Polikultur berasal dari kata poly dan culture. Poly berarti banyak dan culture berarti pengolahan. Jadi, pola tanam polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu atau juga bisa dalam beberapa waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu waktu contohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu misalnya penanaman padi pada musim pertama kemudian dilanjutkan penanaman jagung pada musim kedua.
Pemilihan pola polikultur dipengaruhi oleh aspek lingkungan dan juga sosial ekonomi masyarakat pelaku usaha tani. Aspek lingkungan yang paling berpengaruh adalah ketersiediaan air. Umumnya, pada daerah pertanian yang curah hujan tidak merata sepanjang tahun dan irigasi teknis tidak tersedia, pola yang digunakan adalah pola polikultur. kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman sangat beragam. Curah hujan yang tidak merata mungkin tidak akan mencukupi kebutuhan air untuk tanaman yang membutuhkan banyak air seperti padi. Untuk meminimalisir gagal panen, maka pada musim di mana hujan sangat minim, lahan ditanami dengan tanaman yang hanya membutuhkan sedikit air, seperti jagung atau kacang hijau.
Dari sisi sosial ekonomi masyarakat, polikultur umunya merupakan pola tanam yang banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang tujuan usaha taninya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Pada sistem sosial yang demikian, terdapat kecenderugan bahwa yang paling penting adalah tetap memperoleh hasil panen daripada mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Menanam lebih dari satu jenis tanaman menjadi semacam penjamin untuk tetap mendapatkan hasil panen. Ketika salah satu komoditas tidak bisa dipanen, maka masih ada komoditas yang lain yang bisa dipanen.
Efisiensi penggunaan lahan juga digunakan sebagai alasan untuk bertanam secara polikultur. Pada komoditas tanaman yang jarak tanamnya renggang, masih ada ruang-ruang kosong diantara baris pertanaman yang belum termanfaatkan. Polikultur merupakan usaha untuk memanfaatkan tanah-tanah kosong tersebut.
Selain efisiensi penggunaan lahan dan diperolehnya hasil panen yang beragam, pola tanam polikultur juga memiliki beberapa keuntungan. Yang pertama, polikultur merupakan usaha untuk mengurangi ledakan populasi organism pengganggu tanaman. Tanaman yang beragam dalam satu lahan membuat hama dan penyakit tidak focus menyerang pada satu komoditas, akibatnya, organism pengganggu akan mudah dikendalikan dan tidak mengalami ledakan. Selain itu, seringkali, suatu tanaman dapat mengusir keberadaan hama untuk tanaman lain, misalnya adalah bawang daun yang dapat mengusir hama aphid dan ulat pada tanaman kubis.
Selanjutnya, polikultur seringkali mampu menambah kesuburan tanah secara alami sehingga meningkatkan hasil komoditas utamanya. Misalnya, penanaman kacang-kacangaan di sela-sela penanaman jagung dapat meningkatkan kandungan N dalam tanah karena kacang-kacangan mampu memfiksasi nitrogen dari udara. Dengan demikian, hasil tanaman jagung dapat meningkat.
Selain terdapat beberapa keuntungan, pola tanam polikultur juga memiliki beberapa kelemahan. Dengan semakin banyaknya populasi tanaman dalam satu lahan, maka persaingan tanaman utnuk mendapatkan hara dan faktor pertumbuhan lainnya juga akan semakin tinggi. Kompetisi yang tinggi tidak jarang juga dapat mengurangi hasil tanaman. Semakin banyak tanaman menyebabkan semakin banyak Janis hama yang menyerang . Dengan demikian, pengendalian hama akan menjadi semakin sulit, walaupun tidak sampai menyebabkan ledakan populasi hama. Keanekaragaman tanaman juga akan mengurangi efisiensi dalam melakukan perawatan sehingga diperlukan lebih banyak tenaga kerja.
Jenis-jenis polikultur yang selama ini sudah dikenal adalah tumpang sari, tumpang gilir, tanaman bersisipan, tanaman campuran, dan tanaman bergiliran.
No comments:
Post a Comment