Jagung merupakan komoditas penting dan memiliki nilai strategis dalam penyediaan pangan dan peningkatan perekonomian nasional. Jagung memiliki beragam kegunaan dan penggunaan baik secara langsung sebagai sumber pangan atau juga secara tidak langsung sebagai bahan baku industri. Pengembangan komoditas jagung dalam kaitannya dengan peningkatan produksi dan produktivitas masih terkendala adanya organisme pengganggu pada tanaman jagung. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman jagung adalah bulai. Penyakit bulai disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora spp. Bulai merupakan salah satu penyakit pada tanaman jagung yang paling sulit dikendalikan dan seringkali menyebabkan penurunan hasil jagung hingga 100% ketika menyerang pada 1-14 MST.
Pengendalian menjadi sangat penting dilakukan untuk meminimalisir atau bahkan menghilangkan kehilangan hasil akibat penyakit bulai. Beberapa cara pencegahan atau pengendalian penyakit bulai antara lain
1. Pengendalian pra tanam dengan fungsisida berbahan aktif metalaksil
Benih jagung hibrida dan bersari bebas yang sudah dipasarkan umumnya sudah diberi fungisida ridomil atau saromil yang berbahan aktif metalaksil. Metalaksil adalah senyawa kimia yang tergolong golongan asilalanin yang mampu melindungi benih jagung terhadap bibit penyakit, termasuk jamur penyebab penyakit bulai. Pada tahun 80 an, fungisida berbahan aktif metalaksil efektif dalam mengendalikan penyakit bulai. Namun, pada saat ini, ketika fungisda tersebtu telah digunakan lebih dari 20 tahun, terjadi resistensi cendawan terhadap metalaksil sehingga efektifitas fungisida tersebut menurun. Di Kabupaten Bangkayang, Kalimantan Timur, fungisida berbahan aktif metalaksil sudah tidak efektif lagi dalam mengendalikan penyakit bulai.
2. Menanam varietas unggul tahan bulai
Cara ini termasuk cara yang mudah, murah, dan aman bagi lingkungan. Saat ini sudah terdapat beberapa varietas jagung yang toleran dan bahkan tahan terhada serangan cendawan penyebab bulai. Beberapa varietas yang memiliki ketahanan terhadap penyakit bulai yang lebih tinggi dibandingkan varietas yang lain adalah BISI 816, BMD 2, BIMA 3 Bantimurung, Lagaligo, Motor GTO, dan Bisma.
3. Menanam pada waktu yang tepat
Tanaman jagung paling rentan terkena bulai pada saat tanaman mulai berkecambah hingga tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Penyakit bulai banyak berkembang pada waktu peralihan musim dari kemarau ke musim penghujan atau juga sebaliknya. Oleh karena itu, diupayakan pada saat terjadi peralihan musim, tanaman jagung sudah berumur lebih dari satu bulan.
4. Menanam secara serempak
Cendawan penyebab penyakit bulai hanya dapat hidup dan berkembang pada tanaman yang hidup. Cendawan tersebut tidak dapat hidup di tanah dan tanaman yang mati. Penanaman jagung secara serempak akan menekan serangan cendawan penyebab bulai karena fase pertumbuhan tanaman relatif sama.
5. Eradikasi tanaman terinfeksi bulai
Eradikasi atau menghilangkan tanaman jagung yang terinfeksi bulai bertujuan untuk menghilangkan sumber inokulum penyakit sehingga penyebaran penyakit dapat ditekan. Apabila ditemukan tanaman yang memperlihatkan gejala penyakit bulai di antara pertanaman jagung maka segera dicabut kemudian dibakar atau dibenamkan ke dalam tanah. Jangan hanya dibuang saja disekitar pertanaman karena akan menjadi sumber inokulum penyakit ke pertanaman yang masih ada.
Burhanuddin. 2009. Fungisida Metalaksil Tidak Efektif Menekan Penyakit Bulai di Kalimantan Barat dan Alternatif Pengendaliannya. Prosiding Seminar Nasional Serealia.
No comments:
Post a Comment