air seperti padi. Untuk meminimalisir gagal panen, maka pada musim di mana hujan sangat minim, lahan ditanami dengan tanaman yang hanya membutuhkan sedikit air, seperti jagung atau kacang hijau. 

Dari sisi sosial ekonomi masyarakat, polikultur umunya merupakan pola tanam yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang tujuan usaha taninya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Pada sistem sosial yang demikian, terdapat kecenderugan bahwa yang paling penting adalah tetap memperoleh hasil panen daripada mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Menanam lebih dari satu jenis tanaman menjadi semacam penjamin untuk tetap mendapatkan hasil panen. Ketika salah satu komoditas tidak bisa dipanen, maka masih ada komoditas yang lain yang bisa dipanen. 

Sunday, January 27, 2013

Pertanian Pekarangan


Menurut arti katanya, pekarangan berasal ari kata “karang” yang berarti halaman rumah (Poerwodarminto, 1976). Sedang secara luas, Terra (1948) memberikan batasan pengertian sebagai berikut:
“Pekarangan adalah tanah di sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling, dan biasanya ditanami padat dengan beraneka macam tanaman semusim maupun tanaman tahunan untuk keperluan sendiri sehari-hari dan untuk diperdangkan. Pekarangan kebanyakan slng berdekaan, dan besama-sama membentuk kampung, dukuh, atau desa”.
Baru setelah Soemarwoto (1975) yang melihatnya sebagai suatu ekosistem, berhasil memberikan definisi yang lebih lengkap dengan mengatakan bahwa:
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika”.
            Berdasar pengertian di atas sudah tersurat bahwa lahan yang berada di sekitar rumah(pekarangan) dapat dimanfaatkan untuk dunia pertanian. Tetapi kecenderungan yeng terjadi saat ini adalah pekarangan hanya dimanfaatkan dari segi estetika saja. Hal ini dapat dilihat daribanyaknya taman-taman yang menghiasi halaman sebuah rumah,namun jarang sekali dijumpai halaman rumah yang ditanami tanaman buah maupun hortikultura.  Padahal jika dikaji lebih detail, pekarangan menyimpan potensi yang lebih besar daripada hanya utnuk estetika semata.

POLA TANAM MONOKULTUR



         Monokultur berasal dari kata mono dan culture. Mono berarti satu. Culture berarti pengelolaan / pengolahan. Jadi pola tanam monokultur merupakan suatu usaha pengolahan tanah pada suatu lahan pertanian dengan tujuan membudidayakan satu jenis tanaman dalam waktu satu tahun. Lebih ringkas, monokultur merupakan pola tanam denan membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama satu tahun. Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman tersebut dilakukan sampai tiga musim tanam (satu tahun).
         Pemilihan pola tanam monokultur sangat dipengaruhi oleh tujuan suatu usaha tani dan juga keberadaan akan faktor-faktor pertumbuhan khususnya air. Untuk suatu usaha tani dengan tujuan komersial, terdaat kecenderungan untuk memilih pola tanam monokultur. Pada usaha tani komersial, keuntungan secara ekonomi merupakan tujuan akhir yang akan dicapai. Pada monokultur bisa mengintensifkan  tanaman yang paling memiliki nilai ekonomis sehingga hasil produksi pertanian bernilai ekonomi tinggi akan tinggi pula. Selain itu, pada penanaman monokultur akan lebih mudah dan murah dalam perawatan karena hanya ada satu tanaman. Kemudahan dan kemurahan ini akan semakin mengefektif dan mengefisienkan proses produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan suatu usaha tani.

POLA TANAM



                Pola tanam merupakan suatu urutan atau kombinasi tanam pada suatu bidang lahan dalam satu tahun penanaman. Satu tahun penanaman tersebut sudah termasuk dengan pengolaan tanah sampai suatu komoditas tanaman dipanen. Pola tanam merupakan salah satu bentuk teknologi budidaya pertanian yang bertujuan untuk mengoptimalkan semua potensi yang ada berkaitan dengan efisiensi  penggunaan lahan. Perbedaan kondisi lahan memungkinkan adanya beragam jenis pola tanam. Selain untuk efisiensi penggunaan lahan, pola tanam juga dimaksudkan untuk meminimalisir resiko kegagalan suatu jenis komoditas.
                Pola tanam di daerah tropis berbeda dengan di daerah non tropis. Daerah tropis pertanian dapat dilaksanakan sepanjang tahun. Akan tetapi, syarat tumuh optimal untuk setiap jenis tanaman berbeda dalam kaitannya dengan musim yang ada di daerah tropis. Ada tanaman yang baik dibudidayakan pada curah hujan tinggi, ada tanaman yang sesuai pada curah hujan rendah, ada juga yang toleran terhadap kedua musim tersebut. Berdasrkan kondisi tersebut, maka disusun urutan pertanaman suatu komoditas atau kombinasi beberapa komoditas pada suatu lahan agar faktor pertumbuhan yang ada dalam kaitannya dengan air dapat termanfaatkan seluruhnya.

Mengapa Pertanian?


