Kentang merupakan tanaman pangan sumber karbohidrat. Di Indonesia, kentang lebih banyak dimanfaatkan sebagai sayur daripada makanan pokok utama. Namun demikian, tingkat kebutuhan umbi kentang tetap tinggi. Tingginya kebutuhan umbi kentang disebabkan oleh penggunaanya sebagai bahan industri makanan.
Teknis budidaya memegang peranan penting dalam keberhasilan pemenuhan kebutuhan akan umbi kentang. Pengetahuan akan syarat tumbuh tanaman kentang akan memudahkan dan mendukung keberhasilan teknis budidaya tanaman. Lokasi pertanaman yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman merupakan setengah dari keberhasilan teknis budidaya tanaman itu sendiri.
Kentang merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 500 sampai dengan 3000 mdpl. Di daerah tropis, kentang tumbuh optimal pada ketinggian 1300 mdpl. Kentang tumbuh dengan baik di tanah yang subur, gembur, dan memiliki drainase yang baik. Tanah yang sesuai untuk tanaman kentang adalah tanah liat gembur, debu, atau debu berpasir. Tanah dengan pH 4,5 sampai 8 dapat digunakan untuk pertanaman kentang. pH optimal untuk pertubuhan dan hasil tanaman kentang adalah 5-6,5. Pada pH di bawah 5, kentang akan menghasilkan umbi yang berutu jelek dan rentan terhadap penyakit kudis.
Iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Kentang tumbuh baik dengan suhu 25-20C, sinar matahari cukup, dan kelembaban udara 80-90% (Sunarjono, 1975).
Kentang membutuhkan rentang suhu yang berbeda untuk setiap fase pertumbuhannya. Menurut Burton (1981), untuk mendapatkan hasil yang maksimum tanaman kentang membutuhkan suhu optimum yang relatif rendah, terutama untuk pertumbuhan umbi, yaitu 15,6 sampai 17,8 C dengan suhu rata-rata 15,5 C.
Suhu lebih dari 24C akan menekan metabolism pati sehingga terjadi penurunan kadar pati di umbi. Akumulasi bahan kering terhambat pada suhu tanah lebih dari 24 C dan pada suhu 33C sebagian besar karbohidrat digunakan untuk respirasi sehingga bobot umbi jauh lebih rendah. Pada suhu yang tinggi, umbi yang terbentuk juga abnormal karena terjadi pertumbuhan umbi baru yang sering disebut sebagai pertumbuhan sekunder. Suhu yang tinggi, keadaan berawan, dan kelembaban udara yang rendah akan menghambat pertumbuhan umbi dan perkembangan bunga. Fluktuasi kelambaban antara siang dan malam akan mengurangi hasil tanaman. Jika pada malam suhu tinggi, maka tanaman akan melakukan lebih banyak respirasi.
Selama pertumbuhan tanaman, kentang menghendaki curah hujan 1000 mm dengan hujan setiap bulan antara 200-300 mm. Awal pembentukan umbi dan pembentukan stolon, kentang membutuhkan lebih banyak air sehingga kurang air pada fase ini tanaman akan mengalami penurunan hasil.
Panjang hari juga berpengaruh terhadap pembentukan umbi, Panjang hari yang dikehendaki tanaman kentang bervariasi, bergantung pada varietasnya, kisaran yang diperlukan antara 10 sampai 16 jam hari-1. Chapman (1975) menyimpulkan bahwa jika tanaman mendapat perlakuan hari pendek, ujung stolon akan cepat membentuk umbi, sedangkan jika diberi perlakuan hari panjang, stolon cenderung bertambah panjang dan baru kemudian membentuk umbi.
Pembentukan umbi pada tanaman kentang dapat dipercepat oleh hari pendek, intensitas cahaya yang tinggi, suhu malam yang rendah, dan N yang rendah serta kombinasi antara faktor-faktor tersebut.
No comments:
Post a Comment