“Pertanian itu paling penting lhoo, emang situ bisa makan kalau gak ada pertanian?? Lagian orang pertanian itu mulia, wong kerjaannya ngasih makan orang. Dan yang pasti, pertanian itu akan tetap dibutuhkan selama manusia masih butuh makan”.  Suatu hal yang bisa dikatakan hanya sebuah pembelaan ketika gagal masuk ke bidang yang benar-benar diinginkan dan malah masuk ke pertanian. Wajar ketika memang sebelumnya tidak begitu paham dengan pertanian.
Wajar jika memang selama ini yang diketahui soal pertanian hanyalah soal mencangkul, kotor, hitam, pedesaan, kemiskinan, dan serba ketidak berdayaan. Dan memang itu yang selama ini muncul di permukaan dan mungkin sudah menjadi simbol dari pertanian itu sendiri. Dari sisi kualitas meteri yang diajarkan selama kuliah, mungkin banyak yang beranggapan bahwa dalam pertanian semuanya terasa begitu sangat mudah sehingga tidak cocok untuk orang-orang pintar mungkin akan tidak terlalu bermanfaat jika kepintarannya hanya dipakai di pertanian yang serba mudah tersebut.
Namun, kalimat-kalimat di atas tidak akan pernah menjadi pembelaan lagi ketika sudah mampu melihat sisi lain pertanian dan kita sudah terjun langsung di dalamnya. Mungkin seperti bermain di lumpur, kita sebisa mungkin akan menghindar ketika pakaian kita masih bersih, tetapi, ketika sudah terciprat lumpur tersebut, ceritanya akan lain. Mau tidak mau kita harus nyebur ke dalamnya, dan tidak sedikit yang malah semakin menikmatinya.
Pertanaman sayuran dan buah-buahan di dataran tinggi, pertanaman tanaman pangan di desa-desa, pertanian di lahan pasir pantai,  perkebunan yang berskala lokal hingga iternasional, dan masih banyak lagi komoditas-komoditas serta teknologi yang digunakan yang sedikit memberikan pengertian bahwa pertanian tidak hanya seperti yang disebutkan di atas.
Mungkin banyak orang ber IQ tinggi enggan masuk ke pertanian. Bukan karena gengsi kalau pertanian itu kelas dua atau bahkan kelas tiga. Akan tetapi, lebih disebabkan oleh pradigma bahwa kuliah di pertanian itu hanya soal yang gampang yang ketika ia masuk ke dalamya, maka IQ yang dimiliki tidak bisa optimal termanfaatkan. Ketika sudah masuk pertanian, tidak semua pradigma tersebut dapat diikuti. Hampir semua ilmu dasar yang sifatnya sosial ataupun eksak, mulai dari yang hafalan, pemahaman, sampai hitung-hitungan pun masih ada sampai semester-semester atas. Dengan permasalahan-permasalahan yang kompleks di dunia pertanian secara umum, baik secara langsung ataupun tidak langsung juga memaksa yang ada didalamnya untuk ikut berfikir bagaimana menyelesaikannya. Jika sudah demikian, bukan hanya IQ saja yang banyak digunakan, tetapi EQ dan SQ yang nantinya juga banyak berperan.

Laporan Praktikum: Pengaruh Kekeringan pada Tanaman Pangan


Cekaman kekeringan merupakan salah satu kendala pada budi daya kedelai. Besarnya penurunan hasil biji akibat cekaman kekeringan bergantung pada fase pertumbuhan dan spesies tanaman. Pada tanaman sayuran, cekaman terjadi pada potensial air berkisar -0.5 MPa. Untuk tanaman pangan dan hijauan ternak, pertumbuhan yang baik masih dapat terjadi pada kondisi potensial air mendekati -1.6 MPa. Cekaman -0.06 MPa pada kedelai dilaporkan telah menghambat proses perkecambahan benih (Widoretno et al., 2002).
            Perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya. Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel (Gardner et al., 1991). Pengaruh kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitat reduktase). Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (misalnya amilase) (Solichatun et al., 2005).

Laporan Praktikum: Pertumbuhan dan Hasil Tanaman pada Berbagai Jarak Tanam


     Salah satu teknik yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman adalah dengan mengatur jarak tanam atau kerapatan tanaman. Jarak tanam akan mempengaruhi efektifitas penyerapan unsur hara oleh tanaman. Semakin rapat jarak tanam, semakin banyak populasi tanaman persatuan luas sehingga persaingan hara antar tanaman semakin ketat dan akan menganggu produksi per satuan tanaman (Fujimori, 2001).
            Pengaturan kanopi rosella merah dengan jarak tanam dapat memberikan ruang bagi kebutuhan akan air, karbondioksida, nutrisi dan cahaya matahari. Pada saat ini, belum ada jarak tanam rosella yang baku sehingga ada yang menanam rosella pada jarak yang rapat ada juga yang menanam pada jarak yang renggang. Kelopak bunga yang dihasilkan juga bervariasi dan umumnya tergolong dalam kategori rendah (Santosa et al., 2012).
      Pengaturan populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam pada suatu pertanaman akan mempengaruhi keefisienan tanaman dalam memanfaatkan matahari dan persaingan tanaman dalam memanfaatkan hara dan air yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Musa et al., 2007).

Laporan Praktikum: perbandingan Antar Kultivar


Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang dapat dibedakan dari kelompok laim berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu. Varietas dapat dibedakan oleh setiap sifat yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lain. Varietas berdasarkan teknik pembentukannya dapat dibedakan menjadin varietas hibrida, varietas sintetik, dan varietas komposit (Tamarin, 2004).
Gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter kecuali berada pada lingkungan yang sesuai. Ada pengaruh terhadap berkembangnya karakter dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali juka gen yang diperlukan ada. Keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap viabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Hedrict,1985).
Hibrida dibuat dengan mempersilangkandua hibrida yang unggul. Pembuatan hibrida unggul merupakan langkah awal dalam pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi daripada varietas bebas karena hibrida menggabungkan gen-gen dominan karakter yang diinginkan dari galur penyusunnya dan hibrida mampu memanfaatkan gen aditif dan nonaditif. Varietas hibrida memberikan keuntungan yang lebih tinggi bila ditanam pada lahan yang produktivitasnya tinggi (Kartasaputra, 1988).

PENGARUH KETERBATASAN SOURCE (SUMBER) DAN SINK (LUBUK) , PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN


Pekerjaan dengan gandum dan barli menunjukkan bahwa fotosintesis dari daun bendera, batang, dan tongkol yang merupakan sumber terdekat dengan biji yang menjadi penyumbang utama untuk biji. Daun sebelah bawah memasok kebutuhan batang sebelah bawah dan akar. Kekuatan biji sebagai daerah pemanfaatan mempengaruhi pembagian hasil asimilasi. Jika daun pucuk dibuang, daun-daun sebelah bawah akan memasok hasil asimilasi ke biji. Jika daun sebelah bawah dibuang, daun bendera akan mentransfer hasil asimilasi ke akar (Gardner, et al., 2008).
Perkembangan buah paprika biasanya dikendalikan dengan pengaturan pola jumlah cabang menjadi dua, tiga, atau empat cabang utama. Alasan utama pengaturan jumlah cabang adalah mengatur pertumbuhan tanaman dalam memanfaatkan penetrasi cahaya melalui kanopi daun. Hasil paprika yang lebih tinggi diperoleh dari tanaman paprika dengan dua cabang pada populasi 4,5 tanaman setiap meter persegi dibandingkan dengan empat cabang pada populasi 2.25tanaman setiap meter persegi (Gunadi dan Subhan, 2011).
Pemangkasan dapat mejaga keseimbangan antara pertumbuhan cabang dan buah. Jumlah cabang pada tanaman tomat akan berpengaruh terhadap mutu buah maupun mutu benih. Cabang tanaman yang sedikit dimungkinkan mutu buah dan benih meningkat. Asimilat yang terbentuk sepenuhnya dapat disimpan pada buah maupun biji dan menyebabkan buah maupun biji menjadi lebih besar, sehingga mutu buah maupun benih meningkat. Sebaliknya apabila jumlah cabang pada tanaman tomat banyak, maka asimilat banyak dipergunakan untuk pertumbuhan tunas tunas baru, sehingga asimilat yang tersimpan pada buah maupun biji berkurang. Tanaman tomat dengan dua cabang utama memberikan buah dengan kualitas dan kuantitas terbaik (Wartopo et al., 2009).

Laporan Praktikum: pengaruh Cara Pemberian Garam Terhadap Pertumbuhan Tanaman


Salinitas merupakan cerminan dari kandungan garam yang tidak ikut terlindi dan boleh jadi terakumulasi pada perakaran terutama pada musim kemarau. Salinitas berkaitan erat dengan tekanan osmotik. Kadar garam tinggi membuat tekanan osmotik di luar sel meningkat sehingga larutan yang berada di dalam tanaman terserapkeluar. Dengan kata lain, penyerapan air dan undur hara lain menjadi terganggu (Noor, 2004).
Salinitas merupakan masalah umum pada daerah arid dan semiarid serta dapat mengurangi hasil pertanian pada beberapa tingkatan . salnitas merupakan pembatas utama pada daerah yang drainasenya buruk (Cullu, 2003). Kekeringan dan salinitas merupakan pembatas utama yang dapat mengurangi produktivitas tanaman. Salinitas menghalangi perkecambahan, mengurangi pertumbuhan tunas, memperlambat perkembangan tanaman, dan mengurangi hasil panen. tanaman yang hiduppada tingkat salinitas yang tinggi memiliki konsentrasi ion yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh sumber air, drainase, evaporasi, transpirasi, serta kemampuan pengendapan (Jamil, 2006).

Laporan Praktikum:pengaruh Limbah Teradap Pertumbuhan Tanaman


       Pertambahan penduduk yang semakin pesat di daerah perkotaan dapat menyebabkan daerah pemukiman penduduk semakin luas dan padat, serta semakinkompleksnya kebutuhan dan peningkatan pola hidup masyarakat menyebabkan semakinbanyaknya limbah sampah.Sampah menjadi masalah karena menimbulkan bau busuk(polusi udara), berjangkitnya berbagai penyakit, kontaminasi air tanah, dan timbulnyakarbondioksida akibat pembakaran sampah (Freeman, 1984).
            Dengan pengolahan sampah kota menjadi kompos, di samping dapat meningkatkan produktivitas tanah, juga sebagai salah satu solusi alternatif penangananlimbah kota. Di samping penciptaan kondisi ramah lingkungan, kompos sampah kotayang diolah sendiri oleh petani dapat mengurangi biaya pemupukan yang harusdikeluarkan oleh petani karena bahan baku sampah kota yang akan dijadikan komposdapat diperoleh dengan mudah dan cuma-cuma dari pasar (sampah pasar) (Hakim, 2006).
        Limbah pabrik susu dapat dipisahkan menjadi 3 bentuk yaitu buangan industri, buangan yang tidakterkena minasi, dan buangan rumah tangga pabrik. Limbah pabrik susu kaya akan magnesium dan kalsium. Penggunaan limbah pabrik susu untuk peningkatan kesuburan tanah yang terus menerus dapat mengganggu ketersediaan unsur hara mikro. Bahaya lain yang ditimbulkan adalah adanya salinitas. Salinitasdapatdihindari jika irigasi yang tersedia cukup banyak. Limbah pabrik susu dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah serta dapat meningkatkan nilai KTK tanah (Nihayati dan Siswanto, 1998).

Laporan Praktikum: Alelopati tanaman pada Tanaman Budidaya


        Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman di sekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut senyawa alelokimia. Definisi lain, alelopati adalah pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuah terhadap tumbuhan lainnya, baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya (Anonim, 2011).
         Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui penguapan, eksudat akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia dilepas ke lingkungan dengan mekanisme tertentu tergantung organ pembentuknya dan bentuk atau sifat kimianya. Mekanisme pengaruh alelokimia terhadap tanaman sasaran berjalan melalui proses yang sangat kompleks. Proses diawali di membrane plasma dengan terjadi kekacauan struktur, modifikasi saluran membrane, atau hilangnya fungsi enzim ATR ase. Dan pada  akhirnya mengganggu pembelahan dan pembesaran sel (Wiroatmojo, 1992).

Laporan Praktikum: Pengamatan Stomata


Stomata adalah bukaan pada epidermis yang sebagian besar terdapat pada bawah daun dan meregulasi pertukaran gas. Stomata dibentuk oleh dua sel epidermis yang terspesialisasi yang disebut sel penjaga yang meregulasi besarnya diameter stomata. Stomata juga terdistribusi secara spesisfik berdasarkan spesies (Anonim,2009).
Kekurangan  air di dalam jaringan tanaman dapat  disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata dan sel lain seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk penguapan, stomata juga berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi yang berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga. Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat. Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera menutup.  Mekanisme membuka dan menutup stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif sehingga jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan (Lestari, 2006).

Laporan Praktikum: Pengukuran Kandungan Air Nisbi


Ketersediaan air untuk proses pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Air bagi tanaman adalah sebagai bahan penyusun yang sangat menentukan dalam sitoplasma, sebagai reagensia yang terpenting dalam proses biologis, dan sebagai suatu faktor iklim yang mempunyai arti sangat penting di sekitar tanaman. Air merupakan kebutuhan essensial bagi pertumbuhan tanaman hingga berproduksi. Air merupakan faktor yang berkorelasi positif, tetapi juga dapat berkorelasi negatif. Secara fungsional keadaan air dalam tanah diklasifikasikan berdasarkan pada besar relatif retensinya, yaitu air bebas, air kapiler, dan air higroskopis. Tidak tersedianya air yang cukup pada saat perkecambahan dan awal pertumbuhan menimbulkan gangguan pertumbuhan pada tanaman. Kekurangan air akan berpengaruh terhadap perkembangan tanaman, yaitu menekan luas daun, diameter batang, tinggi tanaman, dan berat tanaman (Purwatoro et al., 1994).
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. (Anonim, 2009).
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. (Leopold, 1964)

Laporan Praktikum: Laju Transpirasi Pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda


Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel. Di samping itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini kebagian-bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi (Crafts et. al., 1949).
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi hal yang penting  adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.  Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk,  dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor dari dalam tumbuhan seperti jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata  dan faktor luar meliputi suhu, cahaya, kelembaban, dan angin (Anonim, 2009a).

Lporan Praktikum: Pengukuran kehijauan dan Klorofil Daun


Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis. Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Klorofil C terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome Bacillariophyta. Klorofil d terdapat pada ganggang merah Rhadophyta (Rifai, 1996).
Klorofil merupakan pigmen hijau yang ditemukan pada kebanyakan tumbuhan, alga, dan juga cyanobacteria. Klorofil menyerap cahaya lebih kuat pada warna biru dan merah, tetapi sangat sedikit porsi untuk warna hijau pada spektrum elektromagnetik, oleh karena itulah warna hijau dari klorofil tersusun atas jaringan atau kumpulan sel seperti pada daun tumbuhan. Klorofil sangat vital dalam proses fotosintesis, karena membuat tanaman mendapatkan energi dari cahaya. Molekul klorofil tersusun sangat spesifik di dalam atau di sekitar pigmen protein kompleks yang disebut sebagai fotosistem yang bekerja pada membran tilakoid pada kloroplas (Anonim, 2009).

Laporan Praktikum: Potensial Osmotik Sel


Lebih dari 90% tubuh tumbuhan berupa air. Air ini berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak langsung pada semua reaksi metabolik. Molekul-molekul air satu dengan yang lainnya saling berasosiasi (kohesi) dan melekat pada permukaan berbagai jenis benda (adesi). Karena adanya kohesi dan adesi ini air bergerak naik dalam tumbuhan. Dalam tubuh tumbuhan zat-zat dapat terdistribusi kedalam tubuh melalui 3 cara yaitu difusi, osmosis, dan imbibisi. Pergerakan bahan ke dalam tumbuhan dari sekelilingnya dilakukan terutama melalui difusi. Misalnya adalah gas karbondioksida dan oksigen dari atmosfer berdifusi ke dalam tumbuhan melalui stomata, kemudian air serta garam-garam mineral juga memasuki tubuh tumbuhan  dengan jalan difusi. Osmosis dipandang sebagai tipe difusi khusus yang melibatkan pergerakan air melalui membran semi permeable dari daerah konsebtrasi air tinggi ke daerah dngan konsentrasi air rendah. Adanya peristiwa osmosis inilah yang menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel tumbuhan (Mimbar, 1991). 
Faktor yang penting dalam sistem osmotik yang sebenarnya berlawanan dengan osmometer sempurna. Pada waktu air berdifusi melintasi membran pada sistem yang sebenarnya, air itu tidak hanya menyebabkan naiknya tekanan, tapi juga mengencerkan larutan. Dengan adanya kejadian itu, potensial osmotik dalam larutan meningkat (membuatnya kurang negatif) sehingga tekanan yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan akan kurang dibandingkan dengan semula diperkirakan dari potensial osmotik awal. Potensial osmotik larutan bernilai negatif, karena air pelarut dalam laruan itu melakukan kerja kurang dari air murni (Salisbury dan Ross, 1995).

Laporan Praktikum: Pengaruh Suhu Terhadap Laju Rrespirasi Aerob


Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Respirasi aerob ialah suatu proses pernafasan yang membutuhkan oksigen dari udara. Kalau fotosintesis merupakan proses penyususnan (anabolisme) maka pernafasan merupakan proses pembongkaran (katabolisme), dimana energy yang tersimpan tadi ditimbulkan kembali untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan. Jika gula heksosa diambil sebagai bahan bakar dan pembakaran itu merupakan oksigen bebas, maka reaksi keseluruhannya dapat dituliskan sebagai berikut : C6H12O6 + 6 O2 à 6CO2 + 6H2O + 675 kal (Dwidjoseputro, 1980).
Reaksi respirasi termasuk dalam reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula menjadi molekul-molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Respirasi atau pernafasan berfungsi untuk mendapatkan energi dari bahan-bahan organik melalui proses pemecahan gula yang disebut dengan proses glikolisis. Senyawa gula pada tanaman didapatkan dari proses fotosintesis. Butiran amilum yang tersimpan dalam berbagai jaringan dan organ penyimpan cadangan makanan akan diubah kembali dalam bentuk glukosa fosfat didalam sitoplasma sel. Akhirnya senyawa glukosa fosfat tersebut akan dipecah menjadi piruvat dan masuk dalam siklus krebs. Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan dikeluarkan dari sel. Gas tersebut akan berdifusi dan terkumpul dalam rongga-rongga antar sel dan bila tekanan telah cukup akan dikeluarkan. Reaksinya adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + 6O2 → 6H2O + 6CO2 + ATP
Pengukuran CO2 per satuan waktu per berat basah kecambah yang dihasilkan selama proses respirasi, dapat diukur secara asidimetri pada larutan NaOH yang diletakkan dalam ruang tertutup bersama biji yang sedang aktif berkecambah (Anonim, 2009).

Laporan Praktikum : Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Laju Fotosintesis


Fotosintesis adalah pembuatan gula dari dua bahan mentah sederhana, yaitu karbondioksida dan air, yang dibantu dengan adanya klorofil, dan dengan cahaya matahari sebagai sumber energi. Persamaan kimia fotosintesis biasanya dituliskan:
6 CO2 + 6 H2O + 672 kcal                  C6H12O6 + 6 O2
            Energi cahaya                             glukosa
Sebenarnya persamaan tersebut merupakan bentuk persamaan yang sangat sederhana. Hasil-hasil penyelidikan modern menunjukkan bahwa fotosintesis dapat dipisahkan ke dalam tiga kelompok reaksi-reaksi utama. Dalam kelompok pertama, energi cahaya dipergunakan untuk memecahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Dalam kelompok kedua, energi cahaya dipergunakan untuk memberi suplai energi kimia yang dapat dipergunakan di dalam kloroplast. Dalam kelompok tiga, hidrogen dan energi kimia dipergunakan untuk mengubah karbondioksida menjadi gula (Mimbar, 1991).
Berdasarkan tipe fotosintesis, tumbuhan dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu C3, C4, dan CAM (crassulacean acid metabolism). Tumbuhan C4 dan CAM lebih adaptif di daerah panas dan kering dibandingkan dengan tumbuhan C3. Namun tanaman C3 lebih adaptif pada kondisi kandungan CO2 atmosfer tinggi. Sebagian besar tanaman pertanian, seperti padi, gandum, kentang, kedelai, kacang-kacangan, dan kapas merupakan tanaman dari kelompok C3. Tanaman pangan yang tumbuh di daerah tropis, terutama gandum, akan mengalami penurunan hasil yang nyata dengan adanya kenaikan sedikit suhu karena saat ini gandum dibudidayakan pada kondisi suhu toleransi maksimum (Mulya, 2007).

Laporan Praktikum: Kalibrasi Moisture Tester


Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Bila berbicara kalibrasi maka kita membahas tentang rangkaian kegiatan pengukuran instrumen-instrumen ukur secara perbandingan maupun langsung terhadap standar acuan (Renanta, 2009 ).
Kalibrasi memberikan manfaat berupa  : 1).Adanya jaminan terhadap hasil produksi yang sesuai dengan standar ISO9000 dan juga sekaligus pengakuan, 2). Hasil Produksi dijamin sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 3). Akurasi pembacaan alat ukur terjamin.( Morris, 2001).
Kalibrasi diperlukan untuk:1). Perangkat baru. 2). Suatu perangkat setiap waktu tertentu. 3). Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi). 4). Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi. 5) Ketika hasil pengamatan dipertanyakan (Godfrey,2000).
Kalibrasi perangkat ukur merupakan prosedur standar untuk menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya antara lain: 1). Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrumen ukur atau deviasi dimensi nasional yang seharusnya untuk suatu bahan ukur. 2). Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional (Pyzdek, 2003)

Laporan Praktikum: Indeks Vigor Perkecambahan


          Vigor benih dalam hitungan viabilitas absolute merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapang dalam kondisi yang suboptimum. Tolok ukur kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimum. Kecepatan tumbuh benih diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari (Sadjad, 1993).
      Perubahan katabolik terus berlangsung sejalan dengan semakin tuanya benih dan kemampuan benih untuk berkecambah juga menurun. Penurunan daya kecambah yang terukur, tidak segera terjadi setelah kemasakan tercapai. Pada kondisi penyimpanan yang menguntungkan, awal kemunduran mungkin terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun, tergantung pada kondisi penyimpanan, macam benih, serta kondisi penyimpanan sebelumnya. Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih dan di pihak lain perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan (Kuswanto, 1997).
        Kehilangan vigor dapat dianggap sebagai suatu tahap perantara dari kehidupan benihnya, yaitu yang terjadi antara awal dan akhir proses kemunduran. Kemunduran vigor sangat sulit untuk diukur. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur vigor adalah metode yang berdasarkan pengukuran yang berhubungan dengan daya kecambah (Justice dan Louis, 1990).

Laporan Praktikum: Pengujian Daya Tumbuh Benih


          Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan, membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih), menduga storabilitas (daya simpan) benih, dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami, 2004).
            Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal adalah kecambah rusak (kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh). Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya. Kecambah lambat adalah kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus, 2008).

Laporan Praktikum: Identifikasi Benih dan Kecambah


Yang dimaksud dengan benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi. Sebagai komponen agronomi masalah benih ini lebih berorientasi pada penerapan norma-norma ilmiah, jadi lebih bersifat teknologis (Kartasapoetra, 1986).
Definisi benih secara botanis adalah hasil dari pembuahan dan pematangan ovule. Benih terdiri dari embrio yang berkembang menjadi bibit setelah perkecambahan, jaringan nutrisi, lapisan pelindung, dan testa. Kerap kali juga mengandung struktur lain seperti ovari atau bagian lain dari bunga (Anonim, 2008).
Yang dimaksud dengan benih matang pada umumnya terdiri dari tiga struktur dasar, yaitu embrio, jaringan penyimpanan bahan makanan dan kulit benih. Embrio terdiri dari sumbu embrio yang mengandung daun lembaga atau kotiledon, plumula, hipokotil dan bahan akar. Jaringan penyimpanan bahan makanan dari suatu benih mungkin dalam bentuk daun lembaga, endosperma atau perisperma. Kulit benih dapat terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yangrelatif kuat dan lapisan dalam yang lebih tipis. Pada benih tertentu dapat pula hanya merupakan lapisan tunggal saja. Tipe perkecambahan benih mungkin saja hypogeal atau mungkin pula epigeal. Pada kecambah hypogeal kotiledon tetap tinggal dalam tanah, tetapi pada kecambah yang epigeal kotiledon terangkat ke atas karena hipokotil bertambah panjang lebih cepat dari epikotil (Kartasapoetra, 1986).

Laoran Praktikum: Mengenal Alat-alat Teknologi Benih


Pengujian benih adalah suatu usaha untuk mengevaluasi kualitas benih tanaman budidaya dengan tujuan tertentu dalam pertanian dan juga digunakan untuk menentukan kualitas biji rumput, bunga maupun tanaman kayu. Dalam pengujian untuk sertifikasi benih diperlukan alat-alat yang mempunyai kegunaan dan cara menggunakan yang berbeda-beda, sehingga perlu pengenalan tentang bentuk, fungsi dan cara penggunaannya. Dengan mengetahui fungsi dan cara penggunaannya maka akan menekan kerugian akibat pengujian benih misalnya kesalahan dalam menggunakan alat akan mengakibatkan diperoleh hasil yang tidak sesuai (Copeland, 1976).
Pengujian benih sederhana akan dapat menunjukkan kemampuan perkecambahan yang sebenarnya dan vigor dari persediaan benih dan apakah takaran penyebaran perlu ditingkatkan sehingga populasi tanaman yang tepat dapat tercapai. Dan bila keadaan yang lain tepat, akan diperoleh hasil maksimum. Benih harus diuji sebelum ditanam terutama benih yang dihasilkan sendiri dan benih yang dihasilkan sendiri dan benih yang disimpan selama lebih dari satu tahun, yang mungkin disimpan dalam kondisi yang kurang ideal. Takaran sebar benih yang dihasilkan dan perlakuan benih dapat disesuaikan dengan fakta nyata dari uji benih yang dilaksanakan dan diinterprestasi dengan semestinya (Soehendi et. al., 2002).
Faktor-faktor yang menentukan kualitas benih ialah persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran, daya tumbuh, benih berkulit keras, adanya biji herba yang noxious, bebas dari hama dan penyakit, kadar air dan hasil pengujian berat seribu biji (Hutami, et.al., 2006).
Dalam memproduksi benih yang berkualitas tidak dibedakan antara benih ortodoks dan benih rekalsitran. Persyaratan agronomis dengan mengacu pada Good Agricultural Practices (GAP) harus diikuti dengan persyaratan lain seperti benih harus sudah mencapai masak fisiologis serta seragam agar benih yang dihasilkan berkualitas baik (Hasanah & Devi, 2006).

Laporan Praktikum: Korelasi dan Regresi antara Dua Sifat pada Tanaman


   Dalam regresi linier, nilai-nilai dari beberapa populasi itu ditentukan oleh nilai x  tertentu. Peubah y itu disebut peubah tidak bebas, karena setiap y bergantung pada populasi yang diambil contohnya, peubah x disebut peubah bebas atau argumen. Adapun  persamaan regresi sendiri dirumuskan sebagai berikut (Steel  et.al., 1991):
Y  =  a  +  bx, dimana :
Y            : peubah  tak bebas
 x            : peubah bebas
 a            : konstanta
 b            : koefisien regresi
Korelasi antar sifat mengukur derajat keeratan  hubungan antara sifat-sifat. Pendugaan sifat-sifat korelasi genotip dan fenotip berguna dalam perencanaan dan evaluasi di dalam program-program pemuliaan tanaman. Korelasi antar sifat penting dan yang kurang penting dapat mengungkapkan bahwa beberapa dari sifat yang penting berguna sebagai indikator bagi satu atau beberapa sifat lain yang  kurang penting (Johnson et.al., 2006).

Laporan Praktikum: Poliploidisasi


       Pada kondisi-kondisi tertentu, spesies-spesies baru dapat muncul hampir secara instan, hal ini terjadi ketika kromosom-kromosom individual secara spontan melipatganda menghasilkan jumlah set yang ganda, tiga kali lipat atau bahkan delapan kali lipat dari jumlah biasa. Organisme-organisme semacam ini tidak dapat kawin dengan sesama anggota spesiesnya yang normal, namun dapat kawin dengan sesama poliplod. Spesies poliploid jarang terdapat pada dunia hewan, tapi umum di antara tumbuhan berbunga. Hal ini disebabkan tumbuhan seringkali bereproduksi dengan cara pembuahan sendiri sehingga satu poliploid tunggal dapat menghasilkan keturunan yang fertil. Tingkat ploidi yang lebih tinggi daripada tetraploid tidak mungkin ditemukan dalam populasi-populasi alamiah, tapi sebagian tanaman pangan merupakan poliploid. Terkadang, suatu jaringan terspesialisasi di dalam diploid akan menjadi poliploid (Yuwono, 2008).
            Poliploidi merupakan gejala yang umum dan tersebar luas dalam tumbuhan. Pengaruh poliploidi pada berbagai kelompok tumbuhan bervariasi, tetapi ada satu akibat dari poliploidi yang tetap adalah adanya penambahan ukuran sel. Poliploid berhubungan dengan perubahan
densitas dan ukuran stomata. Berdasarkan jumlah bilangan dasarnya maka derajat ploidinya berturut turut adalah 2x (diploid), 3x (triploid), 4x (tetraploid), 5x (pentaploid), 6x (heksaploid) dan 7x (septaploid). Selama penggandaan genom peristiwa aneuploidi lebih sering terjadi pada jenis poliploid. Jenis poliploid lebih toleran dalam kehilangan kromosom. Kehilangan kromosom tidak merugikan pertumbuhan sel, sebab keseluruhan set dari gen tetap terdapat dalam genome. tumbuhan poliploid lebih mampu berkoloni di daerah baru dan tahan terhadap habitat yang berbeda dengan tumbuhan diploidnya. Meningkatnya peristiwa poliploidi dan teradaptasinya tumbuhan berderajat ploidi tinggi pada daerah yang berelevasi tinggi diduga karena turunnya temperatur. Sesuai dengan hipotesis Love yang menyatakan bahwa temperatur dan faktor lingkungan lain yang terkait dengan ketinggian tempat berperan dalam poliploidisasi tumbuhan (Perwati, 2009).

Friday, January 18, 2013

ASAL USUL PERTANIAN ORGANIK


        Pertanian organik merupakan suatu ide dan konsep yang sudah ada sejak awal abad ke 20. Konsep pertanian organic pertama kali mungcul di kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Pencettusan konsep pertanian organic disebabkan oleh suatu keinginan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pertanian, seperti erosi, pencucian hara tanah, penurunan diversitas tanaman, penurunan kualitas makanan yang dihasilkan dari pertanian, dan kemiskinan yang melanda daerah-daerah pedesaan. Masalah-masalah tersebut mencakup semua Negara yang kesehatan penduduknya sangat bergantung pada kualitas pertanian yang dihasilkan. Kualitas hasil pertanian yang baik hanya dapat dipenuhi ketika tanah yang dipakai untuk pertanian tersebut sehat dan subur. Kesehatan dan kesuburan tanah pada dasarnya dapat dipertahankan oleh fraksi tanah, yaitu humus.
            Humus farming merupakan metode manajemen kesuburan tanah yang dipakai saat awal munculnya konsep pertanian organik. Pada pertanian organik awal, pertanian seperti kembali ke pertanian secara tradisional yang mampu menjaga dan mengembalikan kesuburan tanah secara berkelanjutan. Model pertanian seperti itu berasal dari orang-orang Eropa dan sebagian Asia. Beberapa hal yang dilakukan adalah menggunakan pupuk kandang, menggunakan pupuk hijau, mengembalikan sisa pertanian ke tanah, melakukan rotasi tanaman, dan penambahan bahan-bahan seperti kapur atau batuan mineral yang lain untuk menjaga pH tanah.

Thursday, January 17, 2013

Faktor Penentu Keberhasilan Perkecambahan Anggrek


  •   Karbohidrat; unsur karbohidrat yang dibutuhkan dalam perkecambahan biasanya adalah gula sederhana golongan Oligosakarida dan yang umum digunakan dalam medium buatan yaitu: sukrosa dan fruktosa. Gula ini diperlukan biji untuk berkecambah (tunas keluar dari biji) dan sebagai cadangan makanan sebelum tunas mampu membentuk makanan sendiri.
  •       Nitrogen; senyawa amonia, nitrat dan urea dalam perkecambahan biji digunakan sebagai bahan utama pembentukan sel-sel tumbuhan.   Mineral; unsur-unsur kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca) dan fosfor (P) adalah mineral yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan digunakan dalam bentuk senyawa kompleks. Tanpa unsur ini tunas anggrek yang sudah berkecambah akan mati tetapi jika kadar dalam medium terlalu pekat akan menyebabkan keracunan bagi tanaman. Kadar unsur-unsur diatas yang dianjurkan adalah 40 mg/L media.
  •   Penyinaran; dibutuhkan tanaman anggrek sebagai syarat pokok dalam proses pembentukan cadangan makanan yang disebut proses fotosintesis. Intensitas yang dibutuhkan antara 400 - 3000 lux. Sinar yang digunakan dapat sinar matahari difus, lampu neon dan lampu Cool White. Ukuran umum yang sering digunakan adalah lampu neon putih 40 watt diletakkan 1,5 hingga 2 meter dari rak-rak temapt botol  perkecambahan. Semakin kecil daya yang digunakan jarak lampu ke tanaman semakin dekat.

Persilangan Tanaman Anggrek

        Anggrek bersifat hermaphrodit, yaitu pollen (serbuk sari) dan putik terdapat didalam satu bunga, sedangkan sifat kelaminnya adalah monoandrae (kelamin jantan dan betina terletak pada satu tempat) sehingga anggrek termasuk tanaman yang mudah mengalami penyerbukan. Selain dilakukan dengan persilangan buatan oleh manusia, anggrek dapat terjadi penyerbukan secara tidak sengaja oleh alam, misalnya serangga. Jatuhnya serbuk sari ke kepala putik akan menyebabkan terjadinya penyerbukan, proses ini lebih mudah terjadi pada tipe bunga anggrek yang memiliki zat perekat pada putiknya (discus viscidis). Bunga anggrek yang tidak memiliki zat perekat disebut polinia, sedangkan bunga anggrek yang memiliki perekat disebut polinaria.
            Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu bunga anggrek atau mendapatkan kultivar baru adalah dengan menyilangkanantar tetua yang mempunyai karakter-karakter tertentu. Oleh karena itu pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi berbunga tinggi dan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman lingkungan. Perbanyakan anggrek melalui proses penyerbukan dapat di katakan sebagai perbanyakan generatif. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bibit anggrek yang baru dalam jumlah banyak, mengetahui ke-heterogenan kromosom, membuat hibrida baru dengan warna, bentuk yg variatif, dan menghasilkan bunga anggrek yang unggul. Untuk dapat melakukan kegiatan penyerbukan maka langkah pertama adalah mengetahui morfologi dari bunga anggrek. Bunga Anggrek terdiri dari tiga Sepal dan tiga Petal di mana salah satu Petal telah termodifikasi menjadi Labellum atau lidah. Kebanyakan anggrek berkelamin komplit (hemafrodit) yaitu alat kelamin jantan dan betina berada dalam satu bunga yang letaknya berada di dalam Column. Tetapi ada juga yang terpisah seperti antara lain pada Genus Catasetum, Cynoches, Mormodes, yang memiliki satu alat kelamin pada satu bunga.

Persilangan Tanaman


           Kastrasi adalah tindakan menghilangkan pollen atau benang sari dari bunga betina lengkap dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri. Kastrasi dilakukan sebagai pendahuluan untuk melakukan hibridisasi. Teknik khusus yang dilakukan untuk pengebirian adalah termasuk memperlakukan bunga tanaman dengan panas, dingin, atau bahan kimia seperti alkohol. Teknik ini didasarkan bahwa pollen mempunyai tingkat senstifitas yang lebih tinggi dibandingkan putik. Karena itu seringkali dilakukan dengan merusak daya tahan pollen tanpa melukai secara berlebihan organ tanaman lain yang penting. Salah satu cara lain adalah dengan menggunakan sedotan. Dalam metode ini lubang hampa kecil digunakan untuk menyedot pollen yang melekat pada stigma (Allard, 2002).
            Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies pada setiap tanaman. Yang mempunyai tujuan untuk memperoleh rganism dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat berfariasi jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetikyang diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya. Emaskulasi atau sering disebut kastrasi merupakan pengambilan tepung sari pada kelamin jantan agar tidak terjadi penyerbukan sendiri. Dalam proses pengambilan tepung sari tersebut dilakukan pada saat sebelum kepala putik masak agar lebih menjaga dan memperkecil kemungkinan terjadinya penyerbukan (Wibowo, 2008).
            Perbaikan genetik dilakukan untuk menambah keragaman karakteristik tanaman anggrek dan untuk memenuhi persyaratan tentang kualitas anggrek tersebut, baik secara konvensional maupun inkonvensional. Secara konvensional dilakukan dengan cara persilangan atau mengawinkan bunga dengan cara meletakkan pollen pada stigma. Hasil dari persilangan adalah terjadinya proses pembentukan buah dan biji. Secara inkonvensional yaitu seleksi mutan, produksi tanaman homozigot, hibridisasi somatik, transfer gen, atau perbaikan varietas (Willmer,2011).

Perkecambahan Pollen Beberapa Tanaman

perkecambahan polen bunga tomat

perkecambahan pollen bunga cabai

perkecambahan pollen bunga sepatu

perkecambahan pollen bunga jeruk

gambar-gambar di atas merupakan bentuk pollen yang sudah mengalami perkecambahan.

Bentuk Polen Bunga Beberapa Tanaman

pollen bunga sepatu

pollen bunga tomat
bentuk polen bunga jagung
pollen bunga jagung
pollen bunga terung
pollen-pollen tersebut nantinya mengalami perkecambahan pollen dan bisa menyerbuki bunga betina yang ada.

Viabilitas dan Perkecambahan Polen

penyerbukan bunga
Penyerbukan (pollination) adalah jatuhnya tepung sari pada kepala putik. Sedangkan pembuahan (fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dengan gamet betina yang kemudian melebur menjadi zigot. Setelah terjadi penyerbukan, butir tepung sari mengalami dua kali pembelahan meiosis dan menghasilkan empat mikrospora yang haploid. Selanjutnya, mikrospora mengalami pembelahan menghasilkan dua inti haploid. Proses pertumbuhan buluh sari (pollen tube), satu dari dua inti tersebut membelah secara mitosis menghasilkan inti generatif I dan inti generatif II. Satu inti lain tidak membelah, tetapi tumbuh menjadi inti buluh (tube nucleus) yang mengantarkan kedua inti generatif I dan II menuju mikrofil untuk pembuahan (Mangoendidjojo, 2003).
 
Serbuk sari akan berkecambah pada permukaan kepala putik dan membentuk suatu tabung sari. Tabung sari ini akan tumbuh melalui jaringan tangkai putik menuju ke bakal biji. Di dalam kantong embrio akan terjadi pembuahan ganda yaitu satu gamet jantan dari tabung sari akan bergabung dengan sel telur membentuk embrio dan yang satunya bergabung dengan inti kutub membentuk endosperm (Sutopo, 2010).
 
  
Serbuk sari merupakan struktur yang digunakan untuk mengangkut gamet jantan ke gamet betina dari bunga. Mempertahankan kapasitas perkecambahan serbuk sari yang tersimpan dapat berguna dalam menghemat waktu dalam program hibridisasi dan juga dalam perbaikantanaman. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama dalam mempengaruhi perilaku serbuk sari. Kedua factor lingkungan tersebut apabila terdapat pada kondisi yang optimum akan mengakibatakan kenaikan viabilitas polen (Perveen, 2007